Analisis Homogenitas Dosis Radiasi dengan Menggunakan Teknik Field In Field pada Kasus Kanker Otak

REKSA AKBAR K G, Darmawati, S.T., M.Si., F.Med. ; Dr. Ir. Andang Widiharto, M.T.

2019 | Skripsi | S1 TEKNIK NUKLIR

Teknik EBRT 2D merupakan salah satu metode dalam menangangi kasus kanker otak. Pada teknik ini sering ditemukan keluhan pasien yang berupa nyeri dan kulit kemerahan setelah treatment. Problema tersebut diakibatkan adanya hotspot yang terjadi di sekitar otak. Oleh karena itu dilakukan penelitian dalam menciptakan distribusi dosis yang lebih homogen, salah satunya dengan menggunakan teknik optimasi penyinaran yakni Field in Field (FIF). Metode yang dilakukan adalah membandingkan beberapa parameter diantaranya kurva isodosis, Homogeneity Index (HI), dosis maksimum, dosis minimum beserta dosis rerata. Hasil penelitian mengacu pada analisis kualitatif menunjukkan teknik 2D dengan FIF memberikan distribusi dosis yang lebih homogen dikarenakan tidak adanya area yang menerima dosis lebih dari 100% berdasarkan kurva isodosis. Sedangkan analisis secara kuantitatif menunjukkan bahwa nilai rerata HI pada teknik FIF sebesar 0,906 sedangkan teknik non-FIF sebesar 1,017. Semakin rendah HI menunjukkan treatment yang semakin homogen. Selain itu, teknik 2D dengan FiF memberikan dosis maksimum, minimum dan rerata yang lebih rendah dibandingkan dengan Teknik 2D tanpa FiF. Nilai rerata Dmax dengan FIF yakni 5382,17 cGy sedangkan tanpa FiF sebesar 5772,18 cGy kemudian nilai rerata Dmin dengan FiF yakni 75,51 cGy sedangkan tanpa FiF sebesar 83,67 cGy dan yang terakhir nilai rerata Davg dengan FiF yakni 4339,79 cGy sedangkan tanpa FiF sebesar 4412,57 cGy. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Teknik 2D FiF bersifat lebih aman dalam melindungi jaringan sehat disekitar target volume.

EBRT 2D technique is one of many methods to treat Cerebrum carcinoma. Unfortunately, many complaints have been founded in the case of redness and skin sore using this technique after treatment delivery as side effects of hotspot occurred around the volume target of the whole brain. As a solution, researches had been conducted to make dose distribution more homogeneous, one of them is Field in Field optimization technique (FIF) with MLC (Multi-Leaf Collimator) as beam modifier. The method used in this study is comparing several parameters between 2D technique with and without FIF including isodose curve (which will be used in qualitative analysis), Homogeneity Index or HI (which will be used in quantitative analysis), the value of maximum, minimum, and average dose. The results based on qualitative analysis showed that the 2D technique using FIF providing more homogeneous dose distribution because there is no part in the whole brain receiving dose more than 100% according to the isodose curve. Besides, quantitative analysis proved that FIF delivering lower HI than non-FIF (0.906 and 1.017 for FIF and non-FIF, respectively). The lower HI, the more homogeneous treatment is. At last, the 2D technique with FIF delivering the lower maximum dose, minimum dose, and average dose than 2D technique without FIF. The average value of Dmax using FIF and non-FIF is 5382.17 cGy and 5772.18 cGy respectively. The average value of Dmin using FIF and non-FIF is 75.51 cGy and 83.67 cGy respectively. And then, the average value of Davg using FIF and non-FIF is 4339.79 cGy and 4412.57 cGy respectively. As a conclusion of this study, the 2D technique with FIF is a safer choice than without FIF to protect Organ at Risk (OAR) around volume target of Cerebrum carcinoma.

Kata Kunci : Field In Field, Multi-Leaf Collimator , Hotspot, Homogeneity Index