Analisis Demokrasi Antagonistik : Studi Kasus Hate Spin oleh Kelompok Neo-Nazi pada era Presiden Donald Trump
Nadhif Aqliandhana, Dr.Nur Rachmat Yuliantoro, S.IP, M.A(IR)
2019 | Skripsi | S1 ILMU HUBUNGAN INTERNASIONALPelintiran kebencian merupakan salah satu tren global demokrasi kontemporer. Seiring dengan bangkitnya gelombang konservatisme secara global, narasi-narasi aktivisme yang dipakai oleh kelompok konservatif bukan lagi narasi peyoratif yang menggambarkan bahwa mereka adalah kelompok yang superior, melainkan narasi offense-taking yang menggambarkan bahwa mereka adalah korban dari sebuah sitem dan/atau hegemoni aktor politik lain. Tren ini juga terjadi di Amerika Serikat sebagai salah satu negara demokratis dengan polarisasi yang kuat antara konservatif dan kelompok progresif-liberal. Hate spin turut menjadi strategi dominan dalam kelompok Neo-Nazi yang merupakan salah satu kelompok radikal-konservatif yang sudah cukup lama didirikan di Amerika Serikat. Kelompok ini mengusung ideologi anti-Semitisme dan supremasi kulit putih. Di samping itu, kelompok ini juga mendukung Islamofobia, homofobia, dan rasisme. Skripsi ini akan melihat bagaimana pergeseran narasi dari offense-giving ke offense-taking dalam aktivisme kelompok Neo-Nazi terjadi pada era Trump dibandingkan dengan era sebelumnya. Selain itu, skripsi ini akan menelaah dengan teori demokrasi antagonistik mengapa pergeseran ini bisa terjadi dan momentum apa yang memicunya. Demokrasi liberal yang diterapkan di Amerika Serikat yang selama ini dianggap sebagai demokrasi yang ideal ternyata merupakan demokrasi yang melibatkan banyak eksklusi secara arbitrer, dan eksklusi inilah yang menyebabkan retaliasi di kemudian hari. Tahapan retaliasi ini disebut dengan ledakan antagonisme dan tahapan ini merupakan indikasi bahwa demokrasi antagonistik yang melibatkan eksklusi pada hakikatnya tidak kompatibel dengan pluralisme.
ABSTRACT Hate spin has become one of global trends in contemporary democracy. Along with the global rise of conservatism wave, the narratives used in the activism of conservative groups are no longer pejorative and derogatory, the one that put themselves on a pedestal as superiors. Instead, the narratives are changing to offense-taking, in which they position themselves as victims of the current system and/or the hegemony of other political actors. The United States as one of democratic countries with strong polarization between the conservatives and the progressive-liberals has also become the pool of this narrative. Hate spin has recently become a dominant strategy used by Neo-Nazi, one of the nation's most long-standing radical-conservative groups. This group promotes anti-Semitism alongside white supremacy. Besides, Neo-Nazi also promotes Islamophobia, homophobia, and racism. This thesis will analyze the shift in the narratives used in Neo-Nazi activism, from offensegiving to offense-taking in Trump's era. Moreover, this thesis will also analyze -using democratic theory framework- why the shift in the narratives take place and what momentum triggers it. The liberal democracy that is thought by many as ideal is apparently a system with rampant arbitrary exclusion, and this exclusion is the very reason why retaliation will happen someday. The phase when retaliation takes place is what antagonistic democracy theory recognizes as explosion of antagonism and this is an evidence that an exclusionary democracy is never compatible with pluralism.
Kata Kunci : pelintiran kebencian, demokrasi liberal, demokrasi agonistik, demokrasi antagonistik, ledakan antagonisme, Neo-Nazi, offense-giving, offense-taking, hegemon