GERAKAN ARAH BARU INDONESIA (GARBI) BANGKA BELITUNG (DALAM) TELAAH GERAKAN SOSIAL
AHMAD YUSUF, Dr. Muhammad Najib S.Sos., M.A.
2019 | Tesis | MAGISTER SOSIOLOGIABSTRAK Ahmad Yusuf / Gerakan Arah Baru Indonesia (GARBI) Bangka Belitung (dalam) Telaah Gerakan Sosial Gerakan Arah Baru Indonesia (GARBI) Bangka Belitung (dalam) Telaah Gerakan Sosial merupakan kajian yang dilatari oleh fenomena konflik dan faksi yang terjadi dalam tubuh internal PKS Bangka Belitung. Penelitian ini bertujuan menganalisis proses terbentuknya GARBI Bangka Belitung juga strategi aksi GARBI Bangka Belitung dalam memobilisasi sumber daya untuk bergabung bersama GARBI Bangka Belitung. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Data dikumpulkan melalui wawancara dan observasi di lapangan. Penelitian menggunakan pendekatan teori mobilisasi sumber daya manusia dan pendekatan faksionaliasi dan konflik partai. Dari hasil penelitian, ditemukan bahwa GARBI Bangka Belitung merupakan bagian dari dinamika dan konflik yang tidak dapat dipisahkan antara GARBI pusat dan PKS. GARBI Bangka Belitung terbentuk karena konflik internal dalam PKS Bangka Belitung yang memunculkan dua faksi yaitu Faksi Kultural yang idealis-ideologis dan Faksi struktural yang pragmatis-reaslistis. Konflik ini berkaitan dengan konsep ide keterbukaan PKS dalam kontestasi politik. Faksi Struktural berpendapat bahwa keterbukaan merupakan jalan bagi PKS agar semakin diterima oleh semua kalangan karena menurut mereka PKS terlalu ekslusif sementara Faksi Kultural menentang konsep tersebut sebab tidak sesuai dengan khitah partai sebagai Partai Dakwah. Gesekan pendapat dan tekanan dari Faksi Kultural sering ditujukan kepada kader Faksi Struktural bahkan muncul kalimat dari Faksi Kultural seperti � GARBI Futur maupun GARBI sesat �. Kader Faksi Struktural yang merasa tidak nyaman di PKS dengan konflik tersebut, akhirnya keluar dari PKS dan sebagiannya lagi dikeluarkan oleh PKS serta membentuk gerakan baru bernama GARBI Bangka Belitung. Gerakan ini dibentuk sebagai wadah untuk mengakomodasi aspirasi kader GARBI yang tidak dapat terealisasikan oleh PKS. Untuk memperluas jejaring sosial dan memobilisasi gerakan, GARBI Bangka Belitung mempunyai berbagai strategi aksi dan insentif yang ditawarkan oleh aktor GARBI antara lain dengan merawat nilai-nilai lama, inklusivitas program dan sasaran, menguatkan legitimasi serta strategi marketing dan rekrutmen secara online dan offline. Para aktor GARBI mempunyai pengaruh dan peran yang penting terhadap pergerakan dan eksistensi GARBI dengan mengkoordinir dan memobilisasi gerakan melalui strategi aksi dan kegiatan yang dilakukan. Selain itu, salah satu fenomena unik dari GARBI Bangka Belitung adalah GARPU atau Gerakan Arah Pulang. Fenomena GARPU sangat unik sebab para kader GARBI Bangka Belitung yang sebelumnya telah keluar dari PKS, kemudian kembali lagi ke PKS karena merasa rindu dengan lingkungan tarbiyah PKS. Fenomena GARPU juga semakin menarik dikaji karena kembalinya kader tersebut ke PKS disebabkan juga oleh pencalonan mereka sebagai kandidat legislatif dari PKS.
ABSTRACT Ahmad Yusuf / Bangka Belitung New Indonesian Direction Movement (GARBI) (in) Study of Social Movements The New Indonesian Direction Movement (GARBI) Bangka Belitung (in) The Study of Social Movement is a study that is based on the phenomena of conflict and factions that occur within the Bangka Belitung PKS. This study aims to analyze the process of forming GARBI Bangka Belitung as well as the action strategy of GARBI Bangka Belitung in mobilizing resources to join GARBI Bangka Belitung. This research uses a qualitative method with a phenomenological approach. Data collected through interviews and observations in the field. The research uses a theoretical approach to mobilizing human resources and an approach to partyisation and party conflict. From the results of the study, it was found that GARBI Bangka Belitung is part of the dynamics and conflicts that cannot be separated between the central GARBI and PKS. GARBI Bangka Belitung was formed due to internal conflict in PKS Bangka Belitung which gave rise to two factions namely the idealist-ideological Cultural Faction and the pragmatic-reaslistist structural faction. This conflict is related to the concept of PKS openness ideas in political contestation. The Structural Faction believes that openness is a way for PKS to be increasingly accepted by all groups because they think PKS is too exclusive while the Cultural Faction opposes the concept because it is not in accordance with the party's message as the Da'wah Party. Friction of opinion and pressure from the Cultural Faction is often directed at cadres of the Structural Faction even appearing sentences from Cultural Faction such as "GARBI Futur or GARBI heretical". Structural Faction cadres who felt uncomfortable in PKS with the conflict, finally left PKS and some of them were expelled by PKS and formed a new movement called GARBI Bangka Belitung. This movement was formed as a forum to accommodate the aspirations of GARBI cadres who could not be realized by PKS. To expand social networking and mobilize movements, GARBI Bangka Belitung has a variety of action strategies and incentives offered by GARBI actors, among others, by preserving old values, program inclusiveness and targets, strengthening legitimacy and marketing and recruitment strategies online and offline. GARBI actors have an important influence and role on the movement and existence of GARBI by coordinating and mobilizing the movement through action strategies and activities carried out. In addition, one of the unique phenomena of GARBI Bangka Belitung is the GARPU or Movement to Return. The GARPU phenomenon is very unique because the GARBI Bangka Belitung cadres who had previously left PKS, then returned to PKS because they felt homesick for the PKS tarbiyah environment. The GARPU phenomenon is also increasingly interesting to study because the return of these cadres to PKS is also caused by their nomination as legislative candidates from PKS.
Kata Kunci : PKS, GARBI Bangka Belitung, Konflik dan Faksi