EVOLUSI DAN KRITIK GERAKAN JOGLO TANI
AHMAD SYAGAF MADDA A, Dr. Suharko, S.Sos., M.Si
2019 | Skripsi | S1 SOSIOLOGIIntisari Sudah menjadi kesepakatan umum, bagaimana masyarakat modern dalam memenuhi kebutuhan pangannya sangat bergantung pada kemampuan negara. Mekanisme distribusi yang terkontrol memastikan setiap pihak memiliki perannya masing masing. Ada yang berperan sebagai produsen (dalam hal ini petani), distributor, penjual, hingga konsumen. Skema tunggal tersebut terfasilitasi oleh negara secara kuasa penuh terhdap kebutuhan pangan. Tak hanya itu, negara juga memiliki peran untuk menstimulasi petani dengan berbagai program pertanian. Pengadaan pupuk, penyuluhan hama, pengadaan infrastruktur pertanian dan perkebunan diupayakan agar terbentuknya sebuah ekosistem pangan yang optimal untuk menjawab kebutuhan pangan nasional. Namun di balik skema makro tersebut, ternyata berimbas pada munculnya berbagai pergerakan sipil yang nampak sebagai antitesa. Joglo Tani, adalah salah satu institusi tani yang merespon fenomena tersebut karena terpantik oleh situasi bahwa petani berada pada posisi yang kurang berdaya. Joglo Tani Muncul dengan alternatif menawarkan bentuk gerakan pertanian sebagai sebuah solusi. Dalam perkembangannya, Joglo Tani diwarnai dengan berbagai intervensi yang sifatnya rasional hingga terbentuklah karakter gerakan yang lebih moderat. Pada penelitian ini, Joglo Tani dilihat dalam kacamata gerakan sosial dan gerakan lingkungan. Dengan metode etnografi dan analisis deskriptif, peneliti melihat Joglo Tani dalam sudut pandang gerakan pertanian. Fokus kritik pada penelitian ini terbagi pada bentuk kekuatan dan kelemahan yang dimiliki Joglo Tani sebagai sebuah institusi pertanian yang terus berkembang.
Abstract It's an agreeable statement that modern community is very dependant upon the government’s ability in fulfilling the food needs. The controlled distribution mechanism assures each party has their respective roles. Some play the role as producers (in this case farmers), distributors, sellers, and consumers. The single scheme is facilitated by the government in full control to the food needs. Moreover, the goverment also has a role to encourage farmers through agriculture programs. Fertilizer provision, agricultural pest counseling, and agricultural infrastructure provision are endeavored in achieving optimum food ecosystem to fulfill national food needs. However, it turns out that the macro scheme provokes the emergence of civil movements as antithesis. Joglo Tani is one of the agriculture institutions whose emergence is a response toward the phenomenon that farmers are in helpless positions. Joglo Tani came forward with the alternative idea that proposed agriculture movement as a solution. In its development, Joglo Tani encountered various rational interventions which resulted a more moderate character of the movement. In this research, Joglo Tani is observed through the perspective of social and environmental movement. With etnographic method and descriptive analysis,the researcher viewed Joglo Tani in the perspective of agriculture movement. The focus of the criticism in this study is divided into the dimension of the resources and the organization of the movement as represented in the development and the agricultural practices of Joglo Tani. This research found that there are development and changes in Joglo Tani,which became more accommodating and expansive towards any agricultural development means.
Kata Kunci : Kata kunci: Gerakan Pertanian, Kritik Gerakan, Joglo Tani