CARA WONG SIKEP ORA NGEPLENG Sedulur Sikep di Tengah Polemik Pro-Kontra Pembangunan Pabrik Semen di Pegunungan Kendeng
NURLIA MURTYA H, Dr. Atik Triratnawati, M.A.
2019 | Skripsi | S1 ANTROPOLOGI BUDAYABanyak peneliti memberikan gambaran mengenai Saminisme sebagai sebuah gerakan perlawanan. Pada masa kolonial Belanda, Sedulur Sikep atau pengikut Samin melakukan perlawanan dengan menolak membayar pajak. Sementara, dalam satu dekade terakhir Sedulur Sikep disorot oleh berbagai media massa terkait perlawanan terhadap pembangunan pabrik semen. Akan tetapi, sebagian Sedulur Sikep tidak mengakui keterlibatan Sedulur Sikep dalam gerakan anti semen tersebut. Maka dari itu, penelitian ini berfokus pada persoalan bagaimana sebenarnya Sedulur Sikep dalam menghadapi pembangunan pabrik semen di pegunungan Kendeng? Penelitian ini dilakukan di wilayah pegunungan Kendeng Utara, tepatnya di Sukolilo, Pati, Jawa Tengah pada Mei-Juni 2016. Data dikumpulkan dengan cara observasi partisipan serta wawancara mendalam. Informan adalah Sedulur Sikep yang memiliki relasi dengan Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng, Sedulur Sikep yang memiliki kedekatan dengan pemerintah Pati dan Jawa Tengah serta Sedulur Sikep yang suaranya belum ditampung media massa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat tiga pembagian dalam Sedulur Sikep terhadap pembangunan pabrik semen. Pertama, Sedulur Sikep yang menolak keberadaan pabrik semen di Pegunungan Kendeng adalah mereka yang ingin memelihara ajaran dalam menjaga kelestarian lingkungan serta melawan ketidakadilan terhadap petani dengan jalan anti kekerasan. Kedua, bersebarangan dengan hal itu, Sedulur Sikep yang mengklaim melalui media massa bahwa Sedulur Sikep tidak terlibat aksi penolakan pabrik semen yang dianggap melanggar pantangan-pantangan dalam ajaran. Ketiga, Sedulur Sikep yang tidak terlibat dalam aktivisme penolakan pabrik semen tetapi memiliki kesadaran akan ancaman lingkungan.
Many researchers give a picture of Saminism as a resistance movement. During the Dutch colonial period, Sedulur Sikep or Samin's followers took the fight by refusing to pay taxes. Meanwhile, in the last decade Sedulur Sikep was highlighted by various mass media related to the resistance to the construction of cement factories. However, some Sedulur Sikep did not acknowledge the involvement of "Sedulur Sikep" in the anti-cement movement. Therefore, this research focuses on the issue of how exactly is Sedulur Sikep in dealing with the construction of cement factories in the Kendeng mountains? This research was conducted in the mountains of North Kendeng, precisely in Sukolilo, Pati, Central Java in May-June 2016. Data were collected by participant observation and in-depth interviews. The informants were Sedulur Sikep who had relations with the Kendeng Mountains Community Care Network, Sedulur Sikep who had close relations with the Pati and Central Java governments and Sedulur Sikep whose voices had not been accommodated by the mass media. The results of this study indicate that there are three divisions in Sedulur Sikep towards the construction of a cement factory. First, Sedulur Sikep who reject the existence of cement factories in the Kendeng Mountains are those who want to preserve the teachings of preserving the environment and fight injustice against farmers by means of non-violence. Second, contrary to this, Sedulur Sikep claimed through the mass media that Sedulur Sikep was not involved in the rejection of the cement factory which was considered to violate taboos in the teachings. Third, Sedulur Sikep who was not involved in the refusal of the cement factory rejection but had an awareness of environmental threats.
Kata Kunci : Samin, Sedulur Sikep, semen, fenomenologi, Kendeng