KONTESTASI PEMANGKU KEPENTINGAN DALAM PENGUASAAN KAPITAL KAWASAN EKONOMI KHUSUS MANDALIKA DI DESA KUTA KECAMATAN PUJUT LOMBOK TENGAH
LALU MUHAMMAD AZWAR, Drs. Hendrie Adji Kusworo, M.Sc., Ph.D.; Drs. Suparjan, M.Si.
2019 | Tesis | MAGISTER PEMBANGUNAN SOSIAL DAN KESEJAHTERAANPenelitian ini bertujuan untuk menjelasakan dua fenomena, pertama KEK Mandalika sebagai arena kontestasi kekuasaan. Kedua peran dan kepentingan pemangku kepentingan pada proses penguasaan kapital KEK Mandalika. Fenomena ini dianalisis menggunakan konsep arena kekuasaan Pierre Bourdieu. Pada sebuah arena kekuasaan terdapat habitus yang menjadi kekuatan bagi Pemangku Kepentingan. Habitus juga dapat mempengaruhi kepentingan kontestan untuk menguasai kapital. Kemudian konsep dilengkapi dengan konsep analisis stakeholder dari Mitchell untuk menjabarkan kekuatan dan kepentingan para kontestan pada arena tersebut. Konflik kepentingan pada arena menghasilkan kontestasi untuk menguasai kapital yang ada di KEK Mandalika. Mengacu pada Bourdie terdapat empat kapital yang ada pada suatu arena. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Pendekatan studi kasus dipilih karena peneliti melihat keunikan pada KEK KEK Mandalika. Keunikan pada kasus KEK Mandalika terlihat dari prioritas yang diberikan Pemerintah dari segi pendanaan berbeda dibandingkan dengan KEK lain yang ada di Indonesia. Selain bersumber dari APBN, Mandalika juga memperoleh dana dari Asian Infrastructure Invesment Bank (AIIB). Hal tersebut membuat Mandalika memiliki pendanaan yang lebih besar dibandingkan KEK lain yang tersebar di Indonesia. Proses pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara secara langsung, dan telepon. Observasi dilakukan untuk melihat kondisi awal lokasi KEK Mandalika. Observasi ini menuntun peneliti melakukan wawancara dengan 15 Informan yang terdiri dari unsur Pemerintah, karyawan PT ITDC, dan tokoh masyarakat Desa Kuta. Selain data primer dari wawancara, sumber informasi peneliti didapatkan melalui berita dan dokumen yang berkaitan dengan KEK Mandalika. Hasil penelitian ini memberikan gambaran bahwa tokoh Arya Banjar menjadi tokoh yang dominan dalam penguasaan kapital KEK Mandalika. Arya Banjar sebagai refresentasi PT ITDC mampu mengelola kapital yang dimiliki untuk melakukan kendali penuh atas aktivitas pembangunan KEK Mandalika. Arya Banjar melakukan strategi penukaran kembali dan mereproduksi kapital yang dimiliki dengan beberapa tokoh masyarakat Desa Kuta dan pihak Pemerintah setempat. Dominasi Arya Banjar dalam konstasi ini menyisakan konflik manifes yang terjadi di Desa Kuta. Arya Banjar belum memposisikan masyarakat sebagai mitra kerja melalui kegiatan CSR. Sehingga masih ada rasa ketidakadilan yang dapat menjadi ancaman bagi institusi PT ITDC jika tidak dikelola dengan baik.
This research will be explain two phenomena, first, how the SEZ Mandalika setting as an arena for contestation. Secondly, how the contestation of the capital control of the SEZ Mandalika capital in Kuta Village.The SEZ Mandalika is a national strategic project that aims to increase regional and national income. It has a focus on tourism businesses located in Kuta Village, Pujut District, Central Lombok Regency. The establishment of SEZ Mandalika is based on PP No. 52 of 2014 concerning Mandalika Special Economic Zones. The regulation gives full authority to BUMN PT. Indonesian Tourism Development (ITDC) to manage SEZ Mandalika technical sector. The existence of SEZ Mandalika and PT. ITDC changes the structure of tourism management in Kuta Village. This, SEZ Mandalika has become an arena of authority over capital for various stakeholders. This phenomenon is analyzed using the concept of Pierre Bourdieu arena of power. In an arena of power, there is habitus which is a force for the stakeholders. Habitus can also influence the interests of contestants to control capital. Then, the concept is complemented by the concept of stakeholder analysis from Mitchell to describe the strengths and interests of the contestants in the arena. Conflict of interest in the arena produces contestation to control the capital in SEZ Mandalika. Referring to Bourdieu, there are four capitals in the arena. This study uses qualitative research methods with a case study approach. The writer sees the contestation in the SEZ Mandalika arena as an interesting case because of various conflicts of interest. This conflict of interest occurred in an arena called SEZ Mandalika. This conflict of interest phenomenon is an anomaly of the SEZ Mandalika development objective to improve the economic level of Central Lombok Regency. The process of collecting data is done by observation, direct interviews, and telephone. In addition to primary data from interviews 14 person, sources of researcher information were obtained through news and documents relating to SEZ Mandalika. The result of this study put Arya Banjar as the winner of the contestation in the SEZ Mandalika capital control arena. Arya Banjar can manage its capital to exercise full control of the SEZ Mandalika development activities. Arya Banjar implemented a strategy to exchange and reproduce the capital owned by several local community leaders from Kuta Village and the local government. Arya Banjar victory in this contest leaves a manifest conflict in Kuta Village. PT. ITDC has not positioned the community as partners through CSR activities. So there is still a sense of injustice that can be a threat to PT. ITDC if it is not managed properly.
Kata Kunci : Kontestasi, Kapital, KEK Mandalika, Pemangku Kepentingan / Contestation, Capital, SEZ Mandalika, Stakeholders