TINDAKAN POLITIK DALAM NOVEL RIHLAH ILA ALLAH KARYA NAGUIB AL-KILANIY: MEMBONGKAR TOTALITERISME MELALUI PERSPEKTIF HANNAH ARENDT

MUHAMMAD NASHI H U, Dr. Fadlil Munawwar Manshur, M.S.

2020 | Tesis | MAGISTER SASTRA

Penelitian ini bertujuan untuk menguraikan konstruksi pemerintahan totaliterisme dan tindakan politik dalam novel Rihlah ila Allah karya Naguib Al-Kilaniy dengan menggunakan perspektif pemikiran politik Hannah Arendt. Rihlah ila Allah merupakan sebuah novel yang menceritakan tindakan kekerasan dan kekejaman pemerintah Mesir pasca-revolusi terhadap kelompok Ikhwanul Muslimin. Pemerintah yang pada awalnya menyuarakan demokrasi sebagai sistem yang baru, akan tetapi masih terjebak pada sentimen primordialisme dengan individu maupun kelompok oposisi yang dianggap berbahaya. Oleh sebab itu, tindakan politik dalam ruang publik yang dilakukan oleh aparatur negara penuh dengan kepentingan privat bagi penguasa. Arendt memandang totaliterisme sebagai sebuah sistem yang bertujuan untuk mengusai kebijakan publik dengan seleksi objektif, sebagai sarana standar kehidupan manusia. Ironisnya, standardisasi pemerintahan totaliterisme dapat menghancurkan ruang publik, memungkinkan hubungan sosial manusia hanya terbagi menjadi kawan atau lawan, dan tindakan politik yang tidak didasarkan pada proses berpikir. Tindakan politik seharusnya memandang ruang publik sebagai ruang pertemuan antar manusia dan memahami bahwa setiap manusia memiliki perbedaan, baik berbeda pandangan maupun tindakan. Selain itu, setiap manusia memiliki persamaan hak untuk melakukan tindakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa novel tersebut berhasil membongkar konstruksi totaliterisme dalam pemerintahan Mesir pasca-revolusi. Totaliterisme tersebut disebabkan oleh adanya gerakan revolusi yang membentuk sistem baru, kemudian mengobjektifikasi kelompok Ikhwanul Muslimin sebagai lawan (Liyan). Setelah itu, pemerintah memberikan propaganda kebencian dan sikap anti terhadap kelompok tersebut dengan didukung birokrasi militerisme, sehingga terjadi tindakan kekerasan dalam ruang publik dan menimbulkan konsekuensi di berbagai aspek kehidupan masyarakat. Selain itu, novel tersebut menggambarkan tindakan politik tokoh-tokoh, baik tindakan yang tidak didasarkan pada proses berpikir maupun tindakan yang otentik dalam ruang publik. Melalui model tindakan politik tokoh dalam novel tersebut, Al-Kilaniy ingin mengajak masyarakat Mesir untuk memahami fakta sosial-politik yang terjadi dan menjadikan pemahaman tersebut sebagai bagian kritik atas tindakan politik pemerintah demi terciptanya kebebasan, baik bebas dari dominasi pemerintahan totaliterisme maupun bebas untuk melakukan sebuah tindakan.

This study aims to explain the construction of totalitarianism and the political actions in Rihlah ila Allah by Naguib Al-Kilaniy through the political thought of Hannah Arendt's perspective. Rihlah ila Allah is a novel that tells the acts of violance by Egyptian government after 1952 against the Muslim Brotherhood. Initially, the government was applying democracy as a new system, but was still trapped in primordialsm sentiments with individuals or opposition groups that were deemed to be dengerous group. So that, the political action in the public carried out by the state apparatus is full of private interests for the government. Arendt uncovers totalitarianism as a system that aims to manage public policy with an objective selection, as a standard of human life. Ironically, the standarirdization of totalitarinism can destroy public space which allows human relations to be divided only as friends or opponents, than the political action in the public space does not based on thinking processes. The political action should look at public space as a meeting place between people and must be understood that every human being has differences, both different of views and actions. However, every human being has an equality of right to take an action in the public. The results of this study show that this novel succeeded in dismantling the construction of totalitarianism in post-revolution Egyptian government. This system is caused by the existence of a revolutionary movement that forms a new system in Egypt, than the government makes an objective valuation to the Muslim Brotherhood as an opponents (Liyan). After that, the government gives voice with hates propaganda and anti to the Muslim Brotherhood. The government have the supports from the bureaucracy of militarism. Thus, the acts of violance occurs in public space and can be consequences whole aspects of people life. Furthermore, this novel tells the story of political actions of many characters, both the acts do not based on thinking processes and the acts are authentic in the public space. Through the models of political actions in this novel, Al-Kilaniy wants to invite Egyptian people to understanding the socio-political facts and make their understood as a criticism of the government's political actions in public. It's all for the creation of freedom, both free of the dominance of totalitarianism system and free for make an action in public space.

Kata Kunci : tindakan politik, totaliterisme, ruang publik, Hannah Arendt, Rihlah ila Allah, Naguib Al-Kilaniy