BUDAYA ORGANISASI MAJELIS LUHUR PERSATUAN TAMANSISWA
RIA PUTRI PALUPIJATI, Dr. Subando Agus Margono, M. Si
2019 | Tesis | MAGISTER MANAJEMEN DAN KEBIJAKAN PUBLIKTamansiswa mempunyai seperangkat nilai inti yang kuat untuk mencetak anggotanya seperti, kekeluargaan, egaliter, jiwa merdeka, metode Among, dan tiga semboyan Tamansiswa (Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madya Mangunkarsa, dan Tut Wuri Handayani). Kekuatan nilai tersebut bahkan menjadi landasan pendidikan nasional seperti Tut Wuri Handayani. Pada awal pendirian sampai orde baru terbukti Tamansiswa bisa berkembang dengan cukup baik. Terbukti kader Tamansiswa menjadi tokoh nasional. Pemikirannya berkontribusi dan memberi inspirasi bagi Indonesia. Namun kenyataannya, sekarang Tamansiswa mempunyai permasalahan intern dan ektern di organisasinya, Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa (MLPTS). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab budaya organisasi di MLPTS tidak bisa lagi digunakan untuk menghadapi perubahan. Untuk menjawab pertanyaan penelitian, peneliti menggunakan konsep budaya organisasi (Schein, 2004), faktor yang mempengaruhi budaya organisasi tersebut ada dua yaitu kepemimpinan dan kelembagaan sehingga akan diketahui karakter organisasi seperti apa yang dijalankan MLPTS. Penelitian ini menggunakan metode kualititatif dengan pendeketan studi kasus. Data dikumpulkan melalui 1) wawancara mendalam, 2) observasi semi-partisipan dengan memposisikan diri sebagai orang luar Tamansiswa namun ikut membantu dibagian promosi Museum Dewantara Kirti Griya, 3) dokumentasi dengan memilih dokumen-dokumen yang valid di Museum dan Perpustakaan Dewantara Kirti Griya, sumber internal dan ekternal lainnya, 4) Data online pada grub-grub Whatsapp internal Tamansiswa untuk menentukan narasumber dan trianggulasi data yang diperoleh. Penelitian ini menemukan 1) pendiri telah menciptakan budaya organisasi yang kuat dan unggul untuk mencetak kader Tamansiswa, namun budaya organisasi yang diciptakan oleh pemimpin saat ini tidak lagi sesuai tuntutan zaman, dan sulit mengubah paradigm orde baru ke reformasi; 2) Kelembagaan di Tamansiswa dari sebuah paguyuban menjadi lembaga MLPTS, mengalami mekanisme isomorphism pada masing-masing era, isomorphism koersif yang sangat kuat terjadi pada orde baru dan ini yang menyebabkan lembaga masih menganut pola kelembagaan dengan karakter organisasi yang lama. Kesimpulan dari penelitian ini budaya organisasi tidak lagi bisa digunakan untuk menghadapi perubahan karena budaya yang dibangun masih menggunakan karakter organisasi lama. Kata Kunci: Budaya Organisasi, Kelembagaan, Kepemimpinan, Karakter Organisasi
Tamansiswa has different core values, such as values, kinship, egalitarianism, independent spirit, Among method, and the three Tamansiswa slogans (Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madya Mangunkarsa, and Tut Wuri Handayani). The strength of this value is even the basis of national education such as Tut Wuri Handayani. At the beginning of the establishment until the new order was proven Tamansiswa could develop quite well. Proven Tamansiswa members become national figures. Contribute and inspire Indonesia. However, now Tamansiswa has internal and external problems in its organization, the Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa (MLPTS). This research discusses to study the cultural causes in MLPTS that can no longer be used to overcome change. To answer the research questions, researchers use the concept of organizational culture (Schein, 2004), there are two factors that influence organizational culture, namely leadership and institutional understanding of the character of the organization as what runs MLPTS. This research uses a qualitative research method with case study approach. Data were collected through 1) in-depth interviews, 2) semi-participant observation by positioning themselves as Tamansiswa�s outsiders but helping in the promotion of the Dewantara Kirti Griya Museum, 3) registration by selecting documents that apply in the Museum and the Dewantara Kirti Griya Library, sources internal and other external, 4) Data online at Tamansiswa's Whatsapp internal groups to determine interview sources and triangulation of data obtained. This research found that 1) the founders had created a strong and superior organizational culture for Tamansiswa members, but the organizational culture created by the current leader was no longer in line with the times, and it was difficult to change orde baru paradigm to reformasi; 2) Institutional in Tamansiswa from a community to become an MLPTS institution, improving isomorphism in each era, coercive isomorphism which is very strong in orde baru and this is related to institutions that still use safety patterns with the old organizational character. The conclusion from this research organizational culture can no longer be used to change because the culture that is built still uses the character of the old organization. Keywords: Organizational Culture, Institutional, Leadership, Organizational Character
Kata Kunci : Budaya Organisasi, Kelembagaan, Kepemimpinan, Karakter Organisasi