Laporkan Masalah

Sistem Produksi Anggur Alternatif di Desa Ihringen, Jerman Selatan

LARA WILIS, Dr. Pujo Semedi H.Y., M.A.

2020 | Tesis | MAGISTER ANTROPOLOGI

Pada masa setelah Perang Dunia II praktik pertanian identik dengan intensifikasi pertanian. Hal tersebut dilakukan dengan penggunaan input kimiawi, mekanisasi pertanian dengan tujuan produktivitas dan efisiensi. Dampaknya adalah berkurangnya kesuburan tanah dan biodiversitas. Praktik pertanian tersebut, seringkali disebut sebagai pertanian konvensional dipandang merugikan oleh sejumlah pihak. Bagi yang tidak menyetujui pertanian konvensional muncul sistem pertanian yang dianggap lebih ramah lingkungan. Sistem ini menolak penggunaan input kimiawi dan menjunjung tinggi keberlanjutan lingkungan. Oleh karena itu kekhawatiran yang muncul adalah penurunan produktivitas panen sehingga mempengaruhi kemakmuran petani. Sejauh proses ini berlangsung, perdebatan mengenai pertanian ramah lingkungan membicarakan mengenai bagaimana sistem pertanian ini mampu memberikan kelayakan ekonomis bagi petani. Di Desa Ihringen, Jerman Selatan, yang dikenal sebagai wilayah penghasil anggur muncul pertanian biodinamik. Praktik pertanian ini dianggap agak mistis karena dipercaya dapat mengoptimalkan hasil pertanian dengan menggunakan kalender rembulan dan sistem pertanian yang spesifik dengan preparasi biodinamik (biodynamische praparate). Praktik ini dipercayai mampu menghubungkan energi kosmis dengan pertanian. Akibatnya sistem ini dipandang rumit dan dogmatis karena mengikuti praktiknya yang mengandung unsur ritual oleh petani konvensional. Melalui penelitian selama tiga bulan, ditemukan bahwa pertanian biodinamik mampu melanjutkan usaha anggur keluarga. Di sisi lain, dinamika produksi anggur yang ditemukan menunjukkan bahwa wacana lingkungan mampu memberikan pengaruh pada sistem produksi anggur dan memunculkan sistem yang alternatif bagi produsen. Tesis ini menggambarkan mengenai latar belakang dari pilihan tersebut dan menjadi pilihan alternatif bagi petani anggur di Desa Ihringen, Jerman Selatan.

In the period after World War II, agricultural practices were synonymous with agricultural intensification. This is done by using chemical inputs and agricultural mechanization to increase productivity and efficiency. Soil fertility and biodiversity are decreasing as an environmental effect. The opposing party proposed an environmentally friendly system of production. This system avoided the use of chemical inputs and upholds environmental sustainability. Producers and farmers faced the risk of crop and welfare decrease. As far as this process goes, environmental-friendly system was debating how the system can provide economic viability for producers. On the other hand, in the village of Ihringen, South Germany, known as a wine-producing region, biodynamic-based production has emerged. This agricultural practice was considered rather mystical because it relied upon agricultural practice using the lunar calendar and specific farming systems applying biodynamic preparations (biodynamische praparate) which can connect cosmic energy with agriculture. The farming practice was considered complicated and dogmatic because it followed a practice that contains ritualistic practice. Through three months of research, I found that this biodynamic agriculture was able to continue the family's wine business. The dynamics of wine production that were discovered show the environmental discourse influence the wine production system and bringing up an alternative system. This thesis reviews the background of these choices and became an alternative for winegrowers in the village of Ihringen, South Germany.

Kata Kunci : Gerakan Lingkungan, Pertanian Biodinamik, Produksi Anggur

  1. S2-2020-422404-abstract.pdf  
  2. S2-2020-422404-bibliography.pdf  
  3. S2-2020-422404-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2020-422404-title.pdf