Liberalisasi Perdagangan dan Ketahanan Pangan di Indonesia
SITI ARIFAH P, Prof.Dr.Ir. Masyhuri; Dr. jangkung Handoyo Mulyo,SP,M.Ec; Dr. Jamhari,S.P,MP
2019 | Disertasi | DOKTOR ILMU PERTANIANPenelitian ini bertujuan untuk:1) mengetahui pertumbuhan produksi dan pertumbuhan konsumsi beras, jagung, dan kedelai Indonesia. 2)Mengetahui perkembangan daya saing pangan strategis Indonesia dan kinerja perdagangan pangan strategis Indonesia - ASEAN serta faktor- faktor yang mempengaruhi perdagangan pangan strategis Indonesia. 3)Mengetahui dampak liberalisasi perdagangan di Asia Tenggara terhadap ketahanan pangan di Indonesia dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Komoditas yang dianalisis adalah beras, jagung, kedelai. Negara mitra dagang anggota ASEAN yang adalah Malaysia, Philipina, Thailand, Singapura, danVietnam. Kinerja daya saing pangan strategis di Indonesia dianalisis dengan indeks daya saing Revealed Comparative Advantage (RCA). Perdagangan pangan strategis di wilayah ASEAN dianalisis dengan regresi data panel menggunakan gravity model (model gravitasi). Dampak liberalisasi terhadap ketahanan pangan, dianalisis dengan error correction model (ECM). Hasil penelitian menunjukkan pertumbuhan produksi beras dan jagung ertumbuhan kedelai menurun. Pertumbuhan konsumsi beras, jagung, dan kedelai rata rata meningkat. Di wilayah ASEAN, beras Indonesia memiliki daya saing rendah, jagung memiliki daya saing tinggi dan kedelai memiliki daya saing rendah. Ekspor beras Indonesia ke Asia Tenggara dipengaruhi oleh perubahan harga beras , pertumbuhan penduduk dan hambatan non tarif. Impor beras Indonesia dipengaruhi oleh pertumbuhan konsumsi, pertumbuhan GDP per kapita, jarak ekonomi, perubahan harga beras, implementasi MEA, hambatan non tarif, dan pertumbuhan penduduk, dan dipengaruhi secara negatif oleh tarif impor, dan pertumbuhan penduduk. Ekspor jagung Indonesia ke Asia Tenggara dipengaruhi oleh jarak ekonomi, tarif impor, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar, pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan produksi jagung Indonesia, dipengaruhi oleh MEA, hambatan non tarif, perubahan harga jagung. Impor jagung dipengaruhi oleh pertumbuhan GDP per kapita hambatan non tarif. dipengaruhi oleh jarak ekonomi, tarif impor, nilai tukar rupiah terhadap dollar, MEA, dan pertumbuhan penduduk eksportir. Ekspor kedelai Indonesia ke Asia tenggara dipengaruhi oleh pertumbuhan konsumsi, jarak ekonomi, indeks daya saing, MEA, hambatan non tarif, pertumbuhan penduduk, serta pertumbuhan produksi kedelai Indonesia. Ekspor kedelai dipengaruhi oleh pertumbuhan GDP per kapita, tarif impor, nilai tukar rupiah terhadap dollar, pertumbuhan penduduk Indonesia. Impor kedelai Indonesia dipengaruhi oleh pertumbuhan GDP per kapita Indonesia, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar, hambatan non tarif, pertumbuhan penduduk, serta dipengaruhi oleh pertumbuhan konsumsi kedelai Indonesia, jarak ekonomi, dan implementasi MEA. Ketahanan pangan dalam jangka pendek dipengaruhi oleh ketersediaan beras, pertumbuhan konsumsi beras, skema tarif ATIGA, sedangkan dalam jangka panjang dipengaruhi oleh pertumbuhan konsumsi, ketersediaan, skema tariff ATIGA, skema tariff CEPT. Ketahanan pangan yang berasal dari jagung dalam jangka pendek dipengaruhi oleh pertumbuhan konsumsi jagung, dan MEA, dipengaruhi oleh ketersediaan jagung. Dalam jangka panjang ketahanan pangan dipengaruhi oleh pertumbuhan konsumsi jagung, keterbukaan, skema tarif ATIGA dan implementasi MEA. Lliberalisasi perdagangan menunjukkan dampak nyata pada konsumsi energi .Keterbukaan berdampak pada peningkatan konsumsi energi yang berasal dari jagung dan kedelai. Penghapusan tarif impor dalam skema CEPT dan ATIGA berdampak pada penurunan konsumsi energi dari beras. Implementasi MEA berdampak pada peningkatan konsumsi energi yang berasal dari beras dan jagung.
