STRATEGI PENGHIDUPAN PETANI BUNGA DI KAWASAN WISATA BANDUNGAN KABUPATEN SEMARANG
DESY RATNA SARI, Prof. Dr. M. Baiquni, M.A.; Dr. Estuning Tyas Wulan Mei, M.Si.
2019 | Skripsi | S1 PEMBANGUNAN WILAYAHKabupaten Semarang merupakan sentra florikultura di Provinsi Jawa Tengah, terutama Kecamatan Bandungan dengan luas panen 1.608.100 m2 dan produksi Krisan mencapai 123.515.870 tangkai pada tahun 2017. Florikultura mendukung sektor pariwisata di Kawasan Wisata Bandungan, tetapi belum banyak gambaran mengenai strategi penghidupan petani bunga. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengidentifikasi komponen penghidupan (aset, aktivitas, dan akses) petani bunga, dan (2) Mengkaji strategi penghidupan petani bunga di Kawasan Wisata Bandungan. Penelitian ini menggunakan metode campuran (kualitatif dan kuantitatif). Kecamatan Bandungan dipilih secara purposive dengan pertimbangan bahwa wilayah ini memiliki potensi florikultura tertinggi dan menjadi pusat Wilayah Pengembangan Pariwisata 2 di Kabupaten Semarang. Peneliti menggunakan snowball sampling dan mendapatkan kejenuhan data pada responden ke-30. Wawancara terstruktur menggunakan kuesioner dipilih untuk mendapatkan data aset petani bunga yang dianalisis secara kuantitatif. Participatory Rural Appraisal, indepth interview, dan observasi digunakan untuk menggali data aktivitas, akses, kerentanan dan strategi penghidupan yang dipilih. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat perbedaan signifikan terhadap nilai kepemilikan pentagonal aset pada kelas petani kecil, petani gurem, dan buruh tani. Aset alam dan aset sosial menjadi basis aset yang dimiliki petani bunga. Aktivitas petani bunga berupa aktivitas produksi bunga potong serta aktivitas diluar produksi (berternak, pariwisata, dan Kelompok Tani). Kerentanan yang dihadapi petani berupa shocks karena angin kencang, serta trends (dekorasi, pariwisata, teknologi dan politik). Petani bunga melakukan lebih dari satu strategi penghidupan, dimana strategi diversifikasi paling banyak dipilih, sedangkan strategi migrasi komuter hanya dilakukan oleh satu responden (3,33%).
Semarang Regency is floriculture center in Central Java Province, especially Bandungan Sub-district which has the harvest area about 1.608.100 m2 and number of Chrysant production up to 123.515.870 stalks in 2017. Floriculture supports the tourism sector in Bandungan Toursim Area, but there is not much description about livelihood strategy of flower farmers. Therefore, this research aims to: (1) identify components of livelihood (assets, activities, and access) of flower farmers, and (2) review livelihood strategies of flower farmers in Bandungan Toursim Area. This study uses mixed methods (qualitative and quantitative). Bandungan Sub-disctrict had chosen purposively according to this region has the highest potential floriculture and become the center of Tourism Development Area 2 in Semarang Regency. Researcher uses snowball sampling to choose the respondents. Structured interview with questionnaire was chosen to get the pentagon assets of flower farmers which have being analyzed qualitatively. Participatory Rural Appraisal, indepth interview, and observation are used to get activities data, accesses, vulnerabilities and livelihood strategies. The result shows that there is no siginificant differences about the assets pentagon value between small farmers (petani kecil), smallholders (petani gurem), and farm laborers (buruh tani). Natural asset and social asset become basic assets of flower farmer. Flower farmers activities in the form of cut flower production and outside production (raising livestock, tourism, and Farmers Group). Vulnerabilities were faced by farmers are classified as shocks due to strong winds, and as trends (decorations, tourisms, technologies, politics). Flower farmers conduct more than one livelihood strategy, where diversification strategy was the most chosen, while migration strategy (commuter) was only carried out by one respondent (3,33%).
Kata Kunci : Strategi Penghidupan, Petani Bunga, Kerentanan, Kawasan Wisata Bandungan