STRATEGI PEMENANGAN PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (PKS) DI ERA POPULISME ISLAM DALAM PEMILU LEGISLATIF TAHUN 2019
ARIEF HIDAYAT, Dr. R.B. Abdul Gaffar Karim, S.IP.,MA
2020 | Tesis | MAGISTER POLITIK DAN PEMERINTAHANStudi ini bermaksud untuk meneliti strategi pemenangan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) di Era Populisme Islam dalam Pemilu Legislatif 2019. Tujuannya adalah ingin mengetahuai bagiamana PKS memanfaatkan momentum elektoral bersamaan dengan lahirnya gerakan populisme yang terjadi pasca Pilkada Jakarta 2017. Gerakan yang menamakan dirinya Gerakan 212 ini membawa momentum lahirnya Gerakan populisme Islam di Indonesia yang disebut sebagai kelanjutan dari adanya pengaruh arab spring, atau musim semi arab yang berhasil menggulingkan (sebagian) para penguasa diktator di negara-negara Timur Tengah. Penelitian ini mengambil lokasi di Dewan Pimpinan Pusat Partai Keadilan Sejahtera (DPP PKS) Jakarta, lebih fokusnya pada Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) PKS. Adapun PKS dipilih sebagai objek penelitian karena partai ini merupakan partai berideologi Islam yang memiliki kedekatan dengan Gerakan 212, baik sebelum Pemilu maupun setelah berlangsungnya Pemilu 2019. Selain itu, PKS merupakan partai yang dianggap berhasil meraih suara dan kursi DPR RI dibandingkan dengan partai sejawatnya yang juga menggandeng Gerakan 212 untuk meraih keuntungan secara elektoral seperti halnya Partai Amanat Nasional (PAN) dan juga Partai Gerakan Indonesia Raya (P-Gerindra). Pencapaian yang diterima oleh PKS ini merupakan strategi yang digunakan dengan efektif, bersamaan dengan hadirnya Pemilu gabungan secara langsung (Pemilihan Umum Legisatif dan Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden 2019) yang juga mendorong lahirnya berkah elektoral bagi partai. Dengan menggunakan metode kualitatif dan studi kasus, penelitian ini kemudian memfokuskan pada faktor yang memang berpengaruh secara signifikan atas keberhasilan PKS meraih perolehan suara dibandingkan parta lainnya. Fokus utama penelitain iani adalah terkait dengan hubungan simbiotik Gerakan 212 dikaitkan dengan strategi pemenangan PKS, selain itu, penulis juga menggunakan pendekatan yang disampaikan oleh Pierre Bourdieu yang mengupas mengenai modalitas sebagai strategi pemenangan elektoral. Adapun variabel yang terlibat didalamnya adalah modalitas ekonomi, modalitas sosial dan modalitas budaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa PKS mendapatkan berkah elektoral dengan adanya Gerakan 212 ini dan juga hadirnya Pemilu Presiden dan Wakil Presiden secara langsung. Di samping itu, yang menjadi dorongan utama bagi PKS sukses dalam Pemilu 2019 adalah penggunaan strategi konsolidasi internal di tengah konflik yang ada di tubuh formatur dan pengurus PKS. Adanya ghiroh militansi kader yang mau berjuang bersama dengan melakukan kampanye politik. Metode utama yang mereka gunakan adalah Personal Direct Campaign (PDC) yang menggagas pertemuan antara calon dan konstituen dalam dapil masing-masing, dibandingkan dengan metode kampanye melalui alat peraga kampanye. Dalam hal modalitas, PKS mengusasi dua modal utama yaitu modalitas sosial dan modalitas budaya. Sedangkan modalitas ekonomi masih menjadi kendala utama bagi partai ini, mengingat PKS tidak masuk dalam struktur pemerintahan, sehingga hanya mengandalkan dukungan logistik yang berasal dari sumbangan kader dan juga dana bantuan parpol dari pemerintah.
This study intends to examine the winning strategy of the Prosperous Justice Party (PKS) in the Era of Islamic Populism in the 2019 Legislative Elections. bring the momentum of the birth of the Islamic populism Movement in Indonesia, which is referred to as a continuation of the influence of the Arab Spring, or Arab Spring which succeeded in overthrowing (in part) the dictatorial rulers in Middle Eastern countries. This research takes place on the Central Leadership Board of the Prosperous Justice Party (DPP PKS) Jakarta, focusing more on the PKS Election Winning Body (Bappilu). The PKS was chosen as the object of research because this party is an Islamic ideology party which has a closeness to the 212 Movement, both before the election and after the 2019 election. Besides, PKS is a party considered to have won votes and seats in the DPR RI compared to its peers who also took the 212 Movement to achieve electoral gains such as the National Mandate Party (PAN) and the Greater Indonesia Movement Party (P-Gerindra). This achievement received by PKS is a strategy that was used effectively, along with the presence of direct joint elections (the Legislative General Election and the 2019 Presidential and VicePresidential Elections) which also encouraged the birth of electoral blessings for the party. Using qualitative methods and case studies, this research then focuses on factors that do significantly influence the success of PKS in gaining votes compared to other parties. The main focus of the research is related to the symbiotic relationship of the 212 Movement linked to the PKS winning strategy, besides, the author also uses the approach presented by Pierre Bourdieu who investigates modality as an electoral winning strategy. The variables involved are economic modality, social modality, and cultural modality. The results showed that PKS gained electoral blessing with the 212 Movement and also the direct presence of the Presidential and Vice-Presidential Elections. Besides, what became the main impetus for successful PKS in the 2019 elections was the use of an internal consolidation strategy amid conflict within the PKS formators and administrators. The existence of cadre militancy who want to fight together by carrying out the political campaign. The main method they use is the Personal Direct Campaign (PDC), which initiates meetings between candidates and constituents in their electoral districts, compared to the campaign method through campaign props. In terms of modality, PKS oversees two main capital namely social modality and cultural modality. While economic modality is still a major obstacle for this party, considering that PKS is not included in the government structure, so it only relies on logistical support from cadre contributions and political party assistance funds from the government.
Kata Kunci : Strategi Pemenangan, Populisme Islam, Partai Keadilan Sejahtera, Modalitas, Pemilu 2019