Laporkan Masalah

Ekspresi Emosi Pada Laki-laki Maskulin

Nokia Putri Andika Lainsyamputty, Helly Prajitno Soetjipto, Drs., M.A.

2019 | Skripsi | S1 PSIKOLOGI

Emosi merupakan komponen krusial manusia yang seharusnya bersifat universal, namun menjadi berbeda ketika dilihat dari kacamata gender. Laki-laki lebih dilatih untuk menekan ekspresi emosinya karena emosi lebih diatribusikan pada femininitas yang berlawanan dengan maskulinitas. Sementara, penggunaan metode penekanan ekspresi emosi dalam jangka panjang akan memberikan dampak negatif pada kondisi psikis seseorang. Atas permasalahan tersebut, penelitian ini kemudian dilakukan dengan tujuan untuk memahami cara laki-laki usia dewasa awal yang mengidentifikasi dirinya sebagai maskulin mengekspresikan emosinya. Pemilihan subjek penelitian ini dilakukan melalui metode purposive sampling. Setelah mendapatkan 55 responden dari skala BSRI yang disebarkan secara online, dipilih 3 orang responden yang memiliki nilai maskulinitas tertinggi untuk kemudian diwawancara dan diobservasi. Dari ketiga subjek ditemukan bahwa konstruk maskulinitas yang berlaku adalah marginalized masculinity. Terlahir dan dibesarkan dalam kebudayaan Asia, nilai-nilai kebudayaan Asia juga turut mewarnai bagaimana ketiga subjek memahami maskulinitas dan pengekspresian emosi. Emosi positif lebih sering disebabkan oleh keberadaan orang terdekat subjek dan prestasi yang diraih oleh subjek. Sementara ketidaksesuaian realita dengan ekspektasi tinggi yang ditetapkan oleh subjek adalah penyebab dominan dari emosi negatif. Hal yang mempengaruhi pengekspresian emosi mereka adalah kematangan emosional yang ditunjukkan dari bagaimana mereka berusaha menempatkan emosi sesuai dengan kondisi sekitar serta usaha mereka untuk mengandalkan diri sendiri ketika dihadapkan dengan peristiwa yang memicu emosi yang intens. Diversifikasi subjek disarankan untuk penelitian selanjutnya.

Emotions are the crucial component in human that should be universal, but it becomes different when viewed from a gender perspective. Men are more trained to suppress his emotions because emotions are more attributed to femininity, which is the opposite of masculinity. Meanwhile, the use of emotional suppression in a long term can cause negative effects psychologically to someone. By this problem, this research then conducted with the aim of understanding how young adult men who identified themselves as masculine express their emotions. Subject selection of this research conducted by purposive sampling method. After getting 55 respondents through BSRI scale distributed online, there are 3 chosen respondents who have highest masculinity score to be interviewed and observed. From the subjects, it was found that the construct of masculinity that applies here is marginalized masculinity. Born and raised in Asian culture, the values from Asian culture also took parts on how all subjects understand about masculinity and emotional expression. Positive emotions are usually caused by close related person and subject's achievement. Meanwhile, the discrepancy of reality and the high expectations that they set becomes the prominent cause of negative emotions that they experienced. Things that influenced them the most in emotional expression is their emotional maturity which indicated with how they attempted to place their emotion according to their surrounding and their effort to rely on themselves when faced with an emotionally intense event. Subject diversification is advised for the next research.

Kata Kunci : Emosi, maskulinitas, kedewasaan, peran gender, pengekspresian

  1. S1-2019-378359-abstract.pdf  
  2. S1-2019-378359-bibliography.pdf  
  3. S1-2019-378359-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2019-378359-title.pdf