Laporkan Masalah

Hubungan Gejala Depresi Berdasarkan Pengukuran Center for Epidemiologic Studies Depression Scale (CESD-10) Pada Remaja dengan Kejadian Depresi Sedang atau Berat pada Dewasa Muda: Studi Kohort Retrospektif

MENIKHA MAULIDA, Dr. dr. Carla R. Marchira, Sp.KJ (K)

2019 | Tesis | MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

Latar Belakang: Depresi berkontribusi pada beban penyakit.Depresi menyebabkan seseorang kehilangan waktu produktivitas. Depresi dapat terjadi pada remaja. Kesehatan mental remaja adalah kunci kesehatan mental jangka panjang dari populasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji hubungan antara gejala depresi pada remaja menjadi depresi sedang atau berat pada orang dewasa muda bersama dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya.. Metode: Penelitian ini menggunakan desain penelitian kohort retrospektif. Data sekunder digunakan dari penelitian longitudinal Indonesian Family Life Survey (IFLS) gelombang 4 dan 5. Populasi target dalam penelitian ini adalah remaja berusia 18-21 tahun di IFLS 4. Subjek dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Analisis data dilakukan secara univariat, bivariat, dan multivariat. Analisis bivariat menggunakan chi-square dan analisis multivariat menggunakan regresi poisson. Hasil: Hubungan antara gejala depresi berdasarkan pengukuran CESD-10 dengan depresi sedang atau berat pada dewasa muda yang signifikan secara statistik (p-value = 0,03, RR = 0,91, 95% CI = 0,84-0,99). Hasil penelitian menunjukkan bahwa 322 remaja di usia 18-21 yang pernah mengalami gejala depresi. Dari 322, 209 (64,90%) orang mengalami depresi sedang atau berat pada IFLS 5. Model terbaik untuk faktor risiko yang ditunjukan pada analisis multivariat adalah gejala depresi pada IFLS 4, kematian orang tua dan kondisi kronis, aktivitas fisik, dan riwayat depresi orang tua. Kesimpulan: Gejala depresi pada remaja (IFLS 4) dapat mengurangi risiko terjadinya depresi pada dewasa muda. Ada faktor lain yang mempengaruhi depresi orang dewasa dengan gejala depresi pada masa remaja. Intervensi ditekankan pada deteksi dini dan dukungan sosial dari keluarga, dan untuk mengimplementasikan program kesehatan mental yang komprehensif di sekolah.

Background: Depression contributes to the burden of disease. Depression causes a person to lose productivity time. Depression was most occured in adolescents. Adolescents mental health was key to long term mental health of the population. Thus, the purpose of this study was to examining the relationship between depression symptoms in adolescents and moderate or severe depression in young adults along with the factors that influence it. Methods: Methods: This is a retrospective cohort study using the Indonesian Family Life Survey (IFLS) longitudinal study from wave 4 (2007) and 5 (2014). The target population was adolescents aged 18-21 years in IFLS 4. The inclusion criteria were adolescent with depression in IFLS 4 with no mental retardation. The exclusion criteria were missing data and autism. Depressive symptoms was assessed based on CESD-10 measurements. Data analysis was carried out using chi-square and multivariate analysis using poisson regression. Results: There were 322 adolescents (age 18-21 years) with symptoms of depression, Of whom, 209 cases (64,9%) developed into moderate or severe depression in IFLS 5. Having depression in adolescence reduced the risk of moderate to severe depression in adult (p-value=0.03, RR= 0.91, 95% CI=0.84-0.99). Best model that showed in multivariat analysis were depressive symptoms in IFLS 4, parental death and history of chronic condition, physical activity, and history of parental depressive. Conclusions: Having depression during adolescents slightly reduced the risk of depression in adulthood. Other factors influence the incident of depression in adulthood among depressed tenagers. Interventions should be emphasized on early detection and social support from the family, and to implement a comprehensive mental health program in school.

Kata Kunci : Depresi, Remaja, IFLS, CESD-10