Studi Pengembangan Pelabuhan Pengumpan Regional Kelas II Branta Pamekasan Madura
R. ADITYA JALASENA J, Prof. Dr. Ir. Bambang Triatmodjo, CES., DEA.; Prof. Ir. Sigit Priyanto, M.Sc., Ph.D.
2020 | Tesis | Magister Sistem dan Teknik TransportasiPelabuhan Pengumpan Regional Kelas II Branta yang terletak di Pamekasan Madura, adalah pelabuhan penghubung daerah di sekitar Pulau Jawa dan Pulau Madura. Pelabuhan ini memiliki peran penting dalam kegiatan logistik dan rantai pasok serta pengembangan ekonomi di Indonesia, terutama di Jawa dan Madura. Namun pada kenyataannya, Pelabuhan Branta memiliki beberapa kekurangan dalam hal fasilitas pelabuhan hingga sektor keamanan. Hal tersebut didasarkan pada kurangnya penegakan peraturan dari manajemen pelabuhan itu sendiri. Kurangnya pembaruan rencana induk pelabuhan juga merupakan salah satu penghambat kinerja pelabuhan. Oleh karena itu, dengan penelitian ini, diharapkan memperoleh gambaran luas tentang strategi pengembangan di Pelabuhan Branta. Metode yang digunakan adalah analisis Location Quotient (LQ), metode peramalan arus kedatangan kapal serta arus bongkar muat di pelabuhan, hingga analisis pelayanan pelabuhan. Analisis pelayanan pelabuhan dilakukan dengan mempertimbangkan indikator kinerja pelabuhan yaitu Berth Occupancy Ratio (BOR) dan Berth Throughput (BTP). Hasil penelitian menunjukkan arus kedatangan kapal dan arus bongkar muat di Pelabuhan Branta memiliki pola yang fluktuatif mengikuti tren musiman dalam kegiatan produksi garam di wilayah Madura. Dimana pada tahun 2039 (jangka panjang) aliran bongkar muat di Pelabuhan Branta diprediksi mencapai 353.435,09 ton yang pada tahun 2018 berjumlah 139.855 ton. Hasil perhitungan kinerja pelabuhan dilakukan menggunakan indikator kinerja pelabuhan yang disebut Berth Occupancy Ratio (BOR), di mana nilai BOR dari tahun ke tahun ke tahun pada perkiraan jangka panjang (2039) adalah sebesar 30,29%, yang masih di bawah 40% dimana menunjukkan bahwa dermaga tidak sibuk sesuai dengan kriteria UNCTAD. Dikarenakan kebutuhan akan fasilitas pelabuhan seperti gudang dan lapangan penumpukan semakin meningkat maka strategi pengembangan difokuskan pada fasilitas pelabuhan seperti perluasan panjang dermaga dari 100 m menjadi 350 m, pembangunan gudang pelabuhan sebesar 180 m2, peningkatan beberapa fasilitas pelabuhan seperti fasilitas navigasi dan jalan lintas, dan juga penambahan fasilitas pengolahan limbah pelabuhan.
Branta Port, located in Pamekasan Madura, represents a connecting port area around Java Island and Madura Island. The port performs a significant role in logistics and supply chain activities as well as economic development in Indonesia, especially in Java and Madura. But the reality is Branta Port has some shortcomings in the port facilities to the security sector. It based on the lack of regulation enforcement of the port management itself. The lack of renewal of the port master plan is also one of the obstacles to the port's inadequate performance. Therefore, with this research, it is expected to gain a broad picture of the development strategy at the Branta Port. The methods used are Location Quotient (LQ) & ship loading and discharge at port forecast using several forecasting analyses. The port performance analysis used port performance indicator which are Berth Occupancy Ratio (BOR) and Berth Throughput (BTP). The results show the ships call, loading and discharge flow at Branta Port demonstrate a fluctuating pattern follows the seasonal trends in salt production activities in Madura region. Where in 2039 (long-term) the loading and discharge flow at Branta Port is predicted to reach 353.435,09 tons which in 2018 amounted to 139.855 tons. The results of the port performance calculation are performed using port performance indicators called Berth Occupancy Ratio (BOR), where the BOR value from year to year to the long-term forecasting year (2039) is 30,29%, which is still below 40% for an additional indicates the jetty is not busy according to UNCTAD criteria. Whereas the need for port facilities such as warehouses and stacking fields has increased. The development strategy focused on port facilities like the berth length expansion from 100 m to 350 m, construction of port warehouses of 180 m2, improvement of several port facilities such as navigation facilities and causeways, also the addition of port waste treatment facilities.
Kata Kunci : Location Quotient, Metode Peramalan, Analisis Regresi, Berth Occupancy Ratio