Respon Menyama Braya masyarakat Bali dalam menghadapi bencana Gunung Agung
Ni Made Dwi Sri Ganitri, Sri Warsini, S.kep.,Ns.,M.kes.,Ph.D ; Uki Noviana S.kep.,Ns.,MN.Sc.Ph.D
2019 | Skripsi | S1 ILMU KEPERAWATANLatar Belakang: Indonesia merupakan negara yang setiap daerahnya masih menganut kearifan budaya lokal. Menyama Braya merupakan rasa persaudaraan yang ada di Bali. Implementasi Menyama Braya pada kondisi bencana belum pernah diteliti sebelumnya. Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana implementasi Menyama Braya pada masyarakat Desa Tumbu, Banjar Tumbu Kaler, Kecamatan Karangasem, Bali dalam menghadapi bencana Gunung Agung 27 Juli 2018 dan kaitan Menyama Braya dengan awig-awig desa. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Sampel pada penelitian ini adalah warga Desa Tumbu, Banjar Tumbu Kaler, Kecamatan Karangasem, Kabupaten Amlapura Propinsi Bali yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Pengambilan data dilakukan dengan mengadakan wawancara mendalam semi-terstruktur dengan 10 partisipan yaitu pada masyarakat dan perangkat desa. Hasil: Desa Tumbu, Banjar Tumbu kaler sebagai desa tanggap bencana pada saat bencana Gunung Agung. Kehidupan sehari-hari warga dilandasi nilai dan tradisi local yang sangat kuat, termasuk juga pada saat terjadinya bencana. Menyama Braya dipraktekkan tidak hanya pada kehidupan sehari hari namun juga saat bencana terjadi. Menyama Braya yang dipraktekkan warga termaktub dalam awig-awig desa yang juga berfungsi untuk menertibkan warga dan menjaga solidaritas yang ada di desa. Kesimpulan: Menyama braya pada masyarakat Desa Tumbu Banjar Tumbu Kaler merupakan salah satu dari values dan tradisi masyarakat yang diimplementasikan pada saat terjadinya bencana.
Background: Each region in Indonesia adheres to local cultural wisdom. Menyama Braya is a sense of brotherhood which exists in Bali. The implementation of Menyama Braya in disaster conditions has never been studied before. Research Objective: This research aims to identify the Menyama Braya response of the local community in Tumbu Village, Banjar Tumbu Kaler, Karangasem Sub-district, Bali in facing the Gunung Agung disaster on July 27th 2018 and the relationship between Menyama Braya and Awig awig of the village. Research Method: This qualitative research employed the phenomenological approach. The research samples included the residents of Tumbu Village, Banjar Tumbu Kaler, Karangasem Sub-district, Amlapura Regency, the Province of Bali who met the inclusion criteria. The sampling technique used was purposive sampling. Research data were obtained through semi-structured in-depth interviews with 10 participants, who were the residents of Tumbu Village, Banjar Tumbu Kaler, Karangasem Regency, Bali. Findings: Tumbu Village, Banjar Tumbu Kaler, had disaster preparedness prior to the Gunung Agung Disaster. The daily life of the residents is based on strong local values and tradition. Menyama Braya is not only applied in their daily life, but also when the disaster happened. Menyama Braya, practiced by the residents, is included in the awig awig of the village, which serves to maintain the order and solidarity in the village. Conclusions: Menyama Braya in the local community of Tumbu Village, Banjar Tumbu Kaler, is part of the local values and tradition implemented when a disaster occurred.
Kata Kunci : Menyama Braya, Awig-awig, erupsi Gunung Agung