Laporkan Masalah

KARAKTERISTIK DAN SEBARAN PENGEMIS DI KAWASAN SANGLAH KOTA DENPASAR

APRILIA RISZI I.D.S., Dr. Umi Listyaningsih, M.Si. ; Dr. Sri Rum Giyarsih, M.Si.

2019 | Tesis | MAGISTER GEOGRAFI

Penelitian dilaksanakan di Kawasan Sanglah dengan tujuan: (1) menganalisis karakteristik pengemis di Kawasan Sanglah, (2) menganalisis sebaran spasial pengemis di Kawasan Sanglah, dan (3) menganalisis strategi pengemis dalam menjalankan profesinya di Kawasan Sanglah Kota Denpasar. Metode dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian survei dengan pendekatan kuantitatif. Teknik yang dipergunakan berupa teknik accidental. Data yang dipergunakan yakni data primer dan sekunder. Teknik analisis yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan tabulasi silang. Pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan keruangan. Hasil penelitian menunjukkan: (1) karakteristik pengemis dibagi menjadi dua kategori, yakni karakteristik sosial dan karakteristik budaya. Karakteristik sosial pengemis di Kawasan Sanglah secara umum adalah: didominasi oleh wanita, berada pada usia produktif, sebagian besar tidak pernah bersekolah, didominasi oleh pengemis dari Pulau Jawa, sebagian besar beragama Islam. Karakteristik budaya pengemis adalah: sebagian besar lingkungan tinggal atau tetangga berprofesi sama, yakni sebagai pengemis. Persepsi pengemis terhadap pekerjaannya adalah mereka berasumsi bahwa mengemis adalah pekerjaan halal, tidak merugikan orang lain, mudah, dan juga takdir dari Tuhan. (2) sebaran spasial pengemis di Kawasan Sanglah secara umum terdiri dari tiga pola, yang mana cakupan wilayah antar satu pola dengan lainnya memiliki karakter yang hampir sama. Titik sentral dari masing-masing pola berada pada Pertokoan Diponegoro, Pertokoan Gajah Mada, dan Pertokoan Teuku Umar. Objek-objek kunjungan pengemis dibagi menjadi beberapa klaster, yakni klaster kawasan permukiman, pertokoan, perdagangan, fasilitas pelayanan kesehatan, dan sarana ibadah. (3) strategi pengemis dalam menjalankan profesinya di Kawasan Sanglah secara umum adalah: (a) gaya berbusana sebagian besar berpakaian normal dan ada yang menggunakan pakaian compang-camping; (b) bahasa yang dipergunakan adalah Bahasa Indonesia dan Bahasa Bali; (c) sistem mengemis secara garis besar dilakukan secara individu; (d) strategi mengemis didominasi dengan cara berjalan mengunjungi satu objek ke objek lainnya; (e) strategi menarik simpati calon dermawan yang dilakukan pengemis adalah: mendoakan calon dermawan, memasang wajah memelas, dan membawa instrumen seperti alat musik yang dapat menarik perhatian; (f) lokasi mengemis yang paling tinggi intesitasnya berada pada rute pengemis yang berada di sekitar kawasan Pertokoan Gajah Mada.

The study was conducted in Sanglah Region with the aim of: (1) analyzing the characteristics of beggars in Sanglah Region, (2) analyzing the spatial distribution of beggars in Sanglah Region, and (3) analyzing the beggar's strategy in carrying out his profession in Sanglah Region of Denpasar City. The method in this study used survey research methods with a quantitative approach. The technique used was an accidental technique. The data used were primary and secondary data. The analysis technique used in this study was to use cross tabulation. The approach used was the spatial approach. The results showed: (1) beggar characteristics were divided into two categories, namely social characteristics and cultural characteristics. The social characteristics of beggars in the Sanglah region in general were: domination of women, being of productive age, most never going to school, domination of beggars from Java, most of whom are Muslim. The characteristics of the culture of beggars were: most neighborhoods or neighbors work in the same place as beggars. Beggars' perception of their work is that they assume that begging is halal work, does not harm others, easy, and also God's destiny. (2) the spatial distribution of beggars in Sanglah Region generally consists of three patterns, in which the area of coverage between one pattern and another almost has the same character. The central point of each pattern was in Diponegoro Shop, Gajah Mada Shop, and Teuku Umar Shop. The objects of the beggar's visit were divided into several clusters, they were the cluster of settlement areas, shops, trade, health service facilities, and worship facilities. They wore normal clothes and some of them wore tattered clothes; (b) the languages used were Indonesian and Balinese; (c) the general begging system was carried out individually; (d) the begging strategy was dominated by walking visiting one object to another; (e) strategies to attract the sympathy of potential benefactors by beggars were: praying for prospective benefactors, putting a pitiful face, and carrying instruments such as musical instruments that can attract attention; (f) the location of the highest level of begging was on the beggar route around the Gajah Mada Shopping Area.

Kata Kunci : Sebaran Spasial, Karakteristik Pengemis, Kawasan Sanglah / Characteristics of Beggars, Spatial Distributions, Sanglah Region

  1. S2-2019-417741-abstract.pdf  
  2. S2-2019-417741-bibliography.pdf  
  3. S2-2019-417741-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2019-417741-title.pdf