This study aims to: 1) determine the growth of production and the growth of consumption of rice, corn, and soybeans in Indonesia. 2) investigate the development of Indonesia's strategic food competitiveness and the performance of the Indonesia-ASEAN strategic food trade and the factors influencing Indonesia's strategic food trade. 3) Determine the impact of trade liberalization in Southeast Asia on food security in Indonesia and the factors that influence it. The commodities analysed were rice, corn, soybeans. ASEAN member trading partner countries are Malaysia, the Philippines, Thailand, Singapore, and Vietnam. The performance of strategic food competitiveness in Indonesia is analysed by the Revealed Comparative Advantage (RCA) competitiveness index. Strategic food trade in the ASEAN region was analysed by panel data regression using the gravity model. The impact of liberalization on food security is analysed by the error correction model (ECM). The results showed that the growth of rice and corn production of soybean growth decreased. Growth in consumption of rice, corn, and soybeans on average increased. In the ASEAN region, Indonesian rice and soybean have low competitiveness, corn has high competitiveness. Indonesia's rice exports to Southeast Asia are affected by changes in rice prices, population growth, and non-tariff barriers. Indonesia's rice imports are influenced by consumption growth, GDP per capita growth, economic distance, changing prices, AEC implementation, non-tariff barriers, and population growth, import tariffs, and population growth. Indonesia's corn exports to Southeast Asia are influenced by economic distance, import tariffs, the exchange rate of the Rupiah against the Dollar, population growth of corn production, AEC, non-tariff barriers, changes in corn prices. Corn imports are influenced by GDP growth per capita non-tariff barriers. influenced by economic distance, import tariffs, the exchange rate of the rupiah against the dollar, AEC, and the population growth of exporters. Indonesian soybean exports to Southeast Asia are influenced by consumption growth, economic distance, competitiveness index, AEC, non-tariff barriers, population growth, and growth of Indonesian soybean production. Soybean exports are influenced by GDP per capita growth, import tariffs, the exchange rate of the rupiah against the dollar, and population growth in Indonesia. Indonesian soybean imports are affected by Indonesia's GDP per capita growth, the exchange rate of the Rupiah against the Dollar, non-tariff barriers, population growth, and are influenced by the growth of Indonesian soybean consumption, economic distance, and the implementation of the AEC. Food security in the short term is affected by rice availability, rice consumption growth, the ATIGA tariff scheme, while in the long run it is affected by consumption growth, availability, the ATIGA tariff scheme, the CEPT tariff scheme. Food security derived from corn in the short term is influenced by the growth of corn consumption, and AEC, influenced by the availability of corn. In the long term food security is affected by growth in corn consumption, openness, the ATIGA tariff scheme and the implementation of the AEC. Trade liberalization shows a real impact on energy consumption. Openness has an impact on increasing energy consumption derived from corn and soybeans. The abolition of import tariffs under the CEPT and ATIGA schemes had an impact on reducing energy consumption from rice. The implementation of the AEC has an impact on increasing energy consumption derived from rice and corn
Kata Kunci : Liberalisasi, model gravitasi, error correction model