PEMETAAN KERENTANAN AIR TANAH REGIONAL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
PREMIRA ARIFATUL K, Dr.rer.nat. Doni Prakasa Eka Putra, S.T., M.T.
2019 | Skripsi | S1 TEKNIK GEOLOGIKerentanan air tanah merupakan fungsi dari keterjangkauan akuifer terhadap penetrasi polutan serta kapasitas atenuasi dari lapisan penutup akuifer. Hingga saat ini, belum ada peta kerentanan air tanah regional di Daerah Istimewa Yogyakarta yang dibuat dengan menggunakan satu metode yang sama. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menentukan sebaran zonasi kerentanan air tanah terhadap pencemaran menggunakan metode GOD di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Metode GOD tersebut menggunakan tiga parameter, yakni tipe akuifer, litologi penutup, dan kedalaman muka air tanah. Parameter-parameter tersebut diperoleh dari sintesis data sekunder berupa peta-peta dari peneliti terdahulu dengan data primer berupa survei hidrogeologi dan geologi langsung di lapangan. Data yang telah disintesis kemudian ditampalkan menjadi peta kerentanan air tanah intrinsik daerah penelitian. Peta tersebut kemudian ditampalkan dengan peta tata guna lahan membentuk peta bahaya pencemaran yang divalidasi menggunakan kadar nitrat di beberapa titik di daerah penelitian. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa kerentanan air tanah pada daerah penelitian memiliki kelas menengah (25,4%), tinggi (34,4%), dan sangat tinggi (40,3%). Sementara itu, kelas bahaya pencemaran air tanah pada daerah penelitian berkisar pada kelas rendah hingga sangat tinggi. Kelas bahaya pencemaran air tanah rendah mencakup 0,5% daerah penelitian. Kelas bahaya pencemaran air tanah menengah mencakup 33,6% daerah penelitian dengan dominansi pada Kabupaten Gunungkidul (81%). Kelas bahaya pencemaran air tanah tinggi mencakup 26,0% daerah penelitian dengan dominansi pada Kabupaten Kulon Progo (53%). Kelas bahaya pencemaran air tanah sangat tinggi mencakup 39,9% daerah penelitian dengan dominansi pada Kabupaten Bantul (58%), Kabupaten Sleman (54%), dan Kota Yogyakarta (98%). Secara umum, kenaikan kelas bahaya pencemaran daerah penelitian berbanding lurus dengan kenaikan kadar nitrat, sehingga peta kerentanan air tanah yang telah dibuat dapat diterima.
Groundwater vulnerability is a function of aquifer accessibility to the penetration of pollutants and the attenuation capacity of strata overlying the saturated zone. Before this study, regional groundwater vulnerability in Yogyakarta Province made with one method did not available yet. This study aims to determine the distribution of groundwater vulnerability zones using GOD method in Yogyakarta Province. GOD method used three parameters, which are groundwater confinement, overlying strata, and depth to the groundwater table. These parameters obtained from combining secondary data such as maps with primary data such as hydrogeology and geology survey on the field. Data that has been combined is then being overlayed into intrinsic groundwater vulnerability map. This map is then being overlayed with land use map into groundwater pollution hazard map and validated using nitrate content from several points in the study area. Based on this study, it can be concluded that groundwater vulnerabilities in the study area are moderate (25,4%), high (34,4%), and extreme (40,3%). Furthermore, groundwater pollution hazard in study area ranging from low to extreme. Low groundwater pollution hazard class was found in 0,5% of the study area. Moderate groundwater pollution hazard class was found in 33,6% of the study area with dominance in Gunungkidul Regency (81%). High groundwater pollution hazard class was found in 26,0% of the study area with dominance in Kulon Progo Regency (53%). Extreme groundwater pollution hazard was found in 39,9% of the study area with dominance in Bantul Regency (58%), Sleman Regency (54%), and Yogyakarta City (98%). In general, the increase of groundwater pollution hazard class is linear with the increase of nitrate content; thus, groundwater pollution hazard map generated in this study is acceptable.
Kata Kunci : hidrogeologi, kerentanan air tanah, metode GOD