SUNTINGAN DAN TERJEMAHAN TEKS BABAD MATARAM: AMANGKURAT I DUMUGI AMANGKURAT II EPISODE PANGERAN ADIPATI ANOM MEMINTA BANTUAN BALA PERANG PADA BELANDA
Ony Setyaningrum, Dr. Sri Ratna Saktimulya, M.Hum.
2019 | Skripsi | S1 SASTRA JAWATujuan penelitian ini adalah untuk mengungkap peristiwa yang terjadi pada masa pemerintahan Amangkurat II, khususnya episode Amangkurat II meminta bantuan bala perang pada Belanda untuk berperang melawan pasukan Trunajaya. Cerita dikemas dengan bahasa sastra yang indah dalam naskah Babad Mataram: Amangkurat I dumugi Amangkurat II, sebuah naskah manuskrip berhuruf dan berbahasa Jawa yang ditulis pada tahun 1808. Naskah koleksi Perpustakaan Widya Pustaka Pura Pakualaman memuat peristiwa peralihan kekuasaan dari Amangkurat I kepada Amangkurat II. Dalam penelitian ini digunakan teori filologi, kodikologi dan terjemahan. Filologi dimanfaatkan karena objek penelitian adalah naskah manuskrip karya masa lampau; sedangkan kodikologi digunakan untuk mendeskripsi wedana yang menyertai teks, serta teori terjemahan digunakan karena teks tertulis dalam bahasa Jawa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa banyak konflik yang mewarnai cerita ketika Amangkurat II naik tahta. Awalnya ia tidak ingin menjadi raja setelah Kerajaan Mataram yang berada di Pleret hancur diserbu oleh Trunajaya dan pasukannya. Namun, Amangkurat II kemudian mendapat wahyu melalui mimpi sehingga ia ingin menjadi raja. Setelah ia dinobatkan, ia mengirim utusan ke Betawi untuk meminta bantuan bala perang kepada Belanda. Sikapnya yang pro Belanda inilah yang menimbulkan gejolak di masyarakat sehingga banyak terjadi pemberontakan. Selain itu, teks BM juga dihiasi oleh wedana yang indah bernama Giri Srengga Gambirawati. Gambar pokok dalam wedana tersebut terdiri atas tiga simbol, yaitu singgasana, dua angsa merah dan kepala raksasa berambut emas.
The purpose of this study was to uncover events that occurred during the reign of Amangkurat II, especially the episode of Amangkurat II asking for reinforcements in the Netherlands to fight against Trunajaya forces. The story is packaged in beautiful literary language in the Babad Mataram manuscript: Amangkurat I dumugi Amangkurat II, a Javanese hand-manuscript written in Javanese script, and it was written in 1808. Manuscript collection in the Widya Pustaka Pakualaman Library contains the events of the transfer of power from Amangkurat I to Amangkurat II. In this research philology, kodikologi and translation theories are used. Philology is used because the object of research was an ancient text; while kodikologi is used to interpret wedana that accompany the text, and the translation theory is used because the text is written in Javanese. The results showed that many conflicts occurred when Amangkurat II ascended the throne. Initially he did not want to become a king after the Kingdom of Mataram, which was in Pleret destroyed, was invaded by Trunajaya and his troops. However, Amangkurat II later received revelations through dreams so he wanted to become king. After he was crowned, he sent a delegation to Betawi to ask Dutch for reinforcements. It was this attitude of the pro-Dutch that caused turmoil in society that led to many revolts. In addition, the BM manuscript is also decorated by a beautiful wedana named Giri Srengga Gambirawati. The main image in the wedana consists of three symbols, namely a throne, two red swans and a giant golden-haired head.
Kata Kunci : Amangkurat II, Belanda, Betawi, Trunajaya