Laporkan Masalah

KONSEP TA'ADDUDUZ-ZAUJAT MENURUTMUHAMMAD SY AHROR DALAM KARY A NAHWU USHOLIN JADIDA TIN LJLFIQH/ L ISLAM/ DAN NASHR CHAMID ABO ZA YD DALAM KARYADAWAIRUL KHAUF: QIRA'ATUN Fl KHITABIL MAR~AH: ANALISIS HERMENEUTIK

Nur Faizah, Prof. Dr. Sangidu, M.Hum

2009 | Tesis | S2 Agama dan Lintas Budaya Minat Kajian timur Teng

Ta 'adduduz-zaujat (poligami) diartikan sebagai tindakan laki-Iaki yang menikahi lebih dari satu istri, dan hidup dengan mereka pada waktu yang sama Masalah ta 'adduduz-zaujiit selalu menarik perhatian, tidak saja bagi kaum laki-laki yang sebagian besar rnenjadikan ta 'adduduz-zaujiit sebagai bagian dari obsesinya, namun juga bagi kaum perempuan yang tidak menyukai Ia 'adduduzzaujiit. ·. Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan model pendekatan dalam konteks penafsiran aiQur'an tentang ta "adduduz-zaujat yang ditawarkan Syahriir dan Abu Zayd. Mereka adalah dua pemikir Islam modern yang mempunyai kerangka berfikir berbeda dalam mendekati ta 'adduduz zaujat, yang pada akhimya berimplikasi pada perbedaan tingkat pemahaman. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan. altematif pemahaman kritis terhadap berbagai implikasi yang biasa tampil dalam setiap pendekatan penafsiran al-Qur'an ten.tang ta 'adduduzzaujat. Karena itu., untuk mengungkapkan hal tersebut, dimanfaatkan teori hermeneutik dengan metode pendekatan sosio-historis dan fenomenologis. Hermeneutik adalab teori mengenai aturanaturan penafsiran., yaitu penafsiran terhadap teks tertentu atau sekumpulan tanda atau simbol yang dianggap teks. Teori ini bertujuan untuk menghilangkan misteri yang terdapat dalam sebuah simbol dengan cara membuka selubung-selubung yang menutupinya. Menurut Paul Riceour, hermeneutik membuka makna yang sesungguhnya sehingga dapat mengurangi keanekaan makna dari simbolsimbol. Dari hasil penelitian yang dilakukan, dapat diungkapkan bahwa penafsiran Syahriir dan Abu Zayd dalam persoalan ta 'adduduz-zaujat mempunyai landasan teologis sama, yaitu surat an-Nisa' (4): 3. Akan tetapi, keduanya berbeda dalam penggunaan metode. Bagi Syahriir dengan teori batas (chudud), Ia 'adduduz-zaujal diperbolehkan dengan syarat: istri kedua, ketiga, dan keernpat adalah janda dan mernpunyai anak yatirn. Tujuannya adalah u.ntuk kesejahteraan sosial bagi janda dan anak yatirn. Sernentara Abu Zayd dengan hermeneutika Qur'annya melarang Ia 'adduduz-zaujat karena tidak sesuai dengan prinsip keadilan. Praktek Ia 'adduduz-zaujiil bagi Abu Zayd mengandung unsur pengabaian terhadap hakekat kernanusiaan yang menuntut persamaan hak dan keadilan. Keadilan yang ditu.ntut dalam Ia 'adduduz-zaujiil rnenu.rut Abu Zayd bu.kan sernata bersifat material, tetapi juga mental. Dasar dilarangnya Ja 'adduduz-zaujiil terdapat dalam teks surat an-Nisa': 129 dan arRiim: 21. Kata Kunci: Ta 'adduduz-zaujiil, Hermeneutik, Sosio-historis, Fenornenologis.

Ta 'adduduz-zaujat (Arabic word for polygamy) is a fonn of marriage in which a man has more than one spouse at the same time. Issue on polygamy is always interesting and has raised massive concern in the public, not only by those men obsessed to conduct polygamy but also by tho:·e women who stand against polygamy as believing that it may be harmful for women's status and roles. Two Islamic philosophers, Syahriir and Abu Zayd, offer two different approaches to examine the concept of polygamy in Islam, and therefore lead to different understandings. This research is aimed at explicating the concept of polygamy in Islam as offered by Syahriir and Abu Zayd who employed contextual interpretation approach to examine the subject. Hopefully, the research could be an alternative for critically understanding efforts to interpret Quran, especially in the case of polygamy. Therefore, the author tended to use henneneutic theory under the framework of sosio-history and fenomenology research. The theory of hermeneutic is regulation of interpretation, interpretation of special text or group of signs or symbol . The subject of this theory loose mistery of symbol and try to open it. According to Paul Riceour, henneneutic theory opened the reality of meaning hence it reduced kinds of meaning from symbol. Scrutinizing the interpretations offered by Syahriir and Abu Zayd, the author found that both philosophers employed the same theological bases taken from the Quran, Surah 4 verses 3. Further research on their interpretations unveiled that both philosophers used different approaches to interpret the verses. Syahrur, using the theory of limits (chudud), views ta 'adduduz-zaujat (polygamy) acceptable under conditions that the second, third, and fourth wives are widow and have given birth to kid(s). Syahliir alone based his interpretation on the consideration that polygamy should bring social welfare for widows and orphans. On the other hands, Abu Zayd, who employed hermeneutic approach, views that polygamy does stands against the principle of justice. Polygamy bears nature of neglecting basic human value, that of demanding equal rights and justice. Justice in the case of polygamy is not solely about material justice, but also mental justice at the same time, and therefore, he used Surah 4 verse 129 and Surah 30 verse 21 to underpin the insights. Keywords: Ta 'adduduz-zaujat. Hermeneutic, Sosio-history, Fenomenology.

Kata Kunci : Ta 'adduduz-zaujiil, Hermeneutik, Sosio-historis, Fenornenologis

  1. S2-PAS-2009-Nur_Faizah_-_Abstract.pdf  
  2. S2-PAS-2009-Nur_Faizah_-_Bibliography.pdf  
  3. S2-PAS-2009-Nur_Faizah_-_Tableofcontent.pdf  
  4. S2-PAS-2009-Nur_Faizah_-_Title.pdf