Laporkan Masalah

STUDI TENTANG PERKEMBANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA KERAJINAN KAYU DI DESA TOMOK (Kecamatan Simanindo, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumut)

SAPPE PARDOMUAN HUTAHAEAN, Prof. Dr. Ir. Hasanu Simon

1996 | Skripsi | S1 KEHUTANAN

Dalam perkembangannya, industri kerajinan kayu ini masih banyak mengalami hambatan-hambatan dalam hal permodalan, peningkatan produktivitas tenaga kerja, mutu produk serta ketersedian bahan baku kayu yang mencukupi dan lancar. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di dalam dan sekitar hutan melalui usaha kerajinan kayu ini, maka perlu dilakukan penelitian yang nantinya diharapkan dapat dipakai dalam pengembangan industri kerajinan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aspek-aspek usaha pada industri rumah tangga kerajinan kayu yang terdapat di desa Tomok yaitu kebutuhan bahan baku, bahan pembantu, biaya alat-alat, kalkulasi biaya, keuntungan dan nilai tambah. Di samping itu juga ingin mengetahui peranan dari industri kerajinan tersebut terhadap pendapatan regional (desa). Dusun Sosor Tolong dipilih secara purposive sampling. Setelah itu dilakukan stratifikasi terhadap pengrajin berdasarkan jenis barang yang dihasilkannya dan diperoleh 10 stratum. Pemilihan responden di setiap stratum dilakukan secara acak sederhana. Dengan cara seperti di atas maka diperoleh responden sebanyak 35 pengrajin atau sebesar 53,85 % dari jumlah seluruh pengrajin di dusun tersebut. Kebutuhan bahan baku kayu pada industri kerajinan kayu di desa Tomok ini adalah 60,0216 m3 per tahunnya. Kayu yang sering dipakai sebagai bahan baku adalah kayu humbang atau kulim (Scorodocarpus bomeensis), kayu ingul atau suren sabrang (Toona sinensis) dan kayu jihor atau johar (Cassia siamea). Modal atau investasi pada industri kerajinan ini berupa alat-alat yang dimiliki oleh para pengrajin, yaitu rata-rata Rp 57.108,57 per orang. Keuntungan rata-rata yang diperoleh dari setiap unit barang kerajinan adalah Rp 5.962,15. Prosentase keuntungan ini terhadap harga penjualan (PSR) adalah 67,34 % dan terhadap jumlah biaya produksi (PCR) sebesar 286,32 %. Nilai tambah yang dihasilkan oleh industri kerajinan kayu ini adalah sebesar Rp 46.648.210,94 per tahunnya atau sebesar 474,71 % dari biaya bahan dasarnya. Adapun hasil kerajinan dapat menambah pendapatan sebesar 63,77 % dari hasil yang diperoleh dari lahan pertanian. Melihat besamya PCR dan PSR serta nilai tambah dari industri kerajinan kayu di desa Tomok ini, maka sudah selayaknya bila industri ini perlu mendapat perhatian dari setiap instansi yang terkait. Usaha kerajinan kayu seperti ini sangat cocok dikembangkan di desa-desa di dalam dan sekitar hutan, dengan pemilikan lahan yang sempit dan jumlah penduduk relatif padat, sehingga kesejahteraan masyarakat yang tinggal di dalam dan sekitar hutan tersebut dapat ditingkatkan dan kelestarian hutan itu sendiri dapat terjamin.

Kata Kunci : Industri, Rumah Tangga, Kerajinan, Kayu

  1. S1-FKT-1996-79007-abstract.pdf  
  2. S1-FKT-1996-79007-bibliography.pdf  
  3. S1-FKT-1996-79007-tableofcontent.pdf  
  4. S1-FKT-1996-79007-title.pdf