Profil Sensitisasi Alergen Makanan pada Balita dengan Bakat Atopi
Aisyah Amieni, dr. Sumadiono, Sp.A(K); dr. Agung Triono, Sp.A(K)
2019 | Skripsi | S1 KEDOKTERANLatar Belakang : Anak dengan riwayat keluarga mengidap penyakit alergi memiliki risiko untuk mengalami atopi. Anak-anak dengan penyakit atopi diketahui memiliki prevalensi yang tinggi mengidap alergi terhadap makanan. Uji Tusuk Kulit (UTK) digunakan untuk mengetahui adanya sensitisasi terhadap alergen. Tujuan : Mengetahui profil sensitisasi alergen makanan pada balita dengan bakat atopi. Metodologi : Metode penelitian merupakan studi deskriptif untuk mengetahui proporsi. Subyek penelitian berjumlah 58 orang balita di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Kulonprogo yang memiliki risiko alergi sedang dan tinggi serta mendapat persetujuan oleh orang tua untuk mengikuti penelitian. Data mengenai karakteristik pasien dan hasil Uji Tusuk Kulit (UTK) diperoleh secara sekunder dari kuesioner �Hubungan Kadar Vitamin D dengan Sensitisasi Makanan pada Anak dengan Bakat Atopi� oleh dr. Cahya Dewi Satria, M.Kes, Sp.A. Hasil: Sebanyak 56,9% balita dengan bakat atopi memiliki hasil UTK positif terhadap alergen makanan yang diujikan. Subyek dengan risiko tinggi alergi memiliki hasil UTK lebih tinggi dibandingkan subyek berisiko sedang (75% vs 55,6%), dimana hasil positif terhadap alergen cokelat dan kerang tertinggi pada kelompok berisiko tinggi, pindang pada kelompok berisiko sedang. Persentasi hasil positif UTK pada subyek yang mendapat pengenalan makanan padat pada usia 6 bulan adalah tertinggi (57,1%) dibandingkan pada subyek yang dikenalkan makanan padat <6 bulan (50%), atau >6 bulan (56%). Kelompok subyek yang tidak mengonsumsi susu formula terbanyak mengalami sensitisasi (64%) dibanding subyek yang mengonsumsi susu formula (48,5%). Kelompok subyek laki-laki lebih banyak mengalami sensitisasi dibandingkan subyek perempuan (58,1% vs. 55,6%). Persentase hasil UTK meningkat seiring besarnya urutan lahir masing-masing 62,5%, 58,1%, dan 52,6% untuk anak pertama, kedua, dan ketiga. Sedangkan subyek yang memiliki berat badan lahir rendah (<2500 g), memiliki persentase lebih tinggi (60%) dibandingkan dengan subyek yang memiliki berat badan lahir normal. Kesimpulan: Secara keseluruhan, alergen kepiting, cokelat, pindang, kerang, dan kedelai merupakan 5 alergen yang paling banyak menyebabkan sensitisasi pada balita dengan bakat atopi. Karakteristik pasien yang berbeda menunjukkan profil sensitisasi yang berbeda-beda.
Background : Children with family history of allergy have risk of being atopy. Atopic children are known have higher prevalence of food allergy. Skin Prick Test (SPT) is a method for detecting sensitization of particular allergen. Objective: This study aim to know the food-allergen sensitization profile in children below five-year-old with atopic predisposition. Method: A descriptive study to find out proportions. There are 58 toddlers in Yogyakarta City and Kulonprogo District who had a moderate and high risk of allergy were approved by parents included in the study. Data on patient characteristic and Skin Prick Test (SPT) results were obtained secondarily from the research questionnaire "Association between Vitamin D Levels and Food Sensitization in Atopic Predisposition Children" by dr. Cahya Dewi Satria, M.Kes, Sp.A. Result: As many as 56.9% of toddlers with atopic predisposition had positive SPT results on the food allergens being tested. Subjects with a high risk of allergies had higher percentages of positive SPT results than moderate risk subjects (75% vs. 55.6%). The most common allergen were chocolate and shellfish in high-risk group, while pindang was the most common in moderate risk group. The percentage of positive SPT results in subjects who received the introduction of solid food at 6 months of age was highest (57,1%) compared to subjects who were introduced to solid foods <6 months (50%), or >6 months (56%). No formula milk group had the most sensitization (64%) compared to formula milk group (48.5%). Male subjects experienced more sensitization than female subjects (58.1% vs. 55.6%). The percentage of SPT results increases with the raise number of birth order, respectively 62.5%, 58.1%, and 52.6% for the first, second, and third child. While subjects with low birth weight (<2500 g), had higher percentage (60%) compared to normal birth weight (57.7%). Conclusion: Crab, chocolate, pindang, oyster and soybean are food-allergen which mostly sensitized children with atopic predisposition. Different characteristic of subject shows different food-allergen sensitization profile.
Kata Kunci : Balita, Alergi Makanan, Sensitisasi, Atopi