KELUAR DARI HEGEMONI PENCACATAN (Sebuah Kajian Politik Pengetahuan Dalam Aktivisme Gerakan Difabel Indonesia)

ISHAK SALIM, Purwo Santoso; Suripto

2019 | Disertasi | DOKTOR ILMU POLITIK

Abstraksi Salim, Ishak. Keluar Dari Hegemoni Pencacatan (Sebuah Kajian Politik Pengetahuan dalam Aktivisme difabel). Dibimbing oleh Purwo Santoso dan Suripto. Kajian ini digerakkan oleh kegalauan bahwa, dibalik niat baik untuk membantu, ada relasi kuasa yang sulit dibongkar. Kalaulah tidak disertai niat jahat, sebutan cacat mempolakan relasi kuasa berkonsekuensi buruk. Namun karena terbenam di alam bawah sadar, sulit mengoreksinya. Memang, istilah cacat semakin hari semakin tergantikan oleh istilah lain seperti penyandang disabilitas atau difabel. Namun, persoalan sebetulnya lebih dari sekadar permainan istilah (labelisasi), yakni menguatnya dominasi perspektif normalisme biomedik dengan konsekuensi merebaknya tindakan stigmatik yang merentankan orang dengan kecacatan atau difabel secara tak berkesudahan. Praktik ini, penulis sebut sebagai politik pencacatan berbasis pengetahuan atau episteme Normalisme Biomedik dalam pandangan Foucault, yang mengatur perilaku himpunan subjek. Tindakan Pencacatan secara efisien lalu mengalami normalisasi, berwajah tunggal, dan semakin kuat sehingga tidak mudah dibongkar. Penelitian ini hendak menelusuri realitas hegemoni Normalisme Biomedik dan proses koreksi yang dilakukan oleh Aktivisme Difabel yang mendekonstruksi Hegemoni tersebut dengan panduan pertanyaan: Pertama, Bagaimana peta kontestasi pengetahuan yang mendasari praktik politik pencacatan di Indonesia? Kedua, bagaimana realitas politik pencacatan berlangsung melalui hegemoni kuasa/pengetahuan biomedik berdampak pada pola kepengaturan subjek difabel dan aktivisme yang menolak kepengaturan? Ketiga, bagaimana Sigab, sebagai pelaku Aktivisme Berpengetahuan membangun teknologi kekuasaan gerakan melalui produksi pengetahuan tanding dan kontestasinya? Hasil Penelitian dengan Model Kritis Difabilitas dan governmentality yang ditopang oleh metodologi Riset Aksi Partisipatif (PAR) telah menunjukkan bahwa kerentanan difabel akibat praktik politik pencacatan berbasis hegemoni pengetahuan biomedik (regime of truth) masih bekerja melalui teknologi kekuasaan dalam pranata sosial dan politik. Di sisi lain, proses perlawanan atau dekonstruksi atas hegemoni pengetahuan biomedik juga berlangsung sistematis dengan kemajuan signifikan. Perlawanan ini mengantar penulis dan aktivisme difabel ke arena kesadaran baru bahwa normalitas kemanusiaan tidak tunggal. Pemaksaan normalitas berdasar pengetahuan biomedik (normalisme-biomedik) justru membawa sejumlah penyederhanaan: normal-abnormal, cacat-sempurna, sakit-sehat, mampu-tidak mampu, dst yang kontraproduktif terhadap upaya bersama mengangkat harkat, martabat, dan kedaulatan difabel sebagai warga negara. Kesadaran baru ini, perlu disuarakan, agar situasi internal aktivisme difabel tidak lagi berada dalam oposisi binner kamu cacat, kamu sempurna, atau kamu difabel, saya cacat/disabilitas, melainkan berkolaborasi dalam keberagaman pengetahuan dan bergerak menyasar akar persoalan lain, yakni rezim efisiensi. Selama ini, rezim efisiensi telah memanfaatkan pengetahuan hegemonik biomedik sebagai basis kepengaturan populasi dan melanggengkan cara pandang tersebut. Proses kolaborasi aktor aktivisme difabel berbasis keberagaman normalitas dalam skala lebih luas merupakan rekomendasi dan akan menjadi agenda aktivisme selanjutnya. Sementara pendalaman penelitian guna membongkar praktik rezim efisiensi dalam arena birokrasi (pemerintahan) menjadi satu rekomendasi lain yang patut dikerjakan di masa mendatang. Selain itu, berdasarkan refleksi atas riset dan tindakan aktivisme diinternal Sigab sebagai aktor anti-hegemoni normalisme biomedik, bekerjanya teknologi kuasa perlawanan difabel secara maksimal perlu terus dirawat. Kemunduran dapat terjadi sewaktu-waktu, mengingat kerja perlawanan ini membutuhkan sumberdaya besar yang harus diinvestasikan oleh aktor gerakan. Tanpa keseriusan menjaganya, dapur atau mesin gerakan ini akan redup dan tak mudah membuatnya membara kembali[].

