Laporkan Masalah

DINAMIKA POLITIK MENUJU DEMOKRASI YANG MENYEJAHTERAKAN, Refleksi Aktifis Solo Di Masa Bakti Walikota Joko Widodo

AKBARUDIN ARIF, Prof. DR. Purwo Santosa

2019 | Disertasi | DOKTOR ILMU POLITIK

Disertasi ini adalah refleksi aktifis tentang demokrasi lokal Surakarta atau Solo melalui pelacakan kerumitan wacana wong cilik sebagai kontrol populer. Pelacakan yang dilakukan melalui rekonstruksi kebersamaan antara penulis sebagai aktifis CSO dan Walikota Jokowidodo menemukan kehadiran wacana perlindungan wong cilik telah menjadi trigger sekaligus pemandu pembatas tindakan aktor dalam demokrasi politik lokal Kota Surakarta. Wong cilik adalah ekspresi nilai-nilai kepublikan. Maka bisa dinyatakan dengan kata lain, tindakan beralasan kepublikan-lah yang mengkerangkai pikiran-pikiran dan keputusan-keputusan aktor termasuk CSOs dan Walikota Joko Widodo. Kebersamaan dalam tuntutan dan responsi yang dikerangkai dengan nilai nilai kepublikan inilah gambaran dinamika politik yang dikemukakan dalam disertasi ini. Dari sisi Walikota Joko Widodo, konsistensi dalam memijaki wacana kepublikan perlindungan wong cilik ini rupanya dikenali the public sehingga reward yang terekspresikan lewat kegemilangan dalam pemilupun diterimanya. Namun, menguatnya nilai kepublikan belum sampai level dimana kesejahteraan, utamanya wong cilik bisa menikmatinya secara optimum. Argumen yang dikemukakan penulis adalah bahwa wacana perlindungan wong cilik adalah wacana yang telah memikat aktor, tetapi belum sanggup memerangkap aktor untuk sepenuhnya mewujudkan. Wacana baru dibutuhkan, disertasi menawarkan rencana tindak untuk memulai era baru kebersamaan dalam kesadaran kepublikan yang penulis labeli dengan Urgensi Tindakan Beralasan Beyond Stakeholders (TBBS). Dengan kerangka berpikir TBBS ini demokrasi di lokal Kota Surakarta dapat dimajukan lagi, menyejahterakan semua, tanpa menghianati wong cilik.

This dissertation is essentially a reflection which researcher conducted through tracking complicated position of lower people or wong cilik discourse at local Surakarta. Through researcher's reconstruction of his togetherness with Mayor Joko Widodo, he finds that the presence of wong cilik discourse has been trigger and at the same time guidence and hindrance of actors' reasoned action in political democracy in Surakarta. The presence of the lower or wong cilik discourse essentially is visualization and expression of publicly virtues. As publicly virtues, wong cilik guides and hinders reasoned action of actors including CSOs and Mayor Joko Widodo. Togetherness in the name of wong cilik as expressed through demands (by CSOs) and responses (by the mayor) is recognized by researcher as a consequence of the presence of this wong cilik discourse. At Mayor Joko Widodo's side, he is consistent in following this publicly virtues namely protecting the wong cilik. When the public recognize it, they highly appreciate it and awarded it as indicated in landslide of his second election as mayor. However, the rise of publicly virtues namely protecting the wong cilik has not gained levels that wong cilik enjoys their wealth. Researcher argues that wong cilik has been fascinating and influential to actors but not yet strong enough to trap actors so that they persistently manivest it. Researcher identifies that the problem is located at wong cilik discourse that has not solved power relation complication. Responding to it, researcher offers a new discourse to solve power relation problems namely Beyond Stakeholders Reasoned Action (BSRA). Referring to this framework, researcher believes that local democracy in Surakarta can be spurred to bringing wealth to all without betraying the wong cilik.

Kata Kunci : Demokrasi yang menyejahterakan, Popular Control, Wong cilik, Ekspresi Kepublikan, Beyond Stakeholders/ Key words: Democracy that brings wealth, Popular Control, Wong cilik, Public Expression, Beyond Stakeholders

  1. S3-2019-357099-Bibliography.pdf  
  2. S3-2019-357099-tableofcontent.pdf  
  3. S3-2019-357099-title.pdf