KONTRADIKSI KETAHANAN RUANG KEHIDUPAN DI KAWASAN KAMPUNG BARU KOTA BALIKPAPAN
YUDI FITRIADI, Prof. Ir. Sudaryono, M.Eng., Ph.D.
2020 | Tesis | MAGISTER PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTAKawasan Kampung Baru Kota Balikpapan merupakan kawasan pemukiman padat penduduk yang berada di pesisir Teluk Balikpapan. Kawasan pemukiman ini berdiri di sepanjang tepian hingga sampai ke atas perairan laut. Di tengah kawasan pemukiman ini terdapat dermaga-dermaga sebagai simpul transportasi penyeberangan laut baik penumpang maupun nelayan yang cukup padat aktivitasnya sehari-hari. Keunikan kawasan ini yaitu adanya sebutan �Texas� untuk pemukiman ini. Hal ini disebabkan oleh kejadian-kejadian tindak kriminalitas yang terjadi di kawasan tersebut sehingga muncul persepsi bahwa kawasan tersebut rawan dan berbahaya. Selain itu kondisi pemukiman yang padat dengan masih adanya permasalahan kebersihan dan isu lingkungan berupa sampah di laut membuat kesan kumuh yang makin menambah ke�Texas�an kawasan ini. Dalam kawasan yang dipersepsikan �Texas� tersebut, masyarakat kampung tetap beraktivitas sehari-hari dan memanfaatkan keberadaan pelabuhan dan kawasan industri disekitarnya untuk berpenghidupan. Penelitian ini bertujuan untuk memahami seperti apa ketahanan ruang kehidupan yang ada di dalam kawasan perkampungan tersebut. Dengan menggunakan metode induktif-kualitatif dan pendekatan fenomenologi, penelitian ini mencoba mengungkap apa yang sebenarnya ada di kawasan ini terkait dengan ketahanan ruang secara spasial dan sosial dalam menghadapi berbagai ancaman atau hambatan yang terjadi dalam dinamika kehidupan sehari-hari. Penelitian ini mencoba mengeksplorasi bagaimana ketahanan ruang yang terjadi di kampung tersebut, yang bisa tercermin melalui bentukan fisik, perilaku, budaya, dan aktivitas masyarakat sehari-hari. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ada kontradiksi dalam ketahanan ruang kehidupan masyarakat Kampung Baru Kota Balikpapan. Kontardiksi tersebut ditunjukkan dengan adanya pelemahan ruang kehidupan akibat adanya praktek penyalahgunaan narkoba dan anak ngelem di kawasan kampung sehingga menyebabkan berkurangnya rasa aman. Namun disisi lain ada penguatan ketahanan ruang yang terjadi yaitu adanya adaptasi komunal dalam bentuk penyesuaian ruang secara spasial maupun perilaku aktivitas secara sosial masyarakat dalam merespon dan meghadapi ancaman dan gangguan dari kerawanan kriminalitas yang terjadi serta juga terbentuk kelembagaan yang aktif sebagai motor penggerak sistem sosial masyarakat.
The Kampung Baru area of Balikpapan City is a densely populated residential area on the coast of Balikpapan Bay. This residential area stands along the banks to the sea. In the middle of this residential area, there are docks as sea transportation for both passengers and fishers who are quite busy in their daily activities. The uniqueness of this area is the existence of the term 'Texas' for this area. This is caused by incidents of crime that occurred in the area so that the perception arises that the area is vulnerable and dangerous. Also, the dense housing conditions with environmental issues such as rubbish at sea make the impression of slums which, further adds the negative stigma to this area. In the area that perceived as 'Texas,' the community continues their daily activities and makes use of the existence of the port and the surrounding industrial estate to make a living. This research aims to explain what resilience of living space in the urban village area looks like. By using an inductive-qualitative method and a phenomenological approach, this research tries to uncover what happened from the various phenomena of community activities that inhabit this area related to resistance to various threats or obstacles that the community experience every day. This research tries to explore how the resilience of space that occurs in the village, which can be reflected through the physical formation, behavior, culture, and daily activities of the community. The results of this study showed that there is a contradiction in the resilience of the living space in this urban-village area. This contradiction is shown by the weakening of the living space due to the practice of drug abuse and child gluing in the village area, thereby reducing the sense of security. But on the other hand, there is a strengthening of spatial resilience that occurs, namely the existence of an active institution as a motor that drives the social system of society and the communal adaptation of the community in responding and facing threats and disturbances from the vulnerability of criminality that occurs.
Kata Kunci : Ketahanan ruang, fenomenologi, kontradiksi, kriminalitas, adaptasi, kelembagaan/Space Resilience, phenomenology, contradiction, criminality, communal adaptation, institutional role