Laporkan Masalah

KAPASITAS PENDUDUK TERDAMPAK LANGSUNG LONGSOR DI DESA BANARAN, KABUPATEN PONOROGO

WAHITTA KURNIA, Dr. Dyah Rahmawati H., M.Sc; Dr. Danang Sri Hadmoko, M.Sc,

2020 | Tesis | MAGISTER MANAJEMEN BENCANA

Penelitian ini fokus pada kapasitas masyarakat yang terkena dampak langsung longsor di Desa Banaran Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, Indonesia. Daerah tersebut telah terkena tanah longsor, yang mengakibatkan 28 rumah terkubur, 28 korban jiwa, dan 329 orang terdampak (BPBD Ponorogo, 2017). Ada 40 rumah tangga yang terletak di dua dusun, Tangkil dan Krajan, yang sangat terkena dampak dari tanah longsor. Tujuan penelitian ini adalah untuk menemukenali kapasitas dan strategi penghidupan berkelanjutan yang dilakukan. Metode penelitian menggunakan statistik spasial-temporal, yang akan mencakup variabel seperti akses, aset, dan aktivitas di area penelitian. Ada beberapa indikator seperti modal sosial, modal fisik, modal alam, modal keuangan, dan modal manusia yang diamati di setiap rumah tangga. Temuan penelitian ini dapat menggambarkan akses lokal, modifikasi aset (mata pencaharian), dan kegiatan untuk mengatasi tanah longsor. Di antara indikator, penelitian ini membedakan ada dua jenis kapasitas lokal, seperti kapasitas internal dan kapasitas eksternal. Kapasitas kolektif berakar dari modal rumah tangga, sementara kapasitas institusional dihasilkan dari modal kolektif dan banyak lagi pemangku kepentingan. Tangkil dan Krajan menunjukkan dua entitas spasial dengan jumlah komunitas terdampak yang berbeda, dimana Dusun Krajan memiliki nilai kapasitas lebih tinggi karena aset, akses, dan aktivitas yang dimilikinya jga lebih tinggi.

The research envisages capacities of impacted communities at Ponorogo District, East Java, Indonesia. The area has exposed to landslide, which resulted 28 houses buried, 28 death tolls, and 329 affected people 1 . Banaran landslides have caused four villages to experience clean water difficulties because they depend on clean water supplies in Banaran. The four villages are Wagir Kidul, Singgahan, Bedrug, and Tegalrejo.There are 3 springs at the zero point of the Banaran landslide disaster. One of them has a very large water discharge. at the point of the spring a large three-pipe installation was built to deliver water to the villages below. So when there is a landslide, the water becomes dirty and clogged . There are 40 household located at two hamlets, Tangkil and Krajan, which were heavily impacted by landslide occurrence. The research method employs spatiotemporal statistic, which will embraces variables such as access, assets and activities in the research area. There are several indicators such as social, physical, natural, financial, and human capital observed in each of the households. The research finding expects to describe local access, assets (livelihood) modification, and activities to tackle landslide. Among indicators, the research distinguishes there are two types of local capacities, such as internal capacity and external capacity. Internal capacity rooted from household capital, while external capacity generated from collective capital, institutional capital and many more stakeholders. Tangkil and Krajen indicated two spatial entities with different number of impacted community, hereafter the research argues that spatial capacity has different pattern.

Kata Kunci : Direct impact, capacity, landslide disaster

  1. S2-2020-420164-abstract.pdf  
  2. S2-2020-420164-bibliography.pdf  
  3. S2-2020-420164-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2020-420164-title.pdf