PENENTUAN KEDUDUKAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN METODE STRUCTURE FROM MOTION DI DESA NGORO-ORO, KEC. PATUK, KAB. GUNUNGKIDUL, PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
ABDEL HAFIZ, Dr. Agung Setianto, S.T., M.Si.
2019 | Skripsi | S1 TEKNIK GEOLOGIBidang diskontinuitas seperti batas perlapisan, bidang sesar, ataupun kekar merupakan parameter penting yang dapat digunakan untuk mengetahui kestabilan lereng dari suatu singkapan. Umumnya, pengukuran kedudukan bidang diskontinuitas ini dilakukan menggunakan kompas geologi. Namun, pengukuran menggunakan kompas geologi membutuhan waktu yang lama dan seringkali tidak memungkinkan pada bidang diskontinuitas dengan kedudukan menggantung. Visualisasi singkapan geologi dalam bentuk model 3D dapat menjadi solusi bagi permasalahan tersebut. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk memodelkan suatu singkapan adalah metode Structure from Motion (SfM). Dengan menggunakan metode SfM, suatu singkapan geologi dapat ditransformasi menjadi model 3D hanya dengan menggunakan kamera saku biasa. Hal ini dicapai dengan melakukan pemotretan singkapan dari berbagai sudut yang berbeda, kemudian diproses menggunakan Agisoft Photoscan untuk membentuk dense point cloud, yang nantinya dianalisis lebih lanjut menggunakan CloudCompare untuk memperoleh kedudukan bidang diskontinuitas. Pada penelitian ini, metode SfM digunakan untuk membuat model 3D dari satu ruas tebing di Desa Ngoro-oro, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, yang nantinya digunakan untuk menentukan kedudukan bidang gelincir pada tebing tersebut melalui analisis kinematika lereng. Lokasi ini dipilih karena tingginya potensi longsor di Desa Ngoro-oro. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat tiga tipe keruntuhan yang mungkin terjadi pada daerah penelitian, yakni tipe keruntuhan membaji, tipe keruntuhan rebah langsung, dan tipe keruntuhan rebah miring. Selain itu, terlihat adanya perbedaan kedudukan bidang diskontinuitas antara model 3D dengan singkapan geologi di lapangan. Walaupun demikian, perbedaan ini masih berada dalam kisaran yang cukup rendah, yakni perbedaan strike rata-rata sebesar 5,51 derajat dan perbedaan dip rata-rata sebesar 3,90 derajat.
Discontinuity planes like bedding, fault, or joint are an essential parameter that can be used to determine the slope stability of an outcrop. In most cases, measuring discontinuity planes could be done using a geological compass. However, measurement using this method need a long time and sometimes could be hazardous on hanging cliff. Visualizing geological outcrop into a 3D model could potentially alleviate this problem. One of the methods to visualize an outcrop into 3D form is Structure from Motion (SfM). By using SfM methodology, an outcrop could be transformed into a 3D model using a standard handheld camera. These output reached by taking several photographs of the outcrop from a different angle, and process it using Agisoft Photoscan to generate a dense point cloud, which could be analyzed furthermore using CloudCompare to extract discontinuity planes position. On this research, SfM method is used to generate a 3D model from an outcrop in Ngoro-oro Village, Patuk District, Gunungkidul Regency, Yogyakarta Special Province, which later be used to determine the direction of slope failure using kinematic analysis. This location was chosen because Ngoro-oro village has high landslide potential. Based on this research, there are three types of failures that may occurs in the outcrop, which are wedge failure, direct toppling failure, and oblique toppling failure. There are some differences between discontinuity planes that identified by 3D model with actual measurement in the field. However, this problem is not significant because on average, it differs only 5,51 degree on strike and 3,90 degree on dip.
Kata Kunci : fotogrametri, sfm, analisis kinematika