Strategi Penghidupan Masyarakat di Kawasan Terdampak Sedimentasi Laguna Segara Anakan
SOFIA YOGI RAHMANI, Prof. Dr. R. Rijanta, M.Sc
2019 | Skripsi | S1 PEMBANGUNAN WILAYAHStrategi penghidupan masyarakat dan keberlanjutannya sangat ditentukan oleh tiga aspek utama yaitu aset, akses, dan aktivitas. Kondisi yang berbeda dari aset, akses, dan aktivitas akan mempengaruhi jenis strategi penghidupan yang dilakukan dan juga keberlanjutannya secara ekonomi, ekologi, dan sosial. Masyarakat di Kawasan Laguna Segara Anakan tengah mengalami tekanan yang kontinu dari perubahan fisik laguna akibat sedimentasi. Sedimentasi menyebabkan penuruan hasil tangkapan, namun di sisi lain juga memberi peluang untuk aktivitas pertanian. Kawasan Laguna Segara Anakan saat ini dihuni oleh dua kelompok masyarakat, yaitu nelayan yang merupakan penduduk asli, yang tengah menghadapi tekanan dari perubahan alam, dan petani-petani migran, yang juga mengalami ketidakpastian akibat seringnya gagal panen karena air pasang. Masalah akses ke sumber daya alam juga menjadi tekanan lain bagi masyarakat di Kawasan Laguna Segara Anakan. Metode gabungan kuantitatif dan kualitatif dilakukan untuk memperoleh gambaran yang komprehensif sekaligus mendalam dari strategi penghidupan masyarakat di kawasan laguna Segara Anakan. Pengambilan sampel dilakukan secara random sejumlah 60 responden dari dusun nelayan dan dusun petani. Wawancara mendalam dilakukan kepada key person seperti tokoh masyarakat dan juga ke responden-responden tertentu yang dapat memberikan keterangan lebih lanjut terkait fenomena yang kurang jelas atau yang menarik untuk dikaji. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi penghidupan yang dilakukan oleh masyarakat terbagi dalam tiga tipologi yaitu intensifikasi atau ekstensifikasi pertanian, diversifikasi, dan mobilisasi. Strategi penghidupan yang paling banyak dilakukan nelayan adalah mobilisasi, sedangkan strategi yang paling banyak dilakukan petani adalah diversifikasi. Dari ketiga strategi tersebut, mobilisasi memainkan peran yang penting dalam menentukan status ekonomi masyarakat. Aspek keberlanjutan strategi penghidupan menunjukkan bahwa pekerjaan nelayan relatif lebih menjanjikan secara ekonomi, namun secara sosial kurang berkelanjutan karena sifat individualisme dan tingginya konflik antarnelayan. Sebaliknya, pekerjaan petani kurang menguntungkan secara ekonomi daripada nelayan, akan tetapi secara sosial keberlanjutannya sangat baik, disebabkan oleh kuatnya ikatan sosial masyarakat melalui antara lain dengan adanya sistem liuran atau tukar tenaga kerja, sambatan (meminta tolong ke tetangga saat ada hajat), dan juga nyimpen. Adapun secara ekologis keduanya dinilai kurang berkelanjutan karena praktik penangkapan ikan dan pertanian yang cenderung eksploitatif terhadap sumber daya alam.
Livelihood strategy and its sustainability are strongly determined by three main aspects: the ownership of access, condition of access, and activities. Different condition of each aspect would influence the preference of livelihood strategy, as well as its sustainability in economic, ecological, and social aspects. The society in Segara Anakan Lagoon areas have been facing continuous force caused by physical change in the lagoon. Sedimentation have been causing fishery depletion, but in the other side giving chance for agriculture to develop. The society consists of two groups, the fishers who are the origin people of Kampung Laut, and the farmers who are dominated by migrants from West Java. Both of the society groups are facing the same force from the depletion of fishery, the low quality of the paddy field, and bad conditions of access to natural resources. Mixed Method of quantitative and qualitative method is used to get the comprehensive explanation of the livelihood strategy, as well as its information depth. Samples were taken randomly from the fishers' village and farmers' village, each counts 30. In-depth interviews were conducted to key persons such as public figures and also some respondents who had unique cases or who could give deeper explanation about some unclear cases. The results of the research shows that the livelihood strategy of fishers and farmers can be classified in four typologies; extensification, intensification in farming and fishery, diversification, and mobilization. Most of the fishers choose mobilization as their livelihood strategy, while farmers prefer to diversification as their livelihood strategy. Between the four strategies, mobilization plays the most dominant role in determining the economic status of the society. The sustainability of the strategies are different between fishers and farmers. Fishers' livelihood strategies are more economically sustainable but it has very low sustainability in social aspect because of the individualism between fishers and the high rate of internal conflict between fishers. In the other side, farmers' livelihood strategies are less sustainable economically but very sustainable in its social aspects because of the strong supportive social systems like liuran (labor exchange), sambatan (asking for help to neighbors to handle a special occasion), and nyimpen (providing certain goods needed by neighbors, and will be returned in the same form when they need it) and the low rate of internal conflict between them. Both of the fishers' and farmers' strategies are less sustainable in the ecological aspects because their practice in using natural resources tends to be exploitative and short-term benefit oriented.
Kata Kunci : strategi penghidupan, petani, nelayan, aspek keberlanjutan