Laporkan Masalah

Transformasi Keruangan Kampung Wisata (Studi Kasus: Kampung Warna-Warni Jodipan dan Kampung Tridi Kesatrian)

Deano Damario Putrayurin, Prof. Ir. Bambang Hari Wibisono, MUP., M.Sc., Ph.D.

2019 | Skripsi | S1 PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Kota Malang adalah kota kedua terbesar di Provinsi Jawa Timur setelah Surabaya. Kota ini merupakan kota peninggalan penjajahan Belanda dan juga menjadi salah satu kota yang ikut dirancang oleh insinyur Belanda terkemuka, Herman Thomas Karsten. Kota yang berluaskan 110 km2 ini tersusun atas 5 kecamatan, yaitu Kecamatan Kedungkandang dengan luas wilayah terbesar, diikuti oleh Kecamatan Lowokwaru, Kecamatan Sukun, Kecamatan Blimbing, dan Kecamatan Klojen. Kota ini, seperti kota-kota besar lainnya, mengalami fenomena urbanisasi, yaitu perpindahan penduduk dari luar kota ke dalam kota. Hal ini menyebabkan pertambahan jumlah penduduk pada ruang-ruang kota yang terbatas, menyebabkan sebagian dari mereka termarjinalkan dan membentuk permukiman- permukiman informal di dalam kota yang disebut kampung kota. Kampung Jodipan dan Kampung Kesatrian adalah dua dari sekian kampung kota di Kota Malang yang dikenal kumuh. Kedua kampung ini terletak di bantaran Sungai Brantas dengan kebiasaan masyarakat yang buruk, yaitu membuang sampah sembarangan ke sungai. GuysPro adalah sekelompok mahasiswa di UMM yang merumuskan gagasan "Decofresh Warnai Jodipan" bersama PT Indana, produsen cat di Kota Malang melalui program CSR mereka. Alhasil, Kampung Jodipan disulap menjadi kampung wisata dengan tema corak bangunan yang warna-warni. Sedangkan, Kampung Tridi Kesatrian dicetuskan oleh salah satu warga Kampung Kesatrian, yaitu Mas Eddy. Ia bersama beberapa temannya mengusulkan ide kepada RW untuk mengecat kampung sekaligus menambahkan lukisan-lukisan 3-dimensi. Sehingga, Kampung Kesatrian pun berubah menjadi Kampung Tridi, diambil dari kata serapan Bahasa Inggris 3-D. Penelitian ini menggunakan pendekatan deduktif-kualitatif dengan menjelaskan perkembangan kedua kampung wisata serta mendeskripsikan transformasi keruangan yang terjadi, yaitu transformasi fisik, transformasi sosial, dan transformasi ekonomi dan penelitian ini berusaha untuk membandingkan transformasi yang terjadi di keduanya. Analisis data dilakukan melalui data reduction, data display, dan conclusion drawing. Ditemukan bahwa Kampung Warna-Warni Jodipan yang digagas melalui program mahasiswa memiliki kondisi kebersihan kampung yang tinggi dibanding Kampung Tridi Kesatrian, dan Kampung Tridi Kesatrian yang dicetus oleh warga-warganya sendiri memiliki kondisi keeratan antara warga dan kekompakan yang kuat dalam kegiatan pembangunan.

Malang City is the second largest city in East Java Province after Surabaya. This city was a former city of Dutch colonialist and became one of the cities designed by a renowned Dutch engineer, Herman Thomas Karsten. This city which spans 100 km2 consists of 5 districts, namely Kedungkandang District which has the largest area, followed by Lowokwaru District, Sukun District, Blimbing District, and Klojen District. This city, like any other major cities, experiences urbanization, a mass population migration from outside of the city into the city. This resulted in a number of them being marginalized and establishing informal settlements within the city, named urban kampong. Kampung Jodipan and Kampung Kesatrian are two of the many urban kampongs in Malang City which are deemed as slums. The two kampongs are located on the Brantas River bank at which their inhabitants have poor habits of dumping trashes to the river. GuysPro is a group of UMM students who formulated the idea of "Decofresh Warnai Jodipan" (Decofresh Colours Jodipan) along with PT Indana, a paint producer in Malang City through their CSR program. As a result, Kampung Jodipan was turned into a tourist kampong with colourfully-painted houses. Meanwhile, Kampung Tridi Kesatrian was initiated by one of the villagers, Mas Eddy. He and several of his friends proposed an idea to the RW (hamlet) to paint the entire kampong alongside with adding 3-dimensional paintings. Consequently, Kampung Kesatrian was transformed into Kampung Tridi, of which its name originated from the English pronunciation of 3-D. This study utilizes deductive-qualitative approach through explaining the development of the two tourist kampongs as well as describing the spatial transformation that occurs, which are physical transformation, social transformation, and economic transformation and this study also attempts to compare the transformations of the two. Data analysis was done through data reduction, data display, and conclusion drawing. It was found that Kampung Warna-Warni Jodipan that was initiated by the students' program has a higher kampong cleanliness level in comparison with Kampung Tridi Kesatrian, while Kampung Tridi Kesatrian which was initiated by its own people has a higher social closeness and solidarity in its ongoing process of development.

Kata Kunci : transformasi keruangan, kampung wisata, bottom-up, top-down.

  1. S1-2019-378808-abstract.pdf  
  2. S1-2019-378808-bibliography.pdf  
  3. S1-2019-378808-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2019-378808-title.pdf