ADOPSI PROGRAM SAEMAUL UNDONG DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (STUDI KASUS PROGRAM SAEMAUL UNDONG DI DESA BLEBERAN DAN PONJONG KABUPATEN GUNUNGKIDUL)

NUR AFIFAH, Suripto, MPA.,Dr

2019 | Tesis | MAGISTER MANAJEMEN DAN KEBIJAKAN PUBLIK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa proses adopsi Saemaul Undong di Desa Ponjong dan Bleberan dan faktor apa yang mempengaruhi tingkat adopsi di masing-masing desa tersebut. Permasalahan yang terjadi setelah program berjalan hampir tiga tahun yaitu adanya perbedaan tingkat adopsi program Saemaul Undong di Desa Ponjong dan Bleberan. Saemaul Undong (SMU) merupakan program inovasi dalam pembangunan desa berfokus pada sektor agrikultural. Program ini berhasil membawa Korea Selatan menjadi negara maju hingga saat ini program SMU telah diadopsi oleh 15 negara berkembang salah satunya Indonesia. Program tersebut dilaksanakan di tiga desa di Daerah Istimewa Yogyakarta, namun dalam penelitian ini hanya mengkaji dua desa yaitu Desa Ponjong dan Desa Bleberan di Kabupaten Gunungkidul. Program budidaya jamur dan pertenakan sapi komunal kemudian terpilih menjadi program yang dibiayai oleh Saemaul Globalization Foundation melalui identifikasi potensi daerah. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi kasus melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bentuk inovasi yang ditawarkan yaitu dengan membangun Linkage/keterkaitan aktivitas dari hulu ke hilir yaitu dari proses produksi hingga distribusi produk olahan di masing-masing desa. Proses adopsi program terdiri dari lima tahapan yaitu tahap kesadaran akan pentingnya program, tahap ketertarikan, tahap evaluasi, tahap adopsi program hingga tahap konfirmasi. Pada tahapan ini terjadi transfer nilai-nilai saemaul yaitu ketekunan, kemandirian dan gotong royong. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan tingkat adopsi di Desa Ponjong antara lain: (1) karakteristik program yaitu tingginya modal untuk perawatan, kesulitan mencari pakan di musim kemarau, virus yang dapat menyerang sapi dan lama yang sapi menghasilkan pedet, (2) kurang efektifnya komunikasi antara fasilitator, masyarakat dan perangkat desa, (3) kurangnya upaya pendampingan dan dukungan yang dilakukan oleh perangkat desa dan fasilitator. Faktor yang mempengaruhi tingginya tingkat adopsi di Desa Bleberan adalah (1). Karakteristik program yaitu: mudahnya perawatan jamur, modal awal yang tidak terlalu tinggi, keuntungan yang relatif cepat, (2). Saluran komunikasi antara fasilitator, masyarakat dan perangkat desa yang efektif, (3). Upaya pendampingan dan dukungan yang diberikan secara maksimal.

The purpose of this study is to analyze the process of adoption of Saemaul Undong in Ponjong and Bleberan villages and what factors influence the adoption rate in each of the villages. The problem that occurs after the program runs almost three years is the difference in the level of adoption of the Saemaul Undong program in the villages of Ponjong and Bleberan. Saemaul Undong (SMU) is an innovation program in rural development focused on the agricultural sector. This program succeeded in bringing South Korea into a developed country until now the SMU program has been adopted by 15 developing countries, one of which is Indonesia. The program was implemented in three villages in the Special Region of Yogyakarta, but in this study only examined two villages are Ponjong Village and Bleberan Village in Gunungkidul Regency. The mushroom cultivation program and the communal cattle breeding were later selected as a program funded by the Saemaul Globalization Foundation through identification of regional potential. The research method used is descriptive qualitative research method with a case study approach through interviews, observation and documentation. The results of this study indicate that the form of innovation offered is to build linkages of activities from upstream to downstream, from the production process to the distribution of processed products in each village. The program adoption process consists of five stages are the stage of awareness of the importance of the program, the stage of interest, the evaluation stage, the stage of program adoption to the confirmation stage. At this stage there is a transfer of saemaul values are perseverance, independence and mutual cooperation. The factors that influence the decline in the adoption rate in Ponjong Village include: (1) the characteristics of the program are high capital for care, difficulty finding food in the dry season, viruses that can attack cows , (2) less effective communication between the facilitator, the community and the village apparatus, (3) the lack of assistance and support efforts undertaken by the village apparatus and facilitator. The factors that influence the high rate of adoption in Bleberan Village are (1). The characteristics of the program are: easy maintenance of mushrooms, initial capital that is not too high, relatively fast profits, (2). Effective communication channels between the facilitator, the community and village officials, (3). Efforts to provide assistance and support to the maximum.

Kata Kunci : Innovation; Saemaul Undong; Adoption Program; Relative Advantage; Effectiveness.