PENGEMBANGAN ALAT VACUUM CASTING PADA SISTEM INVESTMENT CASTING UNTUK SENTRA KERAJINAN PERAK KOTAGEDE

ISTRIA RIMBA SALLIMA, Dr.Eng. M. Arif Wibisono, S.T., M.T.

2019 | Skripsi | S1 TEKNIK INDUSTRI

Penduduk asli Kecamatan Kotagede, Kota Yogyakarta terkenal memiliki keahlian membuat kerajinan ukiran kayu, perak dan emas. Sampai saat ini Kotagede menjadi sentra kerajinan perak yang terkenal luas hingga ke mancanegara. Dalam perkembangannya, Industri Kerajinan Perak di Kotagede terkendala masalah teknologi. Sistem investment casting dengan teknologi vacuum casting mampu menghasilkan produk berjumlah besar dalam waktu yang lebih singkat daripada proses manual, mudah dikustomisasi, serta produk yang dihasilkan pun berkualitas tinggi. Pengembangan alat vacuum casting sederhana menjawab permasalahan tersebut. Metode benchmarking dilakukan untuk menentukan spesifikasi alat. Setelah didapatkan desain yang sesuai, selanjutnya membuat alat vacuum casting sederhana (VC) yang dapat berfungsi sebagai alat cor. Pengujian dilakukan untuk menguji kemampuan pengecoran, kualitas hasil pengecoran, dan analisis biaya produksi yang dibandingkan dengan produk hasil manual. Hasil penelitian menujukkan bahwa alat vacuum casting ini mampu berfungsi dengan baik. Dari segi kualitas, produk hasil vacuum casting memiliki porositas yang tinggi sedangkan produk hasil manual tidak memiliki pori. Biaya produksi VC membutuhkan biaya sebesar Rp.48.972,- per unit, lebih murah daripada produksi secara manual yang membutuhkan biaya Rp. 108.392,- per unit.

The people of Kotagede Subdistrict, Yogyakarta City are known for their expertise in wood, silver and gold carving. Until now, Kotagede has become the centre of silver handicraft widely known to foreign countries. During its development, the Silver Handicraft Industry in Kotagede is constrained with several technological problems. Investment casting system with vacuum casting technology can produce large quantities in a shorter time than the manual process, easy to customize, and produce high quality products. The development of simple vacuum casting tools is needed to answer these problems. The benchmarking method is used to determine the specifications of the tool. After getting the appropriate design, the next step is making a simple vacuum casting tool (VC) that could do the casting process. The test is carried out to test the ability of the foundry, the quality of the foundry results, and the analysis of the production costs compared to the products produced by using manual process. The results show that the vacuum casting device can function properly. In terms of quality, the vacuum casting product has a high porosity while the manual product does not have a pore. VC production costs require a fee of Rp.48.972,- per unit, cheaper than manual production which costs Rp. 108.392,- per unit.

Kata Kunci : kerajinan perak, pengembangan alat, vacuum casting, benchmarking