Laporkan Masalah

PERSEPSI PENGGUNA TERHADAP KUALITAS RUANG TERBUKA PUBLIK PELATARAN MASJID GEDHE KAUMAN

WAHYU SAPUTRA, Dr. Eng. Ir. Ahmad Sarwadi, M. Eng

2019 | Tesis | MAGISTER ARSITEKTUR

Pengembangan ruang terbuka publik menjadi prioritas utama untuk mewujudkan kota yang berkelanjutan. Pelataran Masjid Gedhe Kauman merupakan ruang terbuka publik yang telah dikembangkan oleh pemerintah kota Yogyakarta untuk meningkatkan kualitas ruang terbuka publik tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi persepsi pengguna terhadap kualitas ruang terbuka publik pelataran Masjid Gedhe Kauman dan hal-hal apa saja yang melatarbelakangi komponen kualitas ruang terbuka publik pelataran Masjid Gedhe Kauman yang dinilai tinggi dan dinilai memiliki perbedaan penilaian dalam kajian persepsi pengguna. Metode penelitian menggunakan penelitian campuran sekuensial eksplanatori yang memiliki dua tahapan penelitian. Tahapan penelitian pertama menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dan tahapan penelitian kedua menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Responden pada penelitian tahap pertama berjumlah 66 responden (33 masyarakat kampung Kauman dan 33 pengunjung). Informan pada tahap penelitian kedua berjumlah 15 informan (6 masyarakat kampung Kauman dan 9 pengunjung). Analisis data pada penelitian tahap I dianalisis menggunakan statistik deskriptif yaitu skala likert dan pada penelitian tahap II dianalisis menggunakan desktiptif kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penilaian persepsi pengguna terhadap ruang terbuka publik pelataran Masjid Gedhe Kauman ditinjau dari tiap komponen kualitas ruang terbuka publik yaitu aspek image, keamanan, kenyamanan dan aksesibilitas dinilai baik. Kualitas ruang terbuka publik pelataran Masjid Gedhe Kauman secara keseluruhan dinilai mampu menunjang aktivitas pengguna ruang dengan sangat baik. Pada aspek image, pintu masuk pelataran oleh kedua kelompok responden dinilai tinggi disebabkan oleh bentuk atap joglo, ukuran pintu yang besar, dan nilai sejarah dan filosofi. Pada aspek keamanan, pencahayaan pada malam hari oleh masyarakat kampung Kauman dinilai tinggi disebabkan oleh intensitas cahaya yang tinggi, sedangkan banyaknya orang di pelataran oleh pengunjung dinilai tinggi disebabkan oleh adanya perasaan terlindungi yang dirasakan. Berbeda halnya dengan keberadaan CCTV, kedua kelompok memberikan kesenjangan penilaian dikarenakan perbedaan latarbelakang penilaian yang didasarkan pada kuantitas dari CCTV yang terpasang. Pada aspek kenyamanan, luasan ketertutupan pohon oleh masyarakat kampung Kauman dinilai tinggi disebabkan oleh jumlah pohon, kerindangan pohon dan adanya aturan yang mengikat tentang penanaman pohon di pelataran, sedangkan pemilihan material penutup lantai oleh pengunjung dinilai tinggi disebabkan oleh permukaan lantai yang datar dan tidak licin. Berbeda halnya dengan ketersediaan kursi dan luasan ketertutupan pohon, kedua kelompok memberikan kesenjangan penilaian dikarenakan perbedaan latarbelakang penilaian yang didasarkan pada fungsi utama pelataran dan adanya sistem nilai yang mengikat terkait seting fisik pelataran. Pada aspek aksesibilitas, akses pelataran Masjid Gedhe Kauman ke ojek daring oleh kedua kelompok responden dinilai tinggi disebabkan oleh kedekatan jarak pelataran ke penyedia jasa ojek daring dan akses masuk secara langsung ke pelataran. Berbeda halnya dengan akses pelataran ke transportasi publik bus Trans Jogja, kedua kelompok memberikan kesenjangan penilaian dikarenakan perbedaan latarbelakang penilaian yang didasarkan pada jarak pelataran terhadap simpul-simpul transportasi bus Trans Jogja.

The development of public open space is the main priority to achieve a sustainable city. Pelataran Masjid Gedhe Kauman is a public open space that has been developed by the Yogyakarta government to improve the quality of the public open space. This study aims to identify user perceptions of the quality of public open space in pelataran Masjid Gedhe Kauman and what matters behind the quality components of public open space in pelataran Masjid Gedhe Kauman which are highly valued and are judged to have different ratings in the study of user perceptions. The research method uses a mixture of explanatory sequential research having two stages of research. The first stage of the study used a quantitative research and the second stage of the study used a qualitative research. Respondents in the first phase of research were 66 respondents (33 Kauman communities and 33 visitors). Informants in the second phase of the study totaled 15 informants (6 Kauman communities and 9 visitors). Data analysis in the first phase of research was analyzed using descriptive statistics namely Likert scale and in the second stage of research was analyzed using qualitative descriptive. The results of this study indicate that the assessment of users' perceptions of public open space of pelataran Masjid Gedhe Kauman in terms of each component of the quality of public open space, namely aspects of image, safety, comfort and accessibility are considered good. The quality of public open space of pelataran Masjid Gedhe Kauman as a whole is considered to be able to support the activities of space users very well. In the image aspect, the entrance of pelataran by both groups of respondents is considered high due to the shape of the joglo roof, the large size of the door, and the historical and philosophical values. In the security aspect, the lighting at night by the Kauman communities is considered high due to high light intensity, while the number of people in pelataran by visitors is considered high due to the feeling of being protected. Unlike the case with the presence of CCTV, the two groups provide an assessment gap due to differences in background assessment based on the quantity of CCTV installed. In the comfort aspect, the area of tree coverage by the Kauman communities is considered high due to the number of trees, shade of the trees and the existence of binding rules regarding tree planting in pelataran, while the choice of floor covering material by visitors is considered high due to flat and non-slippery floor surfaces. Unlike the case with the availability of seats and the extent of tree cover, both groups provide an assessment gap due to differences in the background of the assessment based on the main function of the platform and the existence of a binding value system related to the physical setting of pelataran. In the accessibility aspect, the access of pelataran Masjid Gedhe Kauman to an online motorcycle taxi by both groups of respondents is considered high due to the proximity to the online motorcycle taxi service providers and direct entry access to pelataran. Unlike the case with the access of pelataran to the Trans Jogja bus, both groups gave an assessment gap due to differences in the assessment background based on the distance of pelataran to the Trans Jogja bus transportation nodes.

Kata Kunci : Persepsi, Ruang Terbuka Publik, Kualitas Ruang Terbuka Publik

  1. S2-2019-419533-abstract.pdf  
  2. S2-2019-419533-bibliography.pdf  
  3. S2-2019-419533-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2019-419533-title.pdf