Analisis Politik Luar Negeri Level Individu Donald Trump: Studi Kasus Kedutaan Besar di Israel

KENNY SETYA ABDIEL, Drs. Muhadi Sugiono, MA

2019 | Skripsi | S1 ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

Pemerintahan Donald Trump dalam konteks politik luar negeri diwarnai dengan kebijakan-kebijakan pro-Israel sejak keputusannya di penghujung 2017 dalam memindahkan kedutaan besar AS ke Yerusalem. Kendati kebijakan-kebijakannya berisiko dan seringkali dikecam oleh publik internasional, Trump tidak berusaha mengendorkan dukungannya terhadap pemerintahan Israel. Hal ini tidak lain dipengaruhi oleh dimensi individu dari Trump. Penelitian ini menyelidiki kepribadian Trump terutama gaya kepemimpinannya dan pengaruhnya terhadap politik luar negeri pro-Israel dengan kerangka konseptual interdisipliner berupa psikologi politik. Temuan yang didapat adalah Trump merupakan pemimpin yang agresif yang ditandai dengan pengabaian terhadap fakta dan informasi di lapangan. Hal ini membuatnya memiliki preferensi risiko yang tinggi meskipun menyadari konsekuensi dari keputusannya. Keterbatasan Trump dalam mengorganisasi jabatan formal juga menghambatnya dalam mengkompromikan kepentingannya dengan permintaan pihak-pihak lain. Selain itu, terdapat beberapa kemungkinan yang mendorong Trump membuat kebijakan-kebijakan pro-Israel; diantaranya adalah kepentingan pragmatis untuk karir politiknya di kalangan kelompok Kristen dan Yahudi tingkat domestik maupun kebutuhan personal akan pencapaian-pencapaian politik melalui nilai-nilai yang dipercayainya.

In the context of foreign policy, Trump�s administration had made various pro-Israel moves starting with his decision in relocating US embassy for Israel to Jerusalem on the late 2017. Despite strong reaction from domestic and international level, Trump has never loose up his effort to support Israeli government. This was mainly caused by personality aspect of him. This article explores Trump�s personality attribute specifically his leadership style that influenced the way and direction of US foreign policy. To answer the relationship, this article is using interdisciplinary conceptual framework namely political psychology. The investigation found out that Trump is categorized as an aggressive leader which marked by the abandonment of facts and information. This makes Trump a highly-risk taker despite knowing the consequences. Trump�s lack of experience in formal position is also prevent him to understanding situation and compromising his decision with others demands. At the end, there are some possibilities which drive Trump to take some pro-Israel action such as his pragmatist interest for securing his political primacy among Christian and American Jew groups in domestic level as well as need for achievement which rooted on his believes.

Kata Kunci : Trump, Amerika Serikat, Politik Luar Negeri, Konflik, Psikologi, Yerusalem, Israel, Palestina