HUBUNGAN ANTARA POSISI INSISIVUS BAWAH DAN POSISI BIBIR BAWAH PADA MALOKLUSI ANGLE KELAS I ORANG JAWA

JIHAN SHOFIENNY Y, drg. Christnawati, M.Kes., Sp. Ort. (K); drg. Darmawan S., S.U., Sp. Ort. (K)

2019 | Skripsi | S1 KEDOKTERAN GIGI

Insisivus bawah merupakan variabel jaringan keras yang digunakan sebagai prediktor untuk menjelaskan terjadinya respon bibir bawah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan posisi insisivus bawah dan posisi bibir bawah pada maloklusi Angle kelas I orang Jawa. Penelitian cross sectional telah dilakukan pada 39 fotofile sefalogram lateral Orang Jawa berusia 18-22 tahun dengan maloklusi Angle kelas I, tidak sedang melakukan perawatan ortodonti, tidak memiliki kebiasaan burukdan kelainan kraniofasial, gigi permanen lengkap. Posisi insisivus bawah diukur melalui titik antropometri Li-NB. Posisi bibir bawah bawah diukur melalui titik antropometri lower lip (LL), garis E, garis S, TVL, dan ketebalan bibir. Data hasil pengukuran ditabulasi, selanjutnya dilakukan uji normalitas dan uji korelasi Pearson’s product moment. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif yang kuat antara posisi insisivus bawah dan posisi bibir bawah (p<0,05) berdasarkan garis Li-NB dan LL-garis E, garis Li-NB dan LL-garis S, dan tidak terdapat korelasi antara posisi insisivus bawah dan posisi bibir bawah (p>0,05) berdasarkan garis Li-NB dan LL-garis TVL serta garis Li-NB dan LL Thickness. Berdasarkan penelitian ini, disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara posisi insisivus bawah dan garis estetika, serta posisi insisivus bawah dan garis Steiner pada maloklusi Angle kelas I orang Jawa, semakin besar jarak linear posisi insisivus bawah maka semakin besar jarak linear garis estetika dan garis Steiner. Tidak terdapat hubungan antara posisi insisivus bawah dan ketebalan bibir bawah.

Lower incisors are hard tissue variables used as predictors to explain the occurrence of lower lip response. The purpose of this study was to determine the relationship of lower incisor position and lower lip position in Javanese Angle class I malocclusion. A cross-sectional study was conducted on 39 lateral cephalogram photographs of Javanese with Angle class I malocclusion aged 18-22 years, not undergoing orthodontic treatment, having no bad habits and craniofacial abnormalities, complete permanent teeth. The lower incisor position is measured through the Li-NB. The position of the lower lower lip is measured through lower lip (LL), E line, S line, TVL, and lips thickness. The measurement data is tabulated, then the normality test and Pearson's product moment correlation test are performed. The results showed that there was a strong positive correlation between the lower incisor position and lower lip position (p <0.05) based on Li-NB and LL-E line, Li-NB and LL-S line, and there was no correlation between lower incisor position and lower lip position (p> 0.05) based on Li-NB and LL-TVL as well as Li-NB and LL Thickness. Based on this study, it was concluded that there was a relationship between lower incisor position and aesthetic lines, as well as Steiner line in Javanese Angle class I malocclusion, the greater the linear distance of the lower incisor position, the greater the linear distance of the aesthetic line and Steiner line. There is no relationship between the position of the lower incisor and the thickness of the lower lip.

Kata Kunci : Posisi insisivus bawah, Posisi bibir bawah, Orang Jawa, Maloklusi Angle kelas I.