PEREMPUAN SALAFI SEBAGAI KEPALA KELUARGA (STUDI SOSIOLOGIS TENTANG STRATEGI PARA ISTRI TERPIDANA TERORISME SEBAGAI KEPALA KELUARGA)

UMI NAJIKHAH FIKRIYATI, Prof. Dr. Partini, SU; Dr. M. Najib Azca

2019 | Disertasi | DOKTOR SOSIOLOGI

Sebagian istri terpidana teroris di Indonesia adalah para penganut Salaf. Ketika suami mereka menjalani hukuman di Lembaga pemasyarakatan, mereka harus menggantikan posisi suami mereka sebagai kepala keluarga. Hal Ini tidak mudah karena di satu sisi, sebagai pengikut Salafi, mereka terikat oleh aturan dalam kelompok Salafi yang membatasi kehadiran mereka di ruang publik dan di sisi lain, sebagai kepala keluarga, mereka diharuskan untuk berada di domain publik untuk mencari nafkah dan menjadi madrosatul ula bagi anak-anak mereka. Disertasi ini membahas mengenai strategi yang digunakan oleh para para istri terpidana terorisme sebagai kepala keluarga dan madrosatul ula sekaligus sebagai penganut Salafi. Strategi-strategi ini akan dianalisis menggunakan kerangka berpikir Bourdieu mengenai habitus ranah dan modal. Penelitian ini melibatkan lima istri teroris yang dihukum menggunakan pendekatan kualitatif dan melalui metode wawancara dan observasi. Hasilnya adalah tiap-tiap istri memiliki strategi yang berbeda ketika bertindak sebagai kepala keluarga. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun mereka terikat oleh sejumlah aturan ketat dalam kelompok mereka, ketika para istri terpidana terorisme berperan sebagai kepala keluarga, mereka tetap dapat menghidupi diri sendiri dan keluarga mereka sekaligus mereka memiliki kesempatan untuk menciptakan pengetahuan dan pilihan mereka sendiri.

Many wives of convicted terrorists in Indonesia are Salafi, and when their husbands are in prison, they have to replace them as family heads. This is not easy because on the one hand, as a Salafi adherent, they are bound by the rules in the Salafi group which limits their presence in the public sphere and on the other hand, as the head of the family, they are required to be in the public domain to make a living. This paper examines the strategies wives of convicted terrorists employ to support their families while still adhering to Salafi doctrine. These strategies will be analyzed using Bourdieu's framework of habitus, field and capital. This study involved five wives of convicted terrorists using a qualitative approach and through interview and observation methods. My findings are that wives have different strategies when acting as family heads. Thus my research demonstrates that even though they are bound by a number of strict rules in their group, when the Salafi wives of convicted terrorists are forced to become family heads, they nevertheless are able to support themselves and their families, having the opportunity to create their own knowledge and choices.

Kata Kunci : Terorisme, Perempuan, Salafi, Bourdieu