Abstraction Salim, Ishak. Out From The Hegemony of The Politic of Disablement (A Political Study of Knowledge in Disability Activism). Supervised by Santoso, Purwo dan Suripto. This study was driven by anxiety that, behind good intentions to help, there was a power relationship that was difficult to dismantle. Even if it is not accompanied by bad intentions, the term 'cacat' (disabled/impaired) patterned power relations with bad consequences. But because it is immersed in the unconsciousness, it is difficult to correct it. Indeed, the term 'cacat/impaired' is increasingly being replaced by other terms such as 'penyandang disabilitas/persons with disabilities' or 'difabel'. However, the problem is actually more than just a labels, like strengthening the dominance of biomedical normalism perspective with the consequence of stigmatizing actions massively which diempowering people with disabilities continously. This practice, the authors refer to as knowledge-based politics of disablement or episteme of Biomedical Normalism in Foucault's perspective, which conduct the behavior of subject. The Enumeration Actions are efficiently then normalized, single-faced, and getting stronger so that they are not easily dismantled.The disablement Actions are then being normalized, single-faced, and getting stronger so that they are not easily deconstructed. This study intends to explore the reality of the hegemony of Biomedical Normalism and the correction process carried out by the Disability Activism who deconstructed the Hegemony with a guiding question: First, What is the map of knowledge contestation that underlies the practice of enumeration politics in Indonesia? Second, how does the political reality of disability take place through the biomedical power / knowledge hegemony that has an impact on the pattern of disability subject settings and activism that rejects regulation? Third, how is Sigab, as an actor 'Knowledgeable Activism' developing the technology of power through producing of counter knowledge and contesting it to the hegemony of biomedical? The results of the study with the 'Critical Model of Diffability' and governmentality - supported by the Participatory Action Research (PAR) methodology have shown that the vulnerability of diffables due to the hegemony-based practice of politics of biomedical knowledge still works through technological power in social and political institutions. . On the other hand, the process of resistance the hegemony of biomedical knowledge also took place systematically with significant progress. This resistance leads writers and diffable activism to the arena of a new awareness that humanity's normality is not single. The imposition of normality based on biomedical knowledge (biomedical normalism) actually brings a number of simplifications: normal-abnormal, flawed-perfect, sick-healthy, incapable, etc. which are counterproductive to joint efforts to raise the dignity, dignity and sovereignty of disabled people as citizens. This new awareness needs to be voiced, so that the internal situation of diffable activism is no longer in binner opposition "you are disabled/cacat, you are diffable/difabel, you are person eith or without disability ", but collaborating in diversity of knowledge and moving towards the root of other problems, namely efficiency regime. So far, the efficiency regime has utilized hegemonic biomedical knowledge as the basis of population regulation and perpetuates this perspective. The process of collaboration between actors with disability activism based on diversity of normalities on a wider scale is a recommendation and will become the next agenda of activism. While the deepening of research to uncover the practice of efficiency regimes in the arena of bureaucracy (government) is another recommendation that should be done in the future. In addition, based on my PAR of Sigab's internal activism as an actor of anti-hegemony of biomedical normalism, the maximum performance of diffable "power of resistance technology" needs to be maintained. Setbacks can occur at any time, since the resistance work requires large resources to be invested by the movement activist. Without the seriousness to keep it, the machine of this movement will dim and not easily make it spirited gain [].

Kata Kunci : Pencacatan, Biomedik, Normalisme, Aktivisme DIsabilitas, Teknologi kekuasaan aktivisme, Gerakan difabel, Genealogi, governmentality of disability, Model Difabilitas kritis