ASIDOSIS TUBULAR GINJAL DISTAL DENGAN KETERLAMBATAN MOTORIK KASAR, MIKROSEFALI, PERAWAKAN PENDEK, GIZI KURANG, GAGAL TUMBUH

Weny Inrianto, dr. Kristia Hermawan, M.Sc., Sp.A.; Dr. Med.; dr. Intan Fatah Kumara, M.Sc., Sp.A

2020 | Tesis-Spesialis | ILMU KESEHATAN ANAK

Anak dengan asidosis tubular ginjal (ATG) berpotensi mengalami gangguan pertumbuhan, gangguan perkembangan, gagal ginjal dan kematian.Tujuan pengamatan dan pemantauan secara berkala adalah aspek bio-psiko-sosial opimal, penyimpangan tumbuh kembang dapat dideteksi dan diintervensi dini, tercapai keseimbangan asam-basa tubuh sehingga metabolisme dapat optimal, mendeteksi munculnya komplikasi penyakit dan efek samping pengobatan. Pasien perempuan usia 6 bulan datang dengan keluhan muntah berulang, sangat kurus, sangat pendek, gizi kurang, mikrosefali, gagal tumbuh, asidosis metabolik dengan fungsi ginjal normal. Pasien didiagnosis asidosis tubular ginjal. Terapi yang diberikan adalah natrium bikarbonat secara titrasi sampai tercapai pH darah optimal. Pemantauan dilakukan sampai anak berusia 3 tahun 6 bulan dengan hasil perbaikan pertumbuhan, lingkar kepala menjadi normal, pH darah stabil, tidak didapatkan komplikasi penyakit selain meningkatnya kadar kalsium di urin. Hal ini merupakan faktor risiko terjadinya nefrokalsinosis. Terapi sitrat untuk mengkelasi kalsium urin belum tersedia. Alternatif terapi lain yang bisa diberikan adalah obat golongan thiazid.

Children with renal tubular acidosis (RTA) have the potential to experience growth disorders, developmental disorders, kidney failure and death. The purpose of regular observation and monitoring is the bio-psycho-social aspects of the optimal, growth and development irregularities can be detected and intervened early, achieved acid-base balance so that the bodys metabolism can be optimal, detecting the appearance of disease complications and side effects of treatment. Female patients aged 6 months present with complaints of recurring vomiting, underweight, stunted, malnutrition, microcephaly, failure to thrive, metabolic acidosis with normal kidney function. The patient was diagnosed with kidney tubular acidosis. Therapy given is sodium bicarbonate by titration until optimal blood pH is reached. Monitoring was carried out until children aged 3 years and 6 months with the results of improved growth, head circumference became normal, blood pH was stable, no complications were obtained other than increased levels of calcium in the urine. This is a risk factor for nephrocalcinosis. Citrate therapy for correlating urinary calcium is not yet available. Another alternative therapy that can be given is thiazide class of drugs.

Kata Kunci : asidosis tubular ginjal, asidosis metabolik, gagal tumbuh, natrium bikarbonat, nefrokalsinosis, renal tubular acidosis, metabolic acidosis, failure to thrive, sodium bicarbonate, nephrocalcinosis