Laporkan Masalah

Strategi Adaptasi dan Aksi Kolektif Pengangkatan Sungai Bawah Tanah dalam Mengatasi Krisis Air (Studi Kasus di Desa Jepitu, Girisubo, Kabupaten Gunungkidul)

Aliyah Sekar Ayu, Prof. Dr. Heddy Shri Ahimsa-Putra, M.A., M.Phil.

2020 | Skripsi | S1 ANTROPOLOGI BUDAYA

Masyarakat yang tinggal di lingkungan dengan karakteristik geologis berupa pegunungan kapur Gunungsewu mengalami krisis air pada musim kemarau setiap tahun. Solusi untuk permasalahan ini tidak tuntas dengan dropping air dari berbagai lembaga penyalur bantuan. Bagaimana pun, air adalah kebutuhan primer yang harus terpenuhi dalam kehidupan makhluk hidup. Penelitian ini bertujuan menguraikan strategi adaptasi yang terbentuk dalam masyarakat Desa Jepitu, Kecamatan Girisubo, Kabupaten Gunungkidul dalam mengatasi krisis air. Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif yang melibatkan studi literatur, pengumpulan dokumen, observasi partisipatif, dan wawancara, penelitian ini berusaha menjawab rumusan masalah: bagaimana strategi adaptasi warga Desa Jepitu dalam mengatasi krisis air yang terjadi? Aksi kolektif apa yang dilakukan oleh warga Desa Jepitu dalam menyelesaikan permasalahan krisis air, dan apa saja landasan yang melatarbelakangi aksi kolektif tersebut? Masyarakat Desa Jepitu beradaptasi terhadap kondisi krisis air dengan (1) menimba air dari sumber air permukaan, (2) menampung air hujan, (3) membeli air dari pengusaha jasa tangki swasta, dan (4) mencari sumber air bawah tanah. Upaya mencari sumber air bawah tanah dilakukan atas dukungan praktisi telusur gua yang mempunyai pengetahuan tentang metode pengangkatan sungai bawah tanah. Setelah melalui perjalanan panjang, sungai bawah tanah yang ada di dalam Gua Pulejajar di Desa Jepitu dapat diangkat ke permukaan dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Upaya pengangkatan sungai bawah tanah untuk memutus krisis air itu terangkum dalam aksi kolektif bernama Gugur Gunung Caver. Aksi kolektif ini melibatkan masyarakat Desa Jepitu yang tergabung dalam komunitas konservasi lingkungan, organisasi yang berfokus pada aktivitas telusur gua di Yogyakarta dan Surakarta, serta satuan yang mengedepankan fungsi pengamanan seperti SAR dan Kepolisian Daerah. Saya menganalisis beberapa hal yang menjadi dasar-dasar dalam aksi kolektif Gugur Gunung Caver, dan menemukan bahwa aksi ini (1) digerakkan oleh dorongan kesukarelaan, (2) mengandalkan rasa saling percaya di antara para aktor, (3) memanfaatkan jaringan sosial di antara aktor yang terlibat, dan (4) menerapkan aturan kelembagaan yang disepakati bersama. Riset ini menunjukkan bahwa aksi kolektif muncul dari modal sosial yang diupayakan oleh masyarakat dalam rangka mengentaskan persoalan krisis air. Aksi kolektif semacam Gugur Gunung Caver berpotensi menjadi solusi untuk mengatasi persoalan krisis air di kawasan karst, dengan mempertimbangkan catatan reflektif yang diuraikan pada bagian akhir laporan ini.

People whose dwellings are located in an environment with geological characteristics such as the Karst Gunungsewu suffer a water crisis in the dry season every year. The solution to this problem cannot be handled by only dropping water from various aid distribution agencies. Whereas, water is a primary need that must be satisfied to every living things. This study aimed to describe the adaptation strategies developed in Jepitu, Girisubo, Gunungkidul in overcoming the water crisis. By using qualitative research methods that involve in the literature study, data collection, participatory observation, and interviews, this research intended to answer the research problems, namely: what is the adaptation strategy of Jepitu inhabitants in overcoming the current water crisis? What is the collective action that has been taken by the inhabitants of Jepitu in solving the problem of the water crisis, and what are the foundations underlying this collective action? During this time, Jepitu inhabitants have coped the water crisis conditions by (1) lifting water from surface water sources, (2) storing rain water, (3) buying water from private tank service entrepreneurs, and (4) exploring underground water cave systems. The effort to find an underground stream was carried out with the support of cave explorers who had knowledge of the method of lifting underground rivers. After a long journey, the underground river in Pulejajar Cave in Jepitu could be raised to the surface and consumed by the community. The efforts to lift the underground river to overcome the water crisis are narrated in a collective action called the Gugur Gunung Caver. This action involved Jepitu people who joined the environmental conservation community, an organization that focuses on cave search activities in Yogyakarta and Surakarta, a unit that prioritize the security alike SAR and Regional Police. I analyzed a number of things that became the basics in the collective action of the Gugur Gunung Caver, and found that this action (1) driven by volunteerism, (2) relied on mutual trust among doers, (3) used social networks among the doers involved, and (4) applied mutually agreed institutional rules. This research proved that collective action was arise from social capital sought by the community in order to alleviate the drought in the karst region. Collective action such as the Gugur Gunung Caver has the potential to be a solution in overcoming water crisis in the karst region, considering some reflective notes outlined at the end of this report.

Kata Kunci : krisis air, kawasan karst, aksi kolektif, modal sosial, gotong royong

  1. S1-2020-378449-abstract.pdf  
  2. S1-2020-378449-bibliography.pdf  
  3. S1-2020-378449-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2020-378449-title.pdf