Proses Akulturasi Keruangan Komunitas Muslim di Perkotaan Hindu Bali Tabanan
RAHMA RIZQYANI, Ir. Agam Marsoyo, M.Sc., Ph.D.
2019 | Tesis | MAGISTER PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTAAgama Hindu sebagai agama yang pertama kali masuk ke wilayah Bali mengubah ruang-ruang adat di Bali menjadi ruang-ruang adat religius Hindu. Keberadaan komunitas Muslim kawasan perkotaan Tabanan sejak jaman kerajaan Tabanan merubah ruang-ruang adat religius Hindu menjadi ruang-ruang religius Muslim. Perkembangan pesat komunitas Muslim di kawasan perkotaan Tabanan pada tahun 1970an berdampak pada pemanfaatan bersama ruang-ruang religius. Kondisi ini terjadi melalui jalan damai hingga pemerintah setempat meraih penghargaan atas kerukunan antar umat beragama yang terjalin. Dengan berlatarbelakang adanya akulturasi keruangan pada ruang-ruang religius Muslim dan Hindu, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses akulturasi keruangan komunitas Muslim di perkotaan Hindu Bali Tabanan dan menemukan faktor-faktor pendorong proses akulturasi keruangan tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus yang dapat mengkaji proses akulturasi keruangan secara naturalistik, holistik, dan fenomenologis. Penelitian ini mengambil lokasi kasus komunitas Muslim Kampung Jawa dan Banjar Pasekan Belodan yang merupakan komunitas Muslim yang cukup besar dan kuat di kawasan perkotaan Tabanan. Ruang lingkup penelitian ini adalah pada proses akulturasi keruangan dan faktor-faktor pendorong proses akulturasi keruangan dengan batasan waktu mulai perkembangan pesat komunitas Muslim hingga penelitian ini berlangsung. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi, pengumpulan data sekunder, dan focus group discussion. Selanjutnya data tersebut dilakukan analisis proses akulturasi keruangan dan analisis faktor pendorong proses akulturasi keruangan yang keduanya dimulai dari analisis per ragam, kemudian analisis per unit kasus dan berakhir pada analisis untuk lokasi penelitian dengan menggunakan analisis deret waktu dan analisis penjodohan pola. Dari hasil analisis proses akulturasi keruangan ditemukan bahwa proses akulturasi melalui tahapan pemahaman migran terhadap kondisi fisik lingkungan serta karakter dan aktivitas pribumi yang terjadi setelah tahapan interaksi. Selain itu juga adanya tahapan pemahaman pribumi terhadap aktivitas migran yang berlangsung setelah tahapan adaptasi. Penelitian ini juga menemukan adanya kejelasan mengenai peningkatan kedalaman akulturasi yang terjadi dalam hal pergeseran ruang akulturasi yang semakin mengarah ke ruang dengan tingkat religiusitas yang lebih tinggi. Kejelasan perluasan akulturasi keruangan adalah dalam hal ragam, ruang, dan pelaku akulturasi keruangan. Faktor pendorong proses akulturasi keruangan berupa aturan adat Hindu dan ajaran Hindu tentang toleransi menjadi faktor unik yang tidak ditemukan di tempat lain. Sementara itu, faktor politik disini merupakan faktor eksternal yang hanya diterima dampaknya oleh para pelaku akulturasi keruangan di wilayah penelitian.
Hinduism as the first religion entered Bali formed traditional religious spaces. The Muslim community existence in the Tabanan urban area since the days of the Tabanan empire transformed it into Muslim religious spaces. The rapid development growth of the Muslim community in the Tabanan urban area in 1970s had an impact on the shared use of religious spaces. This condition occurred through peaceful means until the local government won an award for the harmony between the religious communities that were intertwined. With the background of spatial acculturation in Muslim and Hindu religious spaces, this study aimed to describe the process of the spatial acculturation of Muslim communities in Hindu Bali Tabanan's urban area and to find the driving factors for the spatial acculturation process. This study used a case study approach that could study the spatial acculturation process in a naturalistic, holistic, and phenomenological manner. This research took place in the case of the Muslim community in Kampung Jawa and Banjar Pasekan Belodan which was the large and strong Muslim community in the Tabanan urban area. This research scope was on the process of spatial acculturation and the driving factors of the spatial acculturation process with time limits starting from the rapid growth of the Muslim community until this research takes place. Data collection was done through interviews, observation, secondary data collection, and focus group discussions. Furthermore, the data was analyzed by spatial acculturation process and by the drivers of spatial acculturation processes, both of which began from analysis per variety, then analyzed per unit case and ended in the analysis for the research location using time series analysis and pattern match analysis. The analysis results of spatial acculturation processes was found that the acculturation process through the stages of migrant understanding of the physical condition of the environment as well as the host character and activities that occur after the interaction stage. In addition there are also stages of host understanding of migrant activities that took place after the stages of adaptation. The study also found clarity regarding the increase in the depth of acculturation that occurred in terms of shifting the acculturation space which increasingly leads to space with a higher level of religiosity. The clarity of the expansion of spatial acculturation was in terms of variety, space and actors in spatial acculturation. The driving factor for spatial acculturation such as f Hindu traditional rules and Hindu teachings about tolerance was a unique factor that is not found elsewhere. Meanwhile, the political factors here was an external factors which was the only accepted by the actors of spatial acculturation in research areas.
Kata Kunci : Akulturasi, Muslim, Hindu