MENJADI GAY DI KABUPATEN BIMA NUSA TENGGARA BARAT: SEBUAH STUDI FENOMENOLOGI
RAEHAL AKAL, dr. Yanri Wijayanti S, SpPD., Ph.D.; Dr. Retna Siwi Padmawati, MA
2019 | Tesis | MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKATLatar Belakang : Kabupaten Bima merupakan salah satu daerah yang cukup tinggi dalam perkembangan aktivitas LGBT. Meskipun belum ada data yang pasti terkait dengan jumlah populasi LGBT di Kabupaten Bima, namun eksistensi LGBT ini makin terlihat dalam 1 dekade terakhir. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan gambaran secara mendalam mengenai fenomena menjadi gay dalam konteks masyarakat Bima. Diantara populasi LGBT, gay merupakan kelompok yang sangat rawan terdampak HIV/AIDS dan infeksi menular seksual (IMS) lainnya. Infeksi baru HIV pada kelompok LSL, termasuk gay, mengalami tren peningkatan yang signifikan pada tahun-tahun terakhir (WHO, 2017). Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2017, didapatkan bahwa faktor risiko tertinggi yang diketahui yaitu LSL, termasuk gay sebesar 24,2%, sedangkan untuk kasus AIDS diketahui sebesar 20,4% adalah homoseksual (Ditjen P2P Kemenkes RI, 2018). Metode: Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif eksploratori dengan rancangan fenomenologi. Pengumpulan data dengan indepth interview dan observasi. Informan penelitian adalah 6 orang gay yang berada di Kabupaten Bima NTB. Sebagai triangulasi, wawancara juga dilakukan pada informan kunci, yaitu: budayawan, tokoh agama, psikolog, tenaga kesehatan dan waria. Analisis hasil penelitian dilakukan dengan koding, kategori, menentukan tema serta interpretasi data Hasil: Hasil penelitian ini menunjukan adanya pengaruh kultur budaya Bima terutama tentang maskulinitas dan stereotip peran gender yang berbeda dalam membentuk budaya bullying, persepsi diri gay, kekhawatiran untuk coming out, dan keinginan untuk sembuh. Masa kecil informan, pola asuh keluarga, bullying dan trauma pelecehan seksual merupakan faktor yang mendasari munculnya orientasi homoseksual. Kesimpulan: Hasil penelitian ini memberikan rekomendasi kepada Pemerintah Daerah setempat dan stakeholder lainnya agar membuka ruang konseling untuk gay dan homoseksual lainnya, mengeliminasi budaya bullying, dan membuka pelayanan kesehatan yang nyaman dan bebas dari stigma untuk pengendalian HIV/AIDS dan IMS lainnya.
Background: Bima Regency is one of the regions that is quite high in the development of LGBT activities. Although there is no definite data regarding the number of LGBT populations in Bima Regency, the existence of LGBT has been increasingly visible in the past decade. The purpose of this study is to get an in- depth picture of the phenomenon of being gay in the context of Bima community, a mong the gay LGBT population is a group that is very vulnerable to the impact of HIV/AIDS and other sexually transmitted infections (STIs). New HIV infections in MSM groups including gays have experienced a significant upward trend in recent years (WHO, 2017). Based on the Indonesian Health Profile in 2017 it was found that the highest known risk factors, namely MSM, including gays, were 24.2%. Whereas for AIDS cases it is known that 20.4% are homosexuals (Directorate General of P2P Ministry of Health RI, 2018). Method: This research is an exploratory qualitative research with phenomenology design. Data collection by indepth interview and observation. Research informants were six gay people in Bima District, NTB. As a triangulation, interviews were also conducted with key informants, such as humanist, religious leaders, psychologists, health workers and transgender. Analysis of the results of the study was carried out by coding, categories, determining themes and data interpretation. Results: The results of this study indicated that the influence of Bimas culture especially on masculinity and stereotyping of different gender roles in shaping bullying culture, gay self-perception, concerns for coming out, and the desire to recover. The informants childhood, family upbringing, bullying and trauma of sexual harassment were the underlying factors in the emergence of homosexual. Conclusion: The results of this study provide recommendations to local governments and other stakeholders to open counseling spaces for other gay and homosexuals, eliminate the culture of bullying, and open health services that are comfortable and free of stigma for the control of HIV / AIDS and other STIs.
Kata Kunci : fenomena, gay, budaya, Bima, phenomenon, gay, culture