Laporkan Masalah

Analisis struktur industri rokok Indonesia Pasca PP No.81/99

WARDOYO, Vitayanti, Dr. Bambang Riyanto LS., MBA

2001 | Tesis | Magister Manajemen

Industri rokok Indonesia memiliki kekhasan dalam cita rasanya yang memadukan tembakau dan cengkeh yang dikenal dengan rokok kretek. Industri ini telah menjadi bagian dari budaya Indonesia dan lahir dari kekuatan modal domestik tanpa intervensi unsur asing. Industri rokok Indonesia memiliki karakteristik penyerapan tenaga kerja dalam jumlah tinggi, didominasi peraturan pemerintah, dan diwarnai oleh oligopoli. Disamping itu, industri ini merupakan salah satu kontributor terbesar dalam setoran cukai kepada negara. Sebagai akibat dari gencarnya aktivitas kampanye anti rokok sedunia yang dimotori oleh World Health Organization (WHO), pada tahun 1999 Pemerintah Indonesia mengeluarkan Peraturan Pemerintah No.81/1999 yang diperbaharui dengan Peraturan Pemerintah No. 38/2000 yang berisi pembatasan kandungan tar dan nikotin dalam rokok menjadi hanya 20 mg tar dan 1,5 mg nikotin per batang rokok, serta pembatasan tata cara beriklan dan berpromosi perusahaan rokok. Peraturan tersebut dirasakan sangat merugikan bagi banyak perusahaan rokok dalam industri yang didominasi oleh rokok kretek dengan kandungan tar dan nikotin tinggi. Dalam penulisan ini dibahas bagaimana pemberlakuan peraturan tersebut dapat memberikan perubahan signifikan terhadap struktur industri secara keseluruhan dan menyetir perubahan selera pasar dalam industri rokok Indonesia

Cigarette industry in Indonesia has a specific taste with mixed blending tobacco and clove which known by kretek. This industry has become part of the nation culture and developed originally by the domestic investment without interfering of foreign investment. Indonesia’s cigarette’s industry has some specific characteristics: it is highly labor intensive, highly regulated industry and dominated by several big players. It also one of the biggest tax contributor to the government. As the result of aggressive anti-smoke international campaign motored by World Health Organization (WHO), Indonesia Government released the Government Regulation No. 81/1999 evaluated by the Government Regulation No. 38/2000, mentioned the limitation of tar and nicotine, reduced into only 20 mg tar and 1,5 mg nicotine per stick. It also restricted the advertising and promotion activity of cigarette companies. Most of the cigarette companies who were producer of kretek with hgh tar and nicotine were being disadvantaged by this regulation. This paper is discussing how the regulation would give significant effect to overall industry structure and dnving the change of market preference in Indonesia’s cigarette industry.

Kata Kunci : Industri Rokok,PP No38 Tahun 2000


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.