PENDERITA GANGGUAN JIWA, KETERTIBAN SOSIAL DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KETAHANAN WILAYAH : DALAM PERSPEKTIF PENGAMBIL KEBIJAKAN (Studi di Kabupaten Jombang, Jawa Timur)
FEBIADI FAISAL HAKIM, Prof.Drs.Koentjoro Soeparno, MBSc., Ph.D ; Dr. Dafri Agussalim, M.A.
2019 | Tesis | MAGISTER KETAHANAN NASIONALPenelitian ini membahas mengenai penderita gangguan jiwa, ketertiban sosial dan implikasinya terhadap ketahanan wilayah (studi di Kabupaten Jombang, Jawa Timur). Tujuan Penelitian untuk memberikan masukan kepada para pengambil kebijakan terhadap penanganan penderita gangguan jiwa dalam rangka pengembalian ketertiban sosial sehingga diharapkan jumlah penderita gangguan jiwa dapat menurun dan ketahanan wilayah meningkat. Pelaksanaan penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografi. Subjek penelitian adalah pengambil kebijakan yang berhubungan langsung dengan masalah gangguan jiwa dan ketahanan wilayah, yaitu Sekretaris Daerah Kabupaten Jombang, Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan Jiwa, Kepala Bidang Pelayanan Rehabilitasi Sosial, Kepala Satuan Pembinaan Masyarakat Polres Jombang, Bintara Pembina Desa (Babinsa) dan Tenaga Kesehatan Jiwa Puskesmas. Objek penelitian adalah penderita gangguan jiwa di Kabupaten Jombang. Metode pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara mendalam, dokumentasi, studi pustaka dan penelusuran data online. Teknik analisis hasil pada penelitian ini menggunakan reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa fenomena gangguan jiwa di Kabupaten Jombang memberikan dampak negatif terhadap ketahanan wilayah terutama pada (1) gatra ekonomi, yaitu hilangnya kemampuan produktivitas diri yang menyebabkan penderita gangguan jiwa menggantungkan kebutuhan hidupnya kepada orang lain sehingga berdampak pada penurunan ketahanan ekonomi keluraga dan rendahnya ketahanan ekonomi wilayah, (2) gatra sosial, yaitu isolasi sosial, adanya tindakan pemasungan yang dilakukan oleh keluarga dan masih melekatnya stigma dan labelling gila pada mantan penderita gangguan jiwa, (3) gatra keamanan, yaitu munculnya teror akibat hilangnya ketertiban sosial masyarakat dan beredarnya berita hoax.
This research discusses about mental illness patients, social order and its implications for regional resilience (A study in Jombang Regency of East Java). This aims to provide the recommendation for the policy makers in handling the mental illness patients in order to restore social order therefore it is anticipated that the number of people with mental illness could be decreased and the territorial resilience might be increased. This research used qualitative method by ethnographic approach. The subjects were the policy makers who directly involve in the management of mental illness and regional resilience issues, namely Regional Secretary of Jombang Regency, Head of Prevention and Control of Non-Communicable Diseases and Mental Health Section, Head of Social Rehabilitation Services Division, Head of Jombang Regional Police Community Development Unit, Village Patrol Officer (Babinsa) and Mental Health Worker of Community Health Center. The objects are mental illness patients in Jombang Regency. The data collection method was by using observation, in depth interview, documentation, literature review, and online data search. The technique of result analysis for this research was such as data reduction, data presentation and conclusions. The results show that the phenomena of mental illness in Jombang Regency give negative impacts for regional resilience especially in (1) economic aspect, the loss of self-productivity ability causes mental illness patients rely their needs upon other people so that impacts on the decreasing of family economic resilience and the low of regional economic resilience, (2) social aspect, social isolation, the act of physical restraint and confinement by the family, and the inherent stigma and mental illness labelling to the former mental illness (3) security aspect, the emergence of terror due to the loss of social order in community and the propagation of hoax.
Kata Kunci : gangguan jiwa, ketertiban sosial, ketahanan wilayah