Dilemma between Compliance and Interest in the Context of WTO Agreement: A Case on India (Post-Bali Package)

GHANI RAFIF AKBAR, Dr. Riza Noer Arfani

2019 | Skripsi | S1 ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

India telah menjadi salah satu pemain penting di perdagangan hasil pertanian di dunia. Sektor tersebut sangat penting untuk ekonomi India karena pertanian adalah tulang punggung perekonomian daerah pedesaan dan sumber pendapatan utama bagi rakyat India. Dukungan domestik merupakan salah satu fokus India pada kebijakan ketahanan pangan untuk sumber makanan dan mata pencaharian rakyat. World Trade Organization (WTO) telah mendiskusikan perdagangan produk pertanian sejak permulaan organisasi tersebut. Isu tersebut dibahas dalam Agreeement on Agriculture (AoA) yang meliputi (1) dukungan domestik, (2) akses pasar, (3) dan subsidi ekspor. Di WTO, dukungan domestil dikelompokkan menjadi kotak-kotak: kotak hijau dan biru yang tidak menganggu pasar; dan kotak kuning yang menganggu pasar. Kotak kuning merupakan kotak yang paling didiskusikan karena kotak tersebut mengatur banyak aspek sensitif dalam bantuan domestik dan hal tersebut menyebabkan negosiasi yang berlarut antara India dan WTO. Pada 2013, saat Konferensi Tingkat Menteri ke-9 WTO, membahas fasilitasi perdagangan dan public stockholding untuk keperluan ketahanan pangan untuk mencapai Doha Development Agenda. Konferensi tersebut juga merupakan usaha terakhir untuk memecahkan jalan buntu antara WTO dan anggotanya mengenai bantuan domestik meski pada akhirnya, konferensi tersebut tetap berakhir tanpa solusi. India tetap memilih untuk mempertahankan posisi mereka untuk tidak mematuhi aturan WTO terlepas konsekuensi yang bisa diterima. Thesis ini bertujuan untuk menjelaskan dilema antara kepatuhan dan kepentingan nasional dan juga posisi yang diambil oleh India dengan menggunakan teori Two-Level Games oleh Robert Putnam dengan mengelompokkan negosiasi menjadi dua tingkat: tingkat internasional dan tingkat domestik. Penulis juga bertujuan untuk menjelaskan bagaimana tingkat internasional mempengaruhi pengambilan keputusan di tingkat domestik dan sebaliknya.

India has been one of the main players in global agriculture trade. The sector is vital to the countrys economy as it has been the backbone of the rural economy and the main source of income for the people. Domestic support has been one of India focus on food security policy for the sustenance and livelihood for its citizen. The World Trade Organization (WTO) has been discussing trade on agriculture products since the inception of the body. The issue is discussed in Agreement on Agriculture (AoA) which includes (1) Domestic Support, (2) Market Access, (3) and Export subsidies. In WTO, domestic support is classified into boxes: Green box and blue box which are not deemed trade distorting; and Amber box that is deemed trade distorting. Amber box is the most discussed support boxes in WTO as it regulates the sensitive aspects of domestic support and it resulted in exhausting negotiation between India and WTO. In 2013, during WTO 9th Ministerial Conference, discussed trade facilitation and public stockholding for food security purposes to achieve the Doha Development Agenda. It was also the last attempt to break the stalemate between WTO and its members regarding domestic support issue, even though ultimately, it resulted in deadlock. India chose to maintain its stance regarding domestic support to not comply with the regulation despite the consequences they face. This thesis aimed to explain the dilemma between compliance and national interest, and the position of India in the issue by utilizing Robert Putnam Two-Level Games by classifying the negotiation into two level: International Level and Domestic Level. Author also aimed to show how the international level affected the domestic level decision and vice versa.

Kata Kunci : India, WTO, AoA, Domestic Support, Two-Level Games, Bali Package, Dilemma, Compliance, National Interest.