Analisis Kebutuhan Mini Combine Harvester sebagai Sumber Daya Panen Padi Mekanis di Kabupaten Semarang

ARJUNA MAULANA RIFQI, Prof. Dr. Ir. Lilik Sutiarso, M.Eng.; Dr. Radi, S.T.P., M.Eng.; Dr. Rudiati Evi Masithoh, S.T.P., M.Dev.Tech.

2019 | Skripsi | S1 TEKNIK PERTANIAN

Penambahan unit sumber daya panen mekanis diperlukan apabila tenaga panen manual tidak dapat menyelesaikan luas panen selama musim panen. Luas panen di Kabupaten Semarang cenderung meningkat dengan nilai peningkatan 25% dalam 5 tahun terakhir sehingga jumlah musim panen per tahun turut meningkat dari 1,81 kali pada 2018 menjadi 2,19 kali di tahun 2024. Wilayah ini memiliki total luas panen padi 42.954,73 hektar dengan sumber daya panen 61.116 jiwa beserta 34 unit bantuan mini combine harvester. Akan tetapi, permasalahan seperti kinerja teknis dan biaya panen belum terdapat kajian ilmiahnya. Pokok bahasan utama penelitian ini ialah mencari nilai kebutuhan, prediksi, dan rekomendasi pemenuhan sumber daya panen padi mekanis. Di wilayah kerja Kabupaten Semarang, mini combine harvester memiliki niai rata-rata efisiensi 61,65% dengan luas cakup rata-rata 19,35 hektar per tahun. Performa unit di sawah tadah hujan (foot sinkage < 10 cm) dapat mengerjakan 1 hektar lahan dalam waktu 5,6 sampai 6 jam. Apabila beroperasi di lahan basah (foot sinkage > 20 cm) membutuhkan waktu 10 jam per hektar. Kondisi lahan basah di suatu wilayah menjadi penyebab utama beberapa unit mini combine harvester bertoleransi foot sinkage sedalam 5-10 cm mangkrak. Dari segi ekonomi, rerata biaya panen padi manual yakni Rp3.995.965/hektar. Nilai tersebut lebih mahal daripada panen mekanis yang bertarif ideal Rp2.870.499/hektar ataupun biaya sewa actual Rp1.392.000/hektar. Untuk memenuhi kekurangan unit pemanen, diperlukan realokasi di beberapa wilayah seperti Kecamatan Banyubiru (mayoritas foot sinkage > 30 cm) dan Kecamatan Pringapus (tenaga panen manual sudah memenuhi luas panen wilayah kerja) menuju wilayah yang kekurangan sumber daya panen. Dengan mereplikasi analisis kebutuhan, jumlah unit untuk memenuhi kekurangan tenaga panen pada tahun 2024 diprediksi sebanyak 43 unit tambahan (basis analisis per kecamatan) dan 39 unit (basis perhitungan seluruh kabupaten).

Mechanical harvesting units are required when the manual harvest workers are not able to cover the harvest area within a harvest time. The field of paddy harvested in Semarang Regency tends to increase by 25% in the last 5 years which cause the harvest season to be predicted to increase from 1,81 times a year in 2018 to 2,19 times per year in 2024. Semarang Regency which has a total paddy harvest area of 42.954,73 hectares with a population of 61.116 rice farmers and 34 units of mini combine harvester. The problems such as technical performance and mechanical harvesting cost in Semarang Regency became the main topics to find the required number, predictions, and recommendations of mechanical paddy harvester. The efficiency of the mini combine harvester in this region is 61,65% and an average of coverage area is 19,35 hectares/year. On the rainfed field that is rather dry and has less than 10 cm of foot sinkage, the unit can work on 1 hectare of field in 5,6 to 6 hours. When the unit is operated in a wetland area with more than 20 cm of foot sinkage, it requires 10 hours per hectare. The unit will be efficient if working on area which has a foot sinkage depth of 5-10 cm. In term of economics, the average cost of manual paddy harvest in Semarang Regency is Rp3.995.965 per hectare, it more expensive than mechanical harvesting of Rp2.870.499 (ideal cost) or Rp1.392.900 (rental cost). To meet the total needs of harvester units in the appropriate areas, reallocation units in several areas is required such as Banyubiru District (the majority of foot sinkage above 30 cm) and Pringapus District (the manual havest workers have covered their harvest area). In 2024, it is predicted that 43 units (based on district area needs) or 39 units (based on regency area needs) are required to fullfil the needs.

Kata Kunci : padi, mini combine harvester, sumber daya, luas cakup, pemenuhan