Laporkan Masalah

Muslim Women Resisting Feminism in Contemporary Indonesia: A Study of the Family Love Alliance (Aliansi Cinta Keluarga/AILA)

AFIFUR ROCHMAN S, Dr. Siti Syamsiyatun

2019 | Tesis | MAGISTER AGAMA DAN LINTAS BUDAYA

Studi ini adalah tentang pertautan antara, gender, perempuan, dan konservatisme Islam dalam konteks Indonesia kontemporer. Semenjak paska Reformasi, persoalan perempuan, gender, seksualitas, dan moralitas selalu dikontestasikan dan diperdebatkan di ruang publik. Kehadiran aktivis perempuan dari Aliansi Cinta Keluarga (AILA) dengan aktivismenya untuk melarang perzinahan dan homoseksualitas, serta menolak pengesahan RUU anti kekerasan seksual (RUU PKS) menunjukkan bagaimana konservatisme Islam dalam bentuk gerakan perempuan menantang gagasan dan agenda kesetaraan gender dan hak seksual dalam konteks Indonesia kontemporer. Mereka memiliki pandangan konservatif tentang wanita, gender, keluarga, dan seksualitas. Mereka sangat menentang gagasan dan advokasi yang diusung aktifis feminis, dan juga sangat aktif dalam mempromosikan pandangan mereka di ruang publik untuk memengaruhi and mengkritisi wacana publik dan kebijakan negara tentang gender dan seksualitas. Studi ini bertujuan untuk menjelaskan dan menganalisis konstruksi ideologi gender dan wacana kontra-feminisme yang digaungkan oleh aktifis perempuan AILA. Dengan menggunakan perspektif gender dan analisis konten (content analysis), studi ini berargumen bahwa cara aktifis perempuan AILA dalam mengkonstruksi ideologi gender tidak hanya dipengaruhi oleh pemahaman tekstualis mereka terhadap Islam, tetapi juga harus dipahami dalam konteks bagaimana mereka mengkonstruksi dan menunjukkan identitas (identity performance) mereka sebagai seorang Muslimah yang taat (pious) dalam rangka merespons tantangan dari feminisme. Studi ini menunjukkan bahwa wacana kontra feminisme yang dikembangkan oleh aktifis perempuan AILA dikonstruksi dan diartikulasikan melalui gagasan tentang moralitas Islam dan ketahanan keluarga. Diskursus kontra feminisme yang dikembangkan oleh aktifis perempuan AILA harus diletakkan dalam konteks "pertarungan ideologis" antara mereka dengan aktifis feminis mengenai isu-isu gender dan seksualitas dalam konteks Indonesia kontemporer. Wacana tandingan ini berfungsi sebagai alat strategis demi mendukung perjuangan mereka untuk menegakkan moralitas seksual berdasarkan nilai-nilai Islam konservatif dan mengokohkan konsep keluarga yang heteroseksual dan konsepsi traditional Islam tentang kewanitaan dalam rangka merespons tantangan feminis. Selain itu, studi ini menjelaskan bagaimana mereka menggunakan logika dan sensibilitas "Orientalisme terbalik" untuk secara apologetik menunjukkan superioritas Islam atas feminisme.

This study is about the entanglement of gender, women, and Islamic conservatism in contemporary Indonesia. The issue of women, gender, sexuality, and morality has always been highly contested and debated in the public sphere since Indonesia's post-Reformasi. The presence of women activists of the Family Love Alliance (AILA, Aliansi Cinta Keluarga) with its activism to outlaw adultery and homosexuality and reject the ratification of the bill of anti-sexual violence (RUU PKS) captures how Islamic conservatism in the form of women's movement has significantly challenged the idea and agenda of gender equality and sexual rights in contemporary Indonesia. They uphold an Islamic conservative view on women, gender, family, and sexuality. They strongly oppose feminist ideas and advocacy, while have been very active in promoting their views in the public sphere to influence and criticize both public discourse and the state's policy on gender and sexuality. This study, therefore, seeks to explain and examine the construction of gender ideology and a counter-discourse to feminism deployed by AILA women activists. Using gender lens on religion and content analysis, this study argues that the way AILA women activists construct gender ideology is not only informed by their understanding of textualist interpretations of Islam but also should be understood in the context of how they make and perform their identity as a pious Muslim against feminist challenges. This study demonstrates that their counter-discourse against feminism is highly constructed and articulated through the notion of Islamic morality and family resilience. AILA women activists' counter-discourse against feminism should be set against the "ideological battle" over gender and sexuality issues that AILA women activists significantly involve in contestation with feminist or women's rights activists in contemporary Indonesia. This counter-discourse serves as a strategic tool in favor of their struggle for the enforcement of sexual morality based on conservative Islamic values and in defense of heterosexual nuclear family and the established Islamic conception of womanhood against feminist challenges. This study also reveals that they use the logic and sensibility of "reverse orientalism" to apologetically maintain the superiority of Islam over feminism.

Kata Kunci : women, gender, Islamic conservatism, gender ideology, counter-discourse, feminism

  1. S2-2019-419922-abstract.pdf  
  2. S2-2019-419922-bibliography.pdf  
  3. S2-2019-419922-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2019-419922-title.pdf