TAHAPAN PENGEMBANGAN SMART VILLAGE DI KABUPATEN BANYUWANGI

VINCENTIUS P. BARU, Prof. Ir. Achmad Djunaedi, M.UP., Ph.D.

2019 | Tesis | MAGISTER PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Urbanisasi menyebabkan banyak permasalah yang terjadi, baik di wilayah perkotaan maupun di wilayah pedesaan. Untuk mengatasi permasalah yang terjadi, maka diperlukan suatu kebijakan atau solusi yang cerdas (smart solution) dari pemerintah. Salah satu solusi cerdas yang telah dikembangkan memanfaatkan perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), untuk mengatasi permasalahan perkotaan yaitu dengan pengembangan konsep smart city. Smart city merupakan sebuah konsep pengelolaan dan pengembangan kota yang berbasis pada pemanfaatan TIK, bertujuan untuk mengoptimalkan fungsi layanan kota untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kualitas hidup warga kota (Deakin & Allwinkle, 2007). Konsep ini diadopsi untuk dikembangkan di desa dengan nama smart village. Smart village merupakan sebuah desa yang menyediakan kumpulan layanan kepada masyarakat atau penduduknya, ramah terhadap bisnis, dan bertindak sebagai enabler bagi wirausahawan serta menyediakan semua layanan yang diperlukan warga desa dengan cara yang paling efektif dan efiesin (Chatterjee & Kar, 2011). Kabupaten Banyuwangi merupakan salah satu wilayah yang telah mengadopsi dan mengembangkan konsep smart village sejak tahun 2015 dan dibrending dengan nama �¢ï¿½ï¿½Smart Kampung�¢ï¿½ï¿½. Konsep smart kampung yang dikembangkan oleh pemerintah dinilai berhasil, sehingga pada tahun 2017 pemerintah kabupaten Banyuwangi mendapatkan penghargaan TOP IT dan Telco dari Kementrian Komunikasi dan Informatika. Smat village merupakan konsep yang masih berkembang serta melihat keberhasilan Banyuwangi meraih penghargaan, menarik untuk diteliti faktor yang mendukung kesuksesannya. Penelitian tentang tahapan pengembangan smart village belum banyak dilakukan, untuk itu tujuan penelitian ini untuk mengambarkan tahapan perkembangan serta menemukan faktor-faktor yang berpengaruh dalam pengembangan smart village di kabupaten Banyuwangi. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus eksploratif berbekal sedikit teori dan mengeksplorasi kasus dilapangan. Unit analisis kasus dilakukan di dua desa yaitu Desa Ketapang dan Desa Kampunganyar. Hasil dari penelitian ini periode I dan II merupakan periode pembangunan desa, tanpa pengaruh penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (Non TIK) dan Periode III dan IV merupakan periode pembangunan desa karena pengaruh penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Sedangkan faktor-faktor yang berpengaruh terdiri dari: (1) faktor pemerintah: faktor kepemimpinan bupati daan kepala desa, faktor kerja sama antar stakeholders, faktor partisipasi dan patnership, dan faktor alokasi dana desa. (2) Faktor Teknologi, (3) Faktor dukungan warga dan komunitas, (4) faktor pertumbuhan ekonomi, dan (5) faktor katakter wilayah perkotaan desa kota (urban).

Urbanization causes problems that occur, both in urban areas and in rural areas. To overcome the problems that occur, we need a policy or a smart solution from the government. One smart solution that has been developed utilizing the development of Information and Communication Technology (ICT), to overcome various urban problems is by developing the concept of a smart city. The smart city is a concept of city management and development based on the use of ICT, aimed at optimizing the function of city services to encourage economic growth and improve the quality of life for city residents (Deakin & Allwinkle, 2007). This concept was adopted to be developed in the village by the name of the smart village. Smart village is a village that provides a collection of services to the community or residents, is friendly to business, and acts as an enabler for entrepreneurs and provides all services needed by villagers most effectively and efficiently (Chatterjee & Kar, 2011). Banyuwangi Regency is one of the regions that has successfully adopted and developed the concept of a smart village since 2015 and is branded as "Smart Kampung". The smart village concept developed by the Banyuwangi district government was considered successful so that in 2017 the Banyuwangi district government won the TOP IT and Telco award from the Ministry of Communication and Information. Smart village is a concept that is still developing and seeing the success of Banyuwangi won an award, interesting to study the factors that support its success. Research on the stages of developing smart villages has not been done much, so the purpose of this study is to describe the stages of development and discover the factors that influence the development of smart villages in Banyuwangi district The approach used in this study uses a qualitative approach with an explorative case study method armed with a little theory and exploring cases in the field. The case analysis unit was carried out in two villages namely Ketapang Village and Kampunganyar Village. The results of the research period I and II are periods of village development, without caregivers the use of information and communication technology (Non-ICT) and period III and IV is a period of village development due to the influence of the use of information technology and Communication (ICT). While the influential factors consist of: (1) government factors: the leadership factor of the district head and village head, the factors of cooperation among stakeholders, the factors of participation and partnership, and the factors of village fund allocation. (2) Technology factors, (3) Community and community support factors, (4) economic growth factors, and (5) catastrophic factors of urban areas.

Kata Kunci : Smart City, Smart Villge, Periodesasi Perkembangan Desa, Teknologi Informasi dan Komunikasi, Pelayanan, Ketapang, Kampunganyar, Smart City, Smart Village, Village Development Period, Information and Communication Technology, Services, Ketapang, Kampungan