PENGARUH VARIASI KADAR AIR TERHADAP SIFAT AKUSTIK MODEL MINIATUR BUNDENGAN
YIDO REHUEL PUTRA, Dr. Indraswari Kusumaningtyas, ST., M.Sc.
2019 | Skripsi | S1 TEKNIK MESINBundengan merupakan alat musik tradisional dari Wonosobo, Jawa Tengah. Bundengan memiliki resonator yang berbentuk menyerupai perisai yang disebut kowangan. Di bagian dalam kowangan, terdapat keunikan dari senarnya yang dapat menghasilkan bunyi yang mengimitasi bunyi kempul, bendhe, gong, dan kethuk. Selain itu, terdapat tiga bilah bambu yang diselipkan pada anyaman bambu kowangan untuk menghasilkan bunyi seperti kendang. Sebelum alat musik bundengan ini dapat dimainkan, pemain bundengan harus melakukan pelarasaan terlebih dahulu agar bunyi yang dihasilkan oleh bundengan sesuai dengan apa yang mereka inginkan. Pemain bundengan beranggapan bahwa bundengan dalam keadaan basah menghasilkan bunyi lebih enak didengar. Oleh karena itu, dalam penelitian ini penulis ingin membuktikan anggapan tersebut dengan meneliti pengaruh kadar air terhadap bunyi bundengan yang dihasilkan. Penelitian ini bertujuan mengetahui perubahan yang terjadi pada bundengan yang direndam ke dalam air sebelum pentas dan densitas slumpring bundengan. Bundengan yang digunakan berbentuk model miniatur. Metode yang digunakan adalah merendam bundengan dengan variasi durasi waktu perendaman. Lalu, dilanjut dengan memetik senar, merekam bunyi menggunakan mikrofon dan perangkat lunak Audacity, dan menganalisi spektrum frekuensi dan spektrogram pada setiap senar dan waktu durasi perendaman ke dalam air. Serta mencari densitas slumpring yang belum pernah diteliti sebelumnya. Dari hasil eksperimen yang telah dilakukan, diperoleh nilai densitas slumpring sebesar 0.234 ± 0.035 gram/cm3. Selanjutnya, pengaruh kadar air terhadap sifat akustik bundengan adalah semakin tinggi kadar air, sehingga akan menurunkan nilai frekuensi. Jika kadar air sudah bernilai cukup tinggi saat perendaman model miniatur bundengan, maka tidak perlu durasi perendaman yang terlalu lama dan bundengan siap untuk dimainkan.
Bundengan is a traditional musical instrument from Wonosobo, Central Java. Bundengan has a shield-shaped resonator called kowangan. Inside kowangan, there is a uniqueness inside the strings, it can produce sounds that imitate the sounds of kempul, bendhe, gong, and kethuk. Beside that, there are three long thin bamboo plates tucked into kowangan's lattice to imitate the kendang sound. Before bundengan musical instrument played, the musician has to tune it first to produce the sound as they want. The bundengan player thinks that bundengan in wet state produces more pleasant sound to hear. Therefore, in this study author wants to prove this assumption by examining the effect of moisture content on the sound produced by bundengan. This study aims to determine the changes that occur in bundengan soaked into water before stage and to find the density of bundengan's slumpring. In this study we used the miniature model of bundengan. The method that we used is soaking the bundengan with variations in the duration of immersion time. Then, continued by picking the strings, recording sounds using mic and software called Audacity, and analyzing the spectrum frequency and the spectrogram on each string and immersion time in water. Also finding the density of slumpring that has never been studied before. From the result of research data, the value of the slumpring density is 0.234 ± 0.035 gram/cm3. Moreover, the moisture content effect on the acoustic properties of bundengan is the higher the moisture content, so it will decrease the frequency value. If the value of moisture content is high enough when immersing bundengan miniature model, the soaking duration doesn't need to be too long and the bundengan is ready to be played.
Kata Kunci : Bundengan, slumpring, kadar air, frekuensi, spektrogram