Laporkan Masalah

KAJIAN KERUSAKAN HABITAT DAN FAKTOR LINGKUNGAN YANG MEMENGARUHI KEBERADAAN BURUNG JALAK BALI (Leucopsar rothschildi) AKIBAT PENGEMBANGAN PARIWISATA DI NUSA PENIDA, BALI

PUTU INDRA PRAMANA W, Prof. Dr. Totok Gunawan, M.S.; Dr.rer.nat. Sena Adi Subrata, S.Hut, M.Sc.

2019 | Tesis | MAGISTER ILMU LINGKUNGAN

Pembangunan blok Kawasan Efektif Pariwisata (KEP) di Kecamatan Nusa Penida memicu terjadinya perubahan penggunaan lahan habitat burung Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) yang dapat berimplikasi pada kerusakan habitat. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengkaji kerusakan habitat Jalak Bali akibat perubahan penggunaan lahan akibat pengembangan pariwisata, 2) mengidentifikasi faktor dan karakteristik lingkungan yang memengaruhi Jalak Bali dalam menentukan lokasi bersarang, dan 3) mengkaji keberadaan Jalak Bali serta merumuskan strategi pengelolaan lingkungan agar kelestariannya tetap terjaga. Kerusakan habitat dianalisis secara spasial dan temporal dengan melihat pengurangan luas kebun/perkebunan, tegalan/ladang serta hutan sebagai penyedia pakan, tempat beristirahat, berlindung dan lokasi bersarang menggunakan citra satelit tahun 2000, 2012 dan 2018. Faktor dan karakteristik lingkungan yang memengaruhi pemilihan lokasi sarang dianalisis menggunakan metode regresi logistik. Keberadaan Jalak Bali dan rekomendasi pengelolaan dianalisis melalui metode deskriptif hasil penggabungan kerusakan dan karakteristik sarang. Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. (i) Habitat burung Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) belum bisa dikatakan mengalami kerusakan, karena lahan pendukung kehidupannya memiliki luas yang sangat besar yaitu 5974.23 ha atau sekitar 89.48% luas habitat. Namun, pertumbuhan lahan terbangun periode tahun 2012-2018 yang memiliki laju tiga kali lebih cepat dibanding tahun 2000-2012 harus diperhatikan. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan lahan pada kawasan habitat Jalak Bali semakin meningkat akibat penetapan blok KEP. (ii) Faktor lingkungan yang paling memengaruhi Jalak Bali dalam memilih lokasi sarang yaitu suhu, kerapatan tajuk dan kelerengan tempat. Sedangkan, karakteristik lokasi yang disukai untuk bersarang yaitu lokasi dengan kelerengan datar, suhu hangat dan kerapatan tajuk tinggi. (iii) Rekomendasi pengelolaan lingkungan yang dirumuskan berdasarkan kedua hasil tersebut meliputi: (a) kawasan habitat perlindungannya dimasukkan ke dalam awig-awig, (b) pemberian peraturan khusus untuk habitat melalui Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR), dan (c) peletakkan nestbox yang sesuai dengan preferensi bersarang Jalak Bali.

The block development of the Tourism Effective Zone block (KEP) in Nusa Penida Sub- District District triggered a land use change in the use of Bali Starling bird habitat (Leucopsar rothschildi) that implied to habitat destruction. This study aims to: 1) assessing the habitat destruction of Bali Starling due to tourism development, 2) identifying environmental factors and characteristics of Bali Starling existence in determining nesting locations, and 3) analysing and formulating the existence of Bali Starlings and environmental management strategies in order to maintain the sustainability. Habitat destruction was analysed in spatially and temporally with an extensive reduction in plantations, moor/fields and forests area as feed providers, places to rest, shelter and nesting locations using satellite imagery in 2000, 2012 and 2018. Furthermore, the environmental factors and characteristics that influence the selection of nest locations were analysed by logistic regression and as management recommendation of Bali Starling existence was analysed by descriptive methods with combining habitat damage and nest characteristics results. The results show as follows: (i) Bali Starling habitat (Leucopsar rothschildi) could not be concluded as destruction, it was due to life-supporting land had a very large area of 5974.23 ha or 89.48% of total habitat area. However, land development in the period of 2012-2018 has a rate of three times faster than in 2000-2012 and it must be considered. According to the result, it shows the land requirements on Bali Starling habitat due to the determination of KEP block. (ii) the most influencing of Bali Starling existence in selecting nest locations are temperature, canopy, and slope location. Moreover, the preferences of nesting characteristics are flat slopes, warm temperatures, and high densities. (iii) The management recommendations formulated based on these results including, (a) the protected habitat areas, e.g. awig-awig, (b) the provision of specific regulations especially for habitat Bali Starling through Regional Medium-Term Development Plan (RPJMD) & Spatial Detail Plans (RDTR), and (c) locating the nest boxes in accordance to Bali Starling nesting preferences.

Kata Kunci : Pariwisata, Blok KEP, Nusa Penida, Perubahan Penggunaan Lahan Kerusakan Habitat, Jalak Bali, Leucopsar rothschildi, Sarang

  1. S2-2019-405014-abstract.pdf  
  2. S2-2019-405014-bibliography.pdf  
  3. S2-2019-405014-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2019-405014-title.pdf