Analisis Variabilitas Curah Hujan Musiman untuk Pola Tanam Tembakau di Kabupaten Temanggung
Nur Medisyanning Khoiruluswati, Dr. Emilya Nurjani, M.Si
2020 | Skripsi | S1 GEOGRAFI LINGKUNGANKabupaten Temanggung merupakan salah satu produsen tembakau di Indonesia yang memiliki 14 kecamatan sentra tembakau. Tembakau temanggung menjadi bahan baku penting industri rokok kretek karena rasa dan aroma yang khas. Tanaman ini menyumbang 70-80% terhadap total pendapatan petani. Tembakau merupakan tanaman musiman yang kualitasnya dipengaruhi curah hujan karena memerlukan hujan selama masa tanam dan kondisi kering selama masa pertumbuhan sampai pascapanen. Curah hujan dapat mengalami penyimpangan dari rata-ratanya yang disebut variabilitas curah hujan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis variabilitas curah hujan musiman di Kabupaten Temanggung, mengetahui pola tanam pertanian di Kabupaten Temanggung, dan menentukan arahan pola tanam tembakau berdasarkan variasi hujan di Kabupaten Temanggung. Data yang digunakan adalah data curah hujan harian CHIRPS tahun 1988-2018, data curah hujan harian tahun 1988-2018 dari BPSDA PROBOLO, data kelompok tani dan data produksi tembakau Temanggung tahun 2010-2018 dari Dintanpangan Temanggung. Tujuan pertama dicapai melalui analisis statistik deskriptif meliputi rata-rata dan koefisien variasi. Tujuan kedua diperoleh melalui diskusi terfokus (FGD) bersama perwakilan kelompok tani yang dipilih menggunakan metode purposive sampling. Tujuan ketiga diperoleh dengan membandingkan data historis variasi curah hujan dan variasi produksi tembakau di Temanggung tahun 2010-2018. Variabilitas curah hujan musiman di Temanggung memiliki nilai terendah pada MAM dan tertinggi di musim JJA. Nilai koefisien variasi (Cv) dan curah hujan musiman memiliki hubungan berbanding terbalik yang tidak linear dengan r=0,998. Peningkatan curah hujan akan diikuti oleh penurunan nilai koefisien variasi, namun saat curah hujan >1.200mm (musim DJF) nilai Cv kembali meningkat perlahan. Secara umum, pola tanam di Kabupaten Temanggung berbeda antara lahan sawah dan tegal. Tanaman yang ditanam di lahan sawah adalah padi, sayuran dan tembakau. Sementara untuk lahan tegalan adalah sayuran, tembakau dan palawija. Curah hujan berpengaruh secara signifikan terhadap produksi tembakau di Kecamatan Parakan, Tretep, Wonoboyo, Ngadirejo, Kledung dan Candiroto. Produksi mengalami penurunan saat terjadi fenomena IOD negatif dan IOD negatif yang disertai La Nina. Strategi antisipasi yang dapat dilakukan saat terjadi IOD negatif adalah mengatur waktu tanam, memilih varietas tembakau yang lebih toleran air dan membuat pendaringan. Sementara saat terjadi fenomena La Nina yang disertai IOD negatif, petani dapat memperbaiki saluran drainase, beralih ke tanaman lain atau menjadikan tembakau sebagai tanaman selingan karena produksi tembakau dapat dipastikan sangat rendah saat fenomena ini terjadi.
Temanggung Regency is one of the tobacco producers in Indonesia which has 14 districts of tobacco centers. Temanggung tobacco is an important raw material for the kretek cigarette industry because it has a distinctive taste and aroma. This plant contributes 70-80% to the total income of farmers. Tobacco is a seasonal plant that requires rain during the planting period and dry conditions during the growing period until postharvest, so the quality is greatly influenced by rainfall. Rainfall can deviate in the form of decreasing or increasing from its average value, called rainfall variability. This study aims to analyze the variability of seasonal rainfall in Temanggung Regency, determine the cropping patterns in Temanggung Regency, and determine the direction of tobacco cultivation based on rainfall variations in Temanggung Regency. The data used are CHIRPS daily rainfall data for 1988-2018, daily rainfall data for 1988-2018 from BPSDA PROBOLO, list of farmer groups and tobacco production data for 2010-2018 from Dintanpangan Temanggung. The first objective is obtained through descriptive statistical analysis such as average and coefficient of variation. The second objective is obtained through a focus group discussion with farmer group representatives which were chosen using a purposive sampling method. While the third objective is obtained by comparing historical data on rainfall variation and tobacco production in Temanggung for 2010-2018. The seasonal rainfall variability in Temanggung has the lowest values in MAM and the highest in the JJA season. The coefficient of variation (Cv) and seasonal rainfall have an inverse non-linear relationship with r=0.998. Increased rainfall will be followed by a decrease in the coefficient of variation, but when rainfall> 1,200mm (DJF season) the value of Cv returned to increase slowly. In general, cropping patterns in Temanggung Regency differ between wetland and dryland. Crops grown in rice fields are paddy, vegetables, and tobacco. While for dryland is vegetables, tobacco and secondary crops. Rainfall has a significant effect on tobacco production in Parakan, Tretep, Wonoboyo, Ngadirejo, Kledung and Candiroto Districts. The production of tobacco in the Temanggung Regency decreased when a negative IOD phenomenon and a negative IOD accompanied by the La Nina phenomenon occurred. Anticipation strategies that can be carried out when a negative IOD occurs are to regulate planting time, choose tobacco varieties that are more water tolerant and make mounds. Meanwhile, when the La Nina phenomenon is accompanied by a negative IOD, farmers can improve drainage channels, switch to other crops or make tobacco as a side crop because tobacco products can be ensured to be very low when this phenomenon occurs.
Kata Kunci : Curah Hujan, Temanggung, Tembakau, Variabilitas