PERBANDINGAN PEMIKIRAN POLITIK M. NATSIR DAN S.M. KARTOSUWIRYO MENGENAI KONSEP NEGARA BERDASARKAN ISLAM 1920-1959
SUBANDI RIANTO, Dr. Farabi Fakih, M.Phil.
2020 | Tesis | MAGISTER SEJARAHTesis ini membahas mengenai perbandingan genealogi pemikiran politik Moh. Natsir dan Kartosuwiryo, dua tokoh yang pernah sama-sama berada di Jong Islamieten Bond, Sarekat Islam, Partai Sarekat Islam Indonesia dan Partai Masyumi dari periode 1920 hingga 1959. Fokus yang dijelaskan adalah genealogi pemikiran keduanya mengenai konsep negara berdasarkan Islam yang terpengaruh dengan gagasan-gagasan transnasionalisme dan juga pengaruh guru-guru politik mereka berdua. Sumber penelitian ini diambil dari berbagai buku buku penelitian terdahulu yang pernah menulis profil biografi Natsir dan Kartosuwiryo, jurnal-jurnal ilmiah yang membahas organisasi-organisasi tempat keduanya bernaung, serta tulisan Natsir dan Kartosuwiryo di berbagai koran dan buku. Selain itu tak lupa pula arsip-arsip dari ANRI Jakarta dan juga koran-koran dari Perpusnas Jakarta. Genealogi pemikiran yang dimaksud adalah corak pemikiran politik Islam Natsir dan Kartosuwiryo yang terkait erat dengan konsep Pan-Islamisme, Marxisme dan juga Sosialisme Islam. Ketiga konsep ini dapat dilacak melalui guru-guru politik keduanya di organisasi Jong Islamieten Bond, Partai Sarekat Islam Indonesia dan juga Masyumi. Serta membandingkan corak pemikiran keduanya yang terus menerus diwacanakan dalam panggung politik Indonesia dari bangku organisasi hingga politik negara. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa Natsir, mendapat banyak pengaruh Pan-Islamisme dari Ahmad Hasan (Persis), Ahmad Surkati (Jamiatul Khair) dan juga Agus Salim (PSII), serta berhasil melakukan praktek-praktek diskusi yang lebih demokratis terkait dengan konsep negara berdasarkan Islam. Sementara disisi lain, Kartosuwiryo yang lebih banyak menyerap gabungan ideologi Marxisme (Marco Kartodikromo), Pan-Islamisme dan Sosialisme Islam (Tjokroaminoto) tampaknya lebih memilih menerapkan pandangannya untuk mendirikan negara Islam sendiri berdasarkan konsep yang diyakininya ketimbang menggabungkan dengan demokrasi.
This thesis discusses the comparative of Islamic political thought of Moh. Natsir and Kartosuwiryo, two figures who were once in Jong Islamieten Bond, Sarekat Islam, Sarekat Islam Indonesia Party and Masyumi Party from the period 1920 to 1959. The focus explained was the genealogy of thought both about the concept of a state based on Islam that was influenced by the ideas of Islam, the idea of transnationalism and also the influence of their political teachers. The source of this research is taken from various previous research books which have written biographical profiles of Natsir and Kartosuwiryo, scientific journals and the archives from ANRI Jakarta and also newspapers from the National Library of Jakarta. The thought generation referred to is the pattern of Islamic political thought of Natsir and Kartosuwiryo which are closely related to the concepts of Pan-Islamism, Marxism and also Islamic Socialism. These three concepts can be traced through political teachers both at the Jong Islamieten Bond organization, the Indonesian Sarekat Islam Party and also the Masjumi. As well as comparing the style of thought of the two that is constantly being discussed in the Indonesian political scene from the bench of organization to state politics. The results revealed that Natsir gained a lot of influence from Pan-Islamism from Ahmad Hasan (Persis), Ahmad Surkati (Jamiatul Khair) and Agus Salim (PSII), and succeeded in carrying out more democratic discussion practices related to the concept of a state based on Islam. While on the other hand, Kartosuwiryo who absorbed more of the combined ideology of Marxism (Marco Kartodikromo), Pan-Islamism and Islamic Socialism (Tjokroaminoto) seemed to prefer to apply his views to establish his own Islamic state based on the concepts he believed rather than combining with democracy.
Kata Kunci : genealogi, kartosuwiryo, natsir, pemikiran, perbandingan