POLA PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Studi Kasus Desa Hutan Rakyat di Kabupaten Bantul)
TONY RIANTO, Ir. San Afri Awang, M.Sc.
1999 | Skripsi | S1 KEHUTANANPengelolaan hutan rakyat pada dasarnya bertujuan meningkatkan manfaat hutan milik rakyat untuk kepentingan dan kesejahteraan secara lestari. Dalam menunjang kesejahteraan masyarakat, hutan rakyat mempunyai manfaat ganda yaitu manfaat ekonomi dan manfaat ekologi. Hal tersebut dapat tercapai dengan pengelolaan yang tepat dan menguntungkan, antara lain dengan meningkatkan kualitas sistem pengelolaan melalui perbaikan sub sistem produksi, sub sistem pengolahan hasil, dan sub sistem pemasaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi hutan rakyat, mengetahui sistem pengelolaan hutan rakyat, dan menyajikan alternatif peningkatan sistem pengelolaan hutan rakyat di wilayah Kabupaten Bantul. Tercapainya tujuan penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai masukan dan bahan pertimbangan bagi petani dan instansi terkait untuk meningkatkan sistem pengelolaan hutan rakyat. Memperhatikan masalah dan untuk mencapai tujuan di atas, penelitian dilakukan dengan pengambilan sampel secara Multistage Sampling. Selain itu diperlukan pula data sekunder dari sumber-sumber pustaka dan instansi serta lembaga terkait. Jenis data yang dikumpulkan antara lain diameter dan tinggi pohon dalam plot ukur untuk mengetahui potensi dan sebaran pohon, cara produksi, pengolahan hasil, dan jaringan pemasaran. Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif dan tabulatif, mengingat bahwa sasaran penelitian ini mencakup sekelompok manusia, suatu obyek, suatu set kondisi, dan sistem pemikiran atau suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Berdasar penelitian dan analisa dapat disimpulkan bahwa potensi hutan rakyat di wilayah Kabupaten Bantul adalah 15.98 m3/ha dengan kerapatan 110.5 pohon/ha. Pengelolaan hutan oleh rakyat belum sepenuhnya memperhatikan prinsip-prinsip pengusahaan yang paling menguntungkan. Hal itu ditunjukkan dengan: 1. Panenan yang sering dilakukan hanya berdasar kebutuhan tanpa memperhatikan kontinuitas produksi; 2. Belum adanya pengolahan hasil lebih lanjut untuk menciptakan nilai tambah, dan kurangnya keinginan petani untuk menambah ketrampilan dan pengetahuan; 3. Lemahnya kedudukan petani dalam menentukan harga jual, dan masih adanya penjualan pohon berumur muda (ijon); 4. Disamping itu, instansi dan kelembagaan yang ada belum berperan secara optimal sehingga perlu ditingkatkan peran sertanya. Pengembangan pola pengelolaan yang dapat disampaikan adalah penerapan metode jumlah batang untuk menciptakan kontinuitas produksi yang didukung oleh peningkatan peran serta aktif petani dan petugas penyuluh lapangan dalam melaksanakan seluruh rangkaian kegiatan pengelolaan. Dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia, perlu peningkatan mutu dan frekuensi kegiatan penyuluhan, percontohan, pelatihan, dan pembinaan kader penghijauan.
Kata Kunci